inspirasimakassar.com:
Banyak pengusaha muda mendapat ide bisnis dari hal-hal sederhana. Permasalahan yang dialami, akhirnya mengantar mereka membuat solusi baru. Lihatlah Mark Zuckerberg– pelopor Facebook, Larry Page penemu Google. Atau, Evan Spiegel, pendiri Snapchat. Ketiganya sukses menjalankan perusahaan bernilai jutaan dolar Amerika. Lihat pula, anak muda yang satu ini, Ronald Abdullah Pical. Kepiawaian lelaki Siri Sori Islam, kelahiran Ambon, 34 tahun silam ini membawanya mendulang rupiah yang tak sedikit. Padahal, saat memulai usaha, Ronald tidak dibekali modal!!
Setamat di SMAN 1 Salahutu, tahun 2001, Ronad Abdullah Pical tak melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Dia malah merantau. Tujuannya, mengubah nasib dan membahagiakan keluarga. Bula, kabupaten di Seram Bagian Timur (SBT) pilihannya. Tahun 2002, dia memulai perjalanan. Dari dermaga Hunimua, Tulehu, Kecamatan Salahutu ke Amahai, dengan biaya pas-pasan. Untung saja Hj.Norma Toisutta—istri pamannya, H.Ahmad Masahelupical— keduaya kini meninggal, memberinya uang Rp75.000, sekaligus motivasi dan wejangan.
Tiba di kota minyak tersebut, Ronald—sapaan akrab pria kelahiran Ambon, 3 Agustus 1982 ini menumpang di rumah Harun Wakano—(kini alm), anggota TNI AD—istri dari Kalsum Pical. Dari kakak iparnya inilah, Ronald mengaku mulai belajar dan mengerti begitu banyak hal. Termasuk, soal tanggungjawab, hingga trik-trik menggapai sukses.
Setelah dua bulan di Bula, Ronald berketetapan hati untuk mengajukan lamaran kerja. Tak tanggung-tanggung, lamarannya ditujukan ke perusahaan minyak. Karena hanya berbekal ijazah SMA, dia diterima sebagai Mess Boy atau pelayan dapur– Cattering, PT. Prasmanindo Boga Utama.
Hanya saja, 6 bulan kemudian, manajemen perusahaan ini melakukan perampingan karyawan. Satu keberuntungannya, karena dia tidak termasuk 60 orang yang di PHK. “Nasib baik berpihak ke saya. Manajemen perusahaan meminta saya melanjutkan kontrak di PT Kufpec,” tuturnya.
Di PT Kufpec ini, Ronal diberi kepercayaan memegang jabatan Room Boy. Disini, awal karir mulai menanjak. Sebab, di sela-sela pekerjaan, dia mulai membangun kinerja yang baik. Disetiap pekerjaan, dia amati, teliti, dan modifikasi (ATM). Makanya saat jam istirahat, menyempatkan diri belajar administrasi dan lain lain. “Kurang lebih 5 bulan, saya dipromosikan lagi menjadi tenaga administrasi. Kesempatan emas itu, saya gunakan untuk merekrut kedua adik saya, Budi dan Jefri,” tambah tamatan SD Negeri 43 Ambon (1996) dan SMPN 4 Saparua ini.
Setelah banyak pengalaman, dan seiring perjalanan waktu, maka tahun 2009, dia mundur dari PT. Kufpec. Tetapi, kemundurannya tidak secara keseluruhan. Dia memanfaatkan perusahaan tersebut sebagai mitra kerja. “Alhamdulillah, saya diterima menjadi Suppllier Cattering dengan PT. Kalrez yaitu di PT. Spektra Solusindo Jakarta.
Dari perusahaan ini, Ronald bertemu seorang pengusaha, Sain Sabrin. Bermodal kepercayaan, dia diberikan bantuan modal. Dalam waktu lima bulan, Ronald mengantongi penghasilan Rp100 juta per bulan. Ronald pun mengembalikan modal yang diberikan San Sabrin.
Setahun kemudian, yakni 2010 Ronald ditawarkan mengelolah kegiatan di Kecamatan Bula, yaitu Pemberdayaan Masyarakat Program Pemberdayaan Desa Tingkat Kecamatan ( P2DTK ). “Saya merasa bangga, bukan dari segi materinya, tetapi bisa membangun sarana infrastruktur kepada orang orang yang membutuhkan,” tuturnya.
Tahun 2011, anak kedua dari empat bersaudara pasangan Hasan Pical dan Aisyah Matuseya ini mendapat kepercayaan melanjutkan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd), merintis dari awal pasca Fase Out Program. Berkat kerja keras dan kekompakan team, serta binaan dari motifator Franky Pattipelohy, dia banyak berbuat. Dari yang tidak ada apa-apa, menjadi ada. Salah satunya dibidang Simpan Pinjam Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Banyak kelompok disini yang sudah sukses.
Soal kiat sukses? Kuncinya terletak pada perencanaan yang tepat. Konsisten, fokus, serta yakin pada Allah. Dan, yang penting, menciptakan target-target baru. Satu kelebihan darinya adalah, sekalipun telah meraih sukses, namun tidak membuatnya bersombong diri. Dia menjadikan apa yang dia raih, hanyalah untuk mengukur diri. Termasuk, mengajak banyak orang untuk optimis dengan kemandirian hidup. “Apapun capaian yang diraih, tetap harus rendah hati. Tidak merendahkan orang lain,” ujarnya.
Menyinggung masa kecilnya, sejatinya Ronald dikenal sebagai anak nakal. Hanya saja, tidak berlangsung lama. Dia kemudian bertekad merubah pandangan orang kepadanya. Timbulah pikirannya untuk merantau. Apa yang dicita-citakan berjalan bagai air mengalir.
“Di lingkungan keluarga maupun cara bergaul, saya dianggap nakal. Berangkat dari pandangan itu, saya bertekad merubahnya. Saya ingin keluar dari dan mau berubah untuk mengangkat jati diri dan keluarga,” ujarnya kepada Inspirasi, awal Oktober ini.
Dalam perjalanan karirnya, dia bertemu seseorang. FirzaYuni Rumalowak. Keduanya pun menyatukan komitmen, melepas masa lajang, tepat 4 Desember 2004. Hasil cinta kasih mereka membuahkan dua buah hati, Naiha Suraini Pical dan Naluni Syahrial Pical.
Sebagai kontraktor, didirikanlah CV. Bais Wai Guna. Istrinya menjadi direktur. Bisnis kontraktornya semakin maju dan di akhir tahun 2014 Ronald kembali menambah 1 buah perusahaan lagi, yaitu CV. Naiha Sinar Perdana (NSP) dan di rencanakan akhir tahun 2016 nanti mendirikan CV. Naluni Surya Perkasa (NSP).Maksud mendirikan perusahaan, tidak lain membuka peluang usaha bagi warga sekitar.
Kesuksesan yang diraih membuatnya semakin banyak mengukur diri. Menciptakan target-target baru. Lebih utama dari itu, dia mengajak banyak orang untuk optimis dengan kemandirian hidup. “Janganlah melihat asal saya, di Bula inilah tempat tidur, makan, hidup dan meraih sukses. Di Bula inilah, saya bangga dan bertekat untuk terus membangun,” demikian slogannya. (safri hatala/masohi)