kuli organk

Mengonsumsi makanan organik dipercaya lebih aman bagi tubuh. Pasalnya, makanan ini tidak terpapar pestisida dan pupuk buatan. Selain dari proses pengolahan makanan, yang jadi perhatian khusus adalah bahan baku yang digunakan. Makanan olahan dari bahan baku organik ini pun menjadi tren.

Sebenarnya sudah banyak pengusaha yang menggeluti bisnis penjualan bahan organik, mulai sayuran, buah, hingga daging ayam. Di swalayan, kita bisa menemukan banyak produk berlabel organik. Tetapi, di samping berjualan produk, ternyata ada peluang usaha lain yang juga menjanjikan, yakni mengelola restoran atau kafe organik.

Menu yang ditawarkan restoran ini sehat. Dimana, menu diolah menggunakan bahan baku organik. Artinya, bahan baku yang digunakan benar-benar dimulai dari proses penanaman. Tanaman tidak terkena bahan kimia, baik dari pupuk maupun obat-obatan. Bahan baku organik dipercaya memiliki kandungan nutrisi dan kadar mineral yang lebih tinggi dari bahan makanan non-organik.

Helga Angelina dan Max Madias, founder dan owner Burgreens, mengemukakan, bahan organik yang diolah harus berasal dari kebun di sekitar lokasi pengolahan. Pasalnya, pengertian organik secara sederhana yaitu , produk lokal. Jarak antara kebun dengan meja makan diusahakan sedekat mungkin.

Keduanya kembali ke Indonesia dari Belanda untuk membuka restoran sesuai gaya hidup mereka. Awalnya, mereka membuka usaha online. Tetapi, lantas membuka Burgreens pada November 2013. Modal awal sebanyak Rp 220 juta. Modal itu untuk menyuplai bahan baku organik, dari Yayasan Usaha Mulia dan Organic Club.

Max dan Helga mengangkat burger sebagai menu utama. Alasannya, burger merupakan kuliner populer. Keduanya menggunakan gandum untuk bahan pembuatan roti burger. Sementara untuk patty yang biasanya dari daging, Max ubah menjadi sayuran organic. Sebut saja, ayam, jamur, dan kacang-kacangan.

Selain burger, Burgreens juga menyediakan aglio olio, nugget dari jamur dan kacang-kacangan, keripik kentang manis, dan beragam salad. Sekitar 80% menu ini bisa dinikmati vegan dan vegetarian. Untuk menikmati menu ini, konsumen membayar Rp 22.000 hingga Rp 80.000 per porsi.

Burgreens juga menawarkan minuman sehat, seperti jus dan smoothies dari sayur dan buah, serta pencuci mulut es krim dari buah dan kacang-kacangan. Harga minuman, Rp 10.000–Rp 45.000 per gelas.

Hari-hari biasa, pengunjung sekitar 20 orang–40 orang. Namun, akhir pekan meningkat 50 hingga 100 orang per hari. Adapun karyawan di kafe ini sekarang mencapai 25 orang.

Kebanyakan meja makan diletakkan di luar ruangan dengan meja dan kursi dari perpaduan bahan kayu dan besi. Kafe ini juga dikelilingi pepohonan yang membuat pengunjung merasakan atmosfir yang tenang.

Kisah serupa dialami pasangan suami istri, Hendra Alamin dan Yosefina Skolastika yang membuka rumah makan Sedap Alami di Bendungan Hilir dan Puri Kembangan di Jakarta. Seusai sang istri, Yosefina, menjalani operasi tumor, gaya hidup mereka berubah total.

Mereka merogoh kocek lebih dari Rp 100 juta sebagai modal. Selain untuk tempat, juga membeli peralatan masak berkualitas. Peralatan masak juga mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan. Kebanyakan restoran masih memasak dengan peralatan dari alumunium. Padahal, bahan alumunium menimbulkan reaksi kimia yang bisa menempel pada masakan.

Selain menu utama, Sedap Alami juga menyajikan panganan tradisional seperti kue apem dari ubi jalar, bagelen, dadar gulung hijau suji, bakpau labu, timus singkong, dan kembang tahu. Berbagai menu ini ditawarkan dengan kisaran harga Rp 3.000–Rp 25.000 per porsi.

Pengunjung rumah makan Sedap Alami berkisar 50 orang–100 orang per hari. Hendra mengaku bisa meraup omzet Rp 170 juta per bulan. Adapun laba bersih untuk makanan organik, lebih kecil dibandingkan makanan non-organik.(kon-din)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here