pupuk-3Setiap tahun, kelangkaan pasokan pupuk anorganik bersubsidi ditingkat petani menjadi momok bagi petani. Akibatnya, harganya tidak menentu, sehingga berpengaruh pada daya beli. Kelangkaan inilah membuat petani beralih ke pupuk kocor. Dirman Yunus, petani di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, salah satunya.

Dosen Universitas Muhammadiyah Palopo ini, beralih ke pupuk kocor, lantaran pupuk anorganik kurang ada dipasaran. Harganya pun semakin tidak menentu. Pupuk urea misalnya harganya Rp1800-Rp2000/Kg, ZA Rp1400/Kg, NPK Rp2300/Kg. Harga-harga tersebut belum termasuk biaya pengangkutan ke lokasi.

Kondisi inilah membuatnya hampir putus asa. Padahal, waktu tanam semakin mendekat. Saat bersamaan, dia mendapat kabar dari rekan-rekannya, jika Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah di Makassar bakal menggelar pelatihan cara pembuatan pupuk organik kocor.

“Saya menggunakan kesempatan tersbeut untuk mengikuti pelatihan tersebut. Apalagi, para pelatihnya adalah mereka yang berpengalaman dalam pembuatan pupuk kocor. Makanya, saya mengikuti dengan detil, cara dan pembuatan pupuk kocor,” ujarnya kepada Inspirasi beberapa waktu lalu. Setelah mengikuti pelatihan, Dirman bergegas ke kampung halaman untuk mengaplikasikannya.

Menurutnya, cara pembuatan pupuk kocor tidak sulit. Misalnya, parut buah nenas yang matang atau hampir busuk. Dapat diganti dengan pisang atau pepaya. Setelah itu diaduk hingga rata pada ember. Setelah itu dimasukan gula pasir sekitar 1/4 kg, diaduk, kemudian ditutup dengan kain dan diikat karet. Setelah 7 hari, adukan dimasukan drum berisi limbah ternak yang kering, kemudian ditutup lagi selama 7 hari, baru digunakan sebagai pupuk kocor.

Dirman menyebutkan, penggunaan pupuk kocor pertama dilakukan dengan cara disemprot pada padi di persemayan. Sekitar satu bulan kemudian, diberi dipupuk kembali melalui saluran air di petakan sawah. Bisa juga digunakan ember atau selang untuk menyiram lahan agar sebaran pupuk merata dan tidak keluar petakan sawah. Untuk satu hektar dibutuhkan sekitar 1000 liter pupuk kocor.

Efektivitas pupuk dengan bahan baku utama buah nenas ini selain langsung diserap tanaman, juga ramah lingkungan. Tidak mengandung racun dan bakteri atau penyakit. Disisi lain, pupuk ini juga meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan tanaman secara total, merehabilitasi tanaman dan tanah, pengendali hama alami. Keuntungan lain, nilai ekonomis, praktis dan efisien, serta dapat digunakan untuk segala jenis tanaman, baik sawah maupun perkebunan, sayuran, serta buah.

Jika pupuk kocor digunakan dengan teratur, maka dalam satu hektar produksi padi mencapai 12 ton, dibandingkan menggunakan pupuk anorganik yang hanya rata-rata 10 ton per hektar. Selain hasil produksi, kualitas berasnya pun lebih baik. “Kualitas beras menggunakan pupuk kocor jauh lebih baik. Buktinya, banyak pejabat pemerintah dan instansi terkait, termasuk Kepala Dinas Pertanian di Luwu pun membeli beras dari saya,” jelasnya.

Keberhasilan Dirman menggunakan pupuk kocor di Luwu membuat sejumlah petani di lain daerah mengikuti jejaknya, seperti di Palopo, maupun Luwu Timur, serta daerah lainnya di Sulawesi Selatan.

Cara membuat:
1. Tuangkan kedalam drum bahan baku dari kotoran hewan
2. Tumbuk buah-buahan atau sayuran sampai halus kemudian ditambah gula secukupnya sebagai bahan makanan bagi bakteri
3. Tutup rapat campuran air gula dan buah-buahan sekurang-kurangnya satu minggu
4. Aduk bahan baku kotoran hewan setiap hari minimal10 menit dan ditutup kembali
5. Setelah 1 minggu buka dan campurkan bahan baku dengan hasil fermentasi (laurtan gula dan buah-buahan atau sayuran busuk)
6. Aduk hingga rata dan tutup kembali
7. Setelah 1 minggu buka dan pisahkan cairan dalam drum dengan proses menyaringan
8. Hasil saringan adalah pupuk kocor
9. Bisa disemprotkan ketanaman padi atau tanaman palawija lainnya
10. Endapannya dapat digunakan dalam pembuatan pupuk kembali atau dapat disiramkan keakar tanaman.

11.Semakin banyak pupuk kocor di masukkan kedalam sawah akan lebih baik,sebab akan semakin cepat dalam proses penyuburan tanah.(*)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here