
Jakarta, Asap rokok merupakan salah satu faktor risiko terserang kanker paru. Tidak hanya bagi si perokok, tapi juga bagi mereka yang menghisap asap dari perokok yang ada di sekitarnya. Lalu, apakah itu artinya perokok pasif lebih berisiko terserang kanker paru?
dr Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD, konsultan onkologi paru dan mediastinum dari RS Persahabatan mengungkapkan perokok pasif adalah orang yang sehari-hari terpapar asap rokok, padahal tidak merokok. Hal ini membuat mereka lebih berisiko terserang kanker paru daripada orang yang jarang terpapar asap rokok.
“Misalnya dia serumah sama perokok. Ini perokok pasif. Tentu risikonya lebih besar daripada orang yang tidak serumah sama perokok. Tapi tetap risiko perokok lebih tinggi,” ungkap dr Elisna, di RS Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (5/2/2015).
Dijelaskan dr Elisna, perokok pasif terpapar polusi asap lebih banyak daripada non-perokok. Jika non-perokok hanya terpapar asap polusi di jalan raya, perokok pasif juga terpapar polusi asap rokok di rumah.
“Istilahnya indoor polution. Jadi bukan risikonya lebih tinggi. Tapi lebih kepada sakit hati. Saya nggak merokok kok kena kanker paru. Sementara yang perokok kan sudah tahu risikonya,” tuturnya lagi.
Oleh karena itu dr Elisna menyarankan bagi yang tinggal satu rumah dengan perokok, untuk dapat melakukan pencegahan. Misalnya dengan meminta pasangan berhenti merokok.
Selain itu pencegahan juga harus dilakukan, yakni dengan melakukan pola hidup sehat. Tak sulit, pola hidup sehat bisa dilakukan dengan melakukan olahraga rutin dan menjauhi makanan yang tidak sehat.
“Olahraga dan makan sehat. Dan paling penting, hidup positif, jauhi stres. Kalau stres akan melepaskan noradrenalin atau hormon tidak baik yang merugikan tubuh,” ungkapnya. (Int)