gawai dayak
Pekan Gawai Dayak 2016 telah diadakan, kali ini dipusatkan di Rumah Radakng Pontianak pada 20 – 27 Mei 2016 diikuti oleh seluruh elemen masyarakat dari berbagai Kabupaten di Kalimantan Barat. Selain itu juga diikuti oleh negara jiran Sarawak, Malaysia. Saat kami meninjau kegiatan di Rumah Radakng antusias masyarakat sangat tinggi dengan berbagai suku dan agama dalam rangka memeriahkan acara tahunan ini, demikian dikatakan oleh Aguswandi, SE Ketua Dewan Adat Dayak Sambas.
Ditambahkan Aguswandi, sekilas tentang Gawai Dayak merupakan satu-satunya peristiwa budaya Dayak yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun oleh suku Dayak yang kali ini sudah memasuki tahun ke 31, maksud dan tujuan dari perayaan gawai dayak adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta (Tuhan) atas panen yang melimpah ruah, sekaligus memohon agar panen berikutnya diberi kelimpahan.
Ada sejumlah upacara yang harus dilakukan dalam Gawai Dayak. Upacara adat tersebut menjadi semacam rangkaian prosesi baku yang harus dilewati. Sebelum Gawai naik dango ada istilah “berape” artinya persiapan buka ladang, kemudian dilanjutkan dengan “mamhi” . Artinya bercocok tanam padi, setelah itu “naik dango” artinya panen, naikkan padi diatas pondok atau lumbung padi oleh ketua adat. Sebagian hasil panen disimpan di dango yang disebut “kalangko” dan ketua adat serta masyarakat berkumpul, tukas Sarjana Ekonomi Widya Dharma ini.
Beragam makanan tradisional dan sejumlah sesaji pun tak lupa disiapkan sebagai salah satu unsur penting upacara,minuman tradisional yang terbuat dari bahan alami antara lain yaitu tuak dan arak yang terbuat dari ketan hasil panen selain mengucap syukur kepada tuhan atas hasil perladangan dan Gawai Dayak juga bertujuan untuk mengumpulkan saudara saudara mereka yang sibuk dengan perkerjaan sendiri selama satu siklus perladangan untuk saling meneguhkan, memaafkan dan saling membagi pengalaman hidup, lanjut suami Bita Lorenzia Agatha ini.
Dalam perkembangannya di dunia modern saat ini, Pekan Gawai Dayak menjadi ajang pertemuan para tokoh-tokoh dan masyarakat dari di beberapa daerah di Kalimantan Barat dan mereka berkumpul di suatu tempat yang diakomodir oleh Pemerintah Daerah sehingga acara ini menjadi tumpuan wisata daerah yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, wisatawan lokal dari berbagai daerah dan wisatawan manca negara, demikian dikatakan Drs Timotius Ketak, Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalimantan Barat.
Ditambahkan oleh Timotius Ketak yang juga Anggota Dewan Prov Kalbar ini, Pekan Gawai Dayak modern ini dimeriahkan oleh Pameran Budaya Adat Dayak yang mempertemukan unsur budaya dari berbagai daerah suku dayak di Kalbar, seperti proses pembuatan kain tenun dari Sintang terbuat dari pohon mengkudu, kerajinan dari rotan, kerajinan dari kayu yang bisa membuat berbagai bentuk wadah kebutuhan sehari-hari, kerajinan pernak-pernik hingga aksesoris etnik Dayak. Semua itu menambah kemeriahan acara Pekan Gawai Dayak yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dan pecinta seni accesoris Dayak.
Selain itu juga berbagai elemen ikut berpartisipasi seperti kerajinan dari negeri jiran Sarawak Malaysia yang merupakan bagian dari Borneo, ada juga persatuan komunitas peduli orang utan di Ketapang yang memberikan edukasi visual dan mengadakan lomba menggambar orang utan yang menunjukan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan permainan rakyat “menyumpit” yang merupakan permainan khas orang dayak , demikian tandas Anggota Dewan dari Partai Hanura ini.
Sejauh ini saya melihat acara Pekan Gawai Dayak telah berlangsung sukses dan saya yakin panitia telah akan berusaha lebih keras lagi memajukan acara ini dengan nilai-nilai budaya Dayak dan menjaga kelestarian budaya Dayak Kalimantan dengan melakukan event-event yang lebih spektakuler lagi dari masa ke masa. Agenda ini merupakan bagian dari memajukan program pariwisata daerah Kalimantan Barat sehingga produk unggulan daerah dikenal di seluruh wilayah Indonesia,” tutur Timotius. (citizen reporter Rudi Hartono, melaporkan dari Kalbar)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPengawas Sekolah Dilatih Memantau Kemajuan Literasi Sekolah
Berita berikutnyaHiu Karpet, Hewan Fantastis dari Raja Ampat
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here