Inspirasimakassar.com:
Kesulitan hidup yang dialami masyarakat pinggiran, menjadikan mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan dengan baik. Malah, kebanyakan dari mereka, memilih drop out. Padahal, Undang Undang mengamanahkan, pendidikan dasar yang layak, merupakan hak setiap warga negara, tanpa kecuali.
Selama ini, masyarakat miskin dikonotasikan sebagai orang bodoh. Padahal, tingkat kecerdasan mereka sama dengan masyarakat berkecukupan. Bahkan, lebih. Disisi lain, yang terjadi adalah, diskriminasi proses pendidikan, sehingga kesempatan masyarakat pinggiran semakin berkurang. Bahkan hilang. Jika hal ini terus terjadi, bagaimana bangsa ini mau maju?
Demikian Mulyadi, M.Pd saat membedah disertasi berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Peer Learning Calistung (PLC) bagi masyarakat pinggiran Kota Makassar” di gedung Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar (UNM), belum lama ini. Usai mempertahankan disertasinya, Mulyadi kemudian berhak menyandang gelar akademisi tertinggi, doktor pada program studi Ilmu Pendidikan dibawah promotor Prof.Dr.H.Ismail Tolla,M.Pd, serta Prof . Dr.H.Husain Syam,M.TP dan Prof.Dr.Hamzah Upu,M.Ed masing-masing sebagai kopromotor.
Suami dari Tantiana Syamsuddin ini mengakui, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan dasar pada masyarakat pinggiran di Kota Makassar. Titik fokus penelitiannya di Taman Baca Kelurahan (TBK) Antang, dengan lokasi desiminasinya, TBK Paotere.
Menurut lelaki Bugis, kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini, pengembangan model pembelajaran Peer Learning Calistung dalam pendidikan dasar bagi masyarakat pinggiran Kota Makassar melalui pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Ia menggunakan tematik integrative. Selanjutnya analisis tugas, untuk mengidentifikasi keterampilan utama yang diperlukan, guna merancang tugas-tugas murid, setelah melaksanakan pembelajaran dari spesifikasi tujuan pembelajaran.
Kegiatan pada spesifikasi pembelajaran adalah, merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran berdasarkan analisis tugas dan analisis konsep. Perincian tujuan pembelajaran tersebut, merupakan acuan dalam merancang model pembelajaran.
Pada tahap perancangan, demikian ayah tiga anak masing-masing Fauzan Mulya, Fauziah Mumtaja Mulya, dan Faulia Muntahana Mulya ini menakup perancangan perangkat dan model pembelajaran. Ada pula tahap pengembangan. Tujuannya, untuk menghasilkan prototipe model pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan instrument penelitian. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa, semua komponen yang divalidasi memenuhi kriteria, sehingga dinyatakan valid dan layak digunakan.
Mulyadi menyarankan model pembelajaran Peer Learning Calistung murid, diharapkan dapat menggali dan melatih kompetensi kemampuan diri, secara perorangan, agar dapat membawa kepercayaan diri demi masa depan yang lebih baik.
Sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas pembelajaran, urai dosen manajemen pedidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Agama Islam, Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam, sekaligus Ketua Manajemen Pendidikan Islam Pasca sarjana Universitas Islam Makassar (UIM), ini, guru hendaknya menerapkan konsep pembelajaran tuntas. Dengan menggunakan Peer Learning Calistung yang dapat menerapkan konsep belajar tunas. Mengingat, masalah ketuntasan dalam belajar sangat penting. Sebab menyangkut masa depan siswa, lebih lebih bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.
Model pembelajaran yang dimaksud Peer Learning Calistung, demikian Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sulawesi Selatan ini, adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang dimaksudkan untuk memotivasi siswa mencapai kompetensi tertentu.
Kepada pemerintah, putera dari pasangan H.Amboasse dan Hj.Fatimah, serta anak menantu dari H.Syamsuddin (alm) dan Hj.Hafidah ini meminta, sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai dan memfasilitasi guru untuk mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran Peer Learning Calistung. Memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi diri, demi keprofesionalan kerja. Serta, memperhatikan sepenuhnya masyarakat yang tidak mampu menuntut ilmu.
Disisi lain, model pembelajaran Peer Learning Calistung bagi murid diharapkan mereka dapat menggali dan melatih potensi dan kemampuan diri secara perorangan, agar dapat membawa kepercayaan dirinya agar masa depan lebih baik. (din pattisahusiwa)