Proses pembuatan kompos dari kulit coklat
Proses pembuatan kompos dari kulit coklat

Pupuk dari bahan dasar kulit kakao bisa menghemat biaya hingga 50 persen, karena unsur hara yang ada hampir mencukupi. Agar unsur hara ini mencukupi bisa ditambahkan dengan pupuk ZA dan NSP. Selain menghemat biaya, juga ramah lingkungan, karena tidak mengandung zat asam berlebihan, sehingga tidak membuat struktur tanah menjadi keras.

Upaya melestarikan lingkungan, dengan mengurangi dampak dari penggunaan bahan kimia menjadi perhatian berbagai elemen. Salah satunya dari, Smallholder Livelihood Development Project (SOLID) atau Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil (PKPK) Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Maluku. Untuk menggalakan pertanian dengan konsep ramah lingkungan ini, lembaga ini menggelar pelatihan teknis pembuatan kompos dari kulit buah kakao, belum lama ini.

Pelatihan dilangsungkan di  Desa Jembatan Basah dan Desa Rukun Jaya, Kecamatan Bula Barat. Pesertanya 20 orang dari dua desa. Fokus utamanya, pengembangan komoditi kakao. Desain kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan komoditi kakao, sekaligus mewujudkan konsep pertanian  organik.

Mengapa kompos dari kulit kakao? Karena, selain menguntungkan, biaya pemupukan turun hingga 50 persen, lebih rendah dibandingkan pemupukan non organik (kimia). Inilah yang membuat permintaan kompos lebih tinggi. Misalnya, seorang petani bisa menghasilkan kompos dari kulit kakao 40 ton, selama dua bulan. Harga jual kompos ditingkat petani Rp 500 per kilogram. Lama kelamaan pupuk kimia (urea, SP36, KCL, dan NPK) ditinggalkan, karena harganya tinggi.

Syafrudin Bugis, Officer Pertanian SOLID SBT mengaku, upaya memproduksi kompos kulit buah kakao dilakukan agar petani bisa merasakan manfaat yang selama ini hanya dibiarkan menumpuk.

Pihaknya juga melakukan kegiatan pelatihan teknis, dengan terlebih dahulu  mencacah kulit buah kakao menggunakan mesin pencacah. Dengan adanya pelatihan teknis, maka selain biji kakao, kulitnya juga dapat digunakan sebagai kompos. Tentunya, untuk mengembalikan unsur hara tanah yang hilang.

Menurutnya, setiap musim  panen  dikedua desa ini terdapat sekitar 15 hingga 20  ton kulit buah kakao. Sehingga bisa menjadi sumber penyebaran hama dan penyakit tanaman, terutama Penggerak Buah Kakao (PBK) dan penyakit busuk buah oleh jamur phytoptora.

Pada perkebunan kakao berskala besar, biasanya upaya pemanfaatan kulit buah kakao ini dilakukan dengan menimbunnya diareal tanaman. Tujuannya memutus siklus hidup hama dan penyakit yang telah menginfeksi bagian kulitnya, sekaligus mengembalikan unsur hara tanah yang terserap tanaman.

Hasil cacahan kulit buah kakao berupa bungkil dimasukkan ke bak-bak kompos yang sudah disiapkan, dengan memberikan bahan  Efektifitas Organisme EM-4, dan cairan gula sebagai pengurai. Hanya dalam waktu satu sampai dua bulan, kompos kulit buah kakao sudah bisa dimanfaatkan.

 

Cara Pembuatan

  1. Kulit kakao dikumpulkan atau ditumpuk pada bagian kebun yang mudah dijangkau oleh kendaraan mesin pencacah buah kakao.
  1. Sebelum dilakukan pencacahan kulit kakao, sebaiknya kulit kakao ditutup dengan plastik dengan tujuan untuk memutuskan siklus hidup PBK dan mempercepat proses pelapukan
  1. Setelah pencacahan kulit kakao menjadi partikel yang lebih kecil, campurkan dengan lendir kakao, sekam padi dan EM-4 sesuai dengan resep diatas secara merata. Tinggi tumpukan bahan adalah 50 cm dengan tujuan untuk mempertahankan temperature pengomposan.
  1. Tutup adonan yang telah  tercampur rata dengan plastik, dan lakukan pengadukan dua kali dalam sehari selama 4-5 hari  atau sampai adonan sudah tidak panas lagi.
  1. Proses pengomposan akan berjalan selama 2 minggu.
  1. Setelah proses pengomposan selesai , plastik penutup di buka dan dikering-anginkan bahan yang telah jadi 3-4 hari dengan tujuan untuk menurunkan kadar air bahan.

 Keunggulan menggunakan kompos

  1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap
  2. Dapat memperbaiki strukture tanah dengan cara sebagai berikut :

–       Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan bahan organik didalam tanah

–       Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara.

–       Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut.

–       Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.

–       Membantu proses pelapukan bahan mineral

–       Melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan oleh erosi

–       Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)

  1. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
  2. Menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan.

 

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here