Makassar, Inspirasimakassar.com:
Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar memperingati Nuzulul Qur-an. Dihadiri, keluarga besar masyarakat Islam Maluku di Makassar, serta mahasiswa Islam asal pulau penghasil rempah-rempah tersebut. Nuzulul Qur’an berlangsung di Asrama Putri Ama Sumitro (Aspuri) Maluku, Jalan Tupai, 124 Makassar ini dirangkaikan buka puasa dan tarawih bersama. Drs.H.Asri Hidayat Mahulauw tampil membawakan ceramah bertema sentral “Menebar Berkah Par Katong Samua”.
Pembina KWIM Maluku, Prof. Dr.Atja Razak Thaha, Msi, mengemukakan, peristiwa Nuzulul Qur’an bertalian dengan perkambangan perkembangan zaman. Perkembangan pengetahuan demikian maju, utamanya dibidang teknologi informasi.
“Kita harus belajar betul mengusai teknologi informasi. Sebab, dunia ini semakin maju. Saya mengulkan, perlu ada diskusi-diskusi kecil, ada forum-forum yang bersifat tematik untuk lebih mendorong mahasiswa untuk tidak sekadar kuliah saja, melainkan mendorong kecerdasan,” tuturnya.
Asri Hidayat Mahulauw mengisahkan sejarah turunnya kitab suci Al-Qur’an. Dimana, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq. Surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira tersebut terdiri dari lima ayat yang artinya, Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dan, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Menurut Asri—demikian sapaan guru Seni Budaya, MAN Model Negeri 2 Makassar ini, peristiwa Nuzulul Qur’an merupakan peristiwa demikian sakral. Di antaranya, malaikat jibril langsung memasukan wahyu ke hati Rasulullah Muhammad SAW. Ketika itu, nabi tidak melihat apapun. Dia, hanya merasa ayat tersebut sudah berada di dalam kalbunya. Di sisi lain, malaikat menampakkan dirinya, berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya, sehingga dia mengetahui dan menghafalnya.
Wahyu datang kepada Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam secara tiba-tiba seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan nabi. Sesekali, keningnya berpencaran keringat, meskipun turunya wahyu tersebut saat cuaca yang sangat dingin.
Di bagian lain Asri mengakui, pelaksanaan Nuzulul Qur’an bertemakan “Menebar Berkah Par Katong Samua” memberi warna, betapa masyarakat Islam Maluku bersama seluruh mahasiswanya menyatu-padukan arah dan pandangan-pandangan positifnya, demi Maluku yang satu.
Humas KWIM Pusat Makassar, Din Pattisahusiwa mengemukakan, Nuzulul Qur’an di Aspuri Ama Sumitro, diinisiasi Bidang Pemberdayaan Perempuan KWIM, bekerjasama dengan Bidang Sosial, Seni, Budaya, dan Keagamaan KWIM Pusat Makassar.
“Sebenarnya Nuzulul Qur’an ini dilaksanakan di kediaman Ir.Hj.Anita Casathikhan Maricar Sahib, namun beliau menyarankan untuk dilaksanakan bersama adik-adik mahasiswa di Aspuri Ama Sumitro. Tentunya KWIM mengucapkan terima kasih kepada ibu Nita Maricar atas semua bantuan, sehingga terselenggaranya Nuzulul Qur’an ini,” ujar Din Pattisahusiwa.
Khusus bulan Ramadhan tahun ini, KWIM Pusat Makassar menggelar acara buka puasa dan tarawih bersama di kediaman Prof.H.Sadly AD,M.P. A (Ketua KWIM) pada Ahad, 20 Mei di Kompleks Perdos Baraya, Rabu 23 Mei di Asrama Putri Maluku-Jalan Tupai, Ahad, dan 27 Mei di rumah Bapak Rio Subagio. Buka puasa dan tarawih selanjutkan akan dilaksanakan di rumah Prof.Dr.dr.Atja Razak Thaha, M.Sc Kompleks Perdos Unhas Tamalanrea pada Selasa, 5 Juni. Dan di rumah Hj.Ani Mochtar, Minggu 10 Juni di kompleks Anggrek Minasaupa.
Sekadar di ketahui, KWIM dibentuk para sesepuh Islam Maluku di Makassar, sekitaran tahun 1968/1969. Mereka di antaranya, Kol. (TNI) Heluakan, Kol. (TNI) Salampessy, H.Djamaluddin Yahya, Prof.M.G.Ohorella,SH, Prof.Drs.Saleh Putuhena, Drs.Ali Kaplale, Dr.Rahman Kota SU, dr.Tuande Maricar, dan Drs.Tahir Wajo (Maluku Tengah). Dari Maluku Utara diantaranya Letkol Marsaoli, Drs.Amin Mustari, dan dr.Machmud Muhammad. Sedangkan Maluku Tenggara diantaranya diwakili, Arsyah Ohitenan,SH, dan Ingratubun.
Tujuan pembentukan KWIM saat itu, untuk menghimpun masyarakat Islam Maluku di Makassar, sekaligus melakukan kegiatan-kegiatan tarawih bersama, menghadiri kematian, pernikahan, hingga keterlibatan dalam membantu pemerintah Kota Makassar.
Dalam perjalanan waktu, KWIM pernah mengalami perubahan nama. Melalui Musyawarah Wilayah (Muswil) tahun 2011 di Hotel Singgasana disepakati, KWIM menjadi KWIM-MU yakni Kerukunan Warga Islam Maluku-Maluku Utara. Perubahan nama ini sekaitan pemekaran Provinsi Maluku menjadi Maluku dan Maluku Utara.
Namun, dalam perjalanannya, pada Muswil tahun 2017, juga di Hotel Singgasana KWIM-MU kembali ke KWIM. Perubahan nama ini didahului panel diskusi bertema “Katorang Samua Basudara”. Para pembicara masing-masing, Prof.H.Sadly A Djabar,M.P.A, Drs.Ishak Ngeljaratan, dan Dr.Zaenal Usman,M.Si.
Panel diskusi dibuka Ketua KWIM-MU masa bakti 2011-2016, Drs.Abubakar Wasahua,MH—(mantan anggota DPRD Sulsel tiga periode–kini anggota DPR-RI), dengan 20 orang peserta, utusan perwakilan Maluku, Maluku Utara, Maluku Tengah, dan Maluku Tenggara. Moderator, Dr.Mashuri Kamidin. (din)