Petani, tidak sekadar mereka yang mencangkul dan bercocok tanam. Bukan pula hanya masyarakat biasa. Tetapi, pejabat atau mantan pejabat pun malah lebih giat. Apalagi, keberhasilan petani, tidak saja memproduksi untuk makan saja, tetapi benar-benar mampu memanej usahataninya demi mengangkat masa depan sebuah daerah yang lebih maju. Karenanya, yang dibutuhkan adalah, manajer yang mampu mendesain dan menyuguhkan tata kelola usahatani yang lebih baik. Dari situ pulalah, dia bisa memanfaatkan peluang, guna memetik panen yang maksimal.
Mantan Bupati Seram Bagian Timur (SBT), Abdullah Vanath misalnya. Sebelum mengakhiri masa pemerintahannya di kabupaten pecahan Maluku Tengah tersebut, dia telah membekali diri dengan berbagai pengetahuan pertanian dan perkebunan. Makanya, tak heran, saat ini, suami dari Rohany Vanath yang tak lain adalah anggota DPR-RI ini tinggal mengayun-ayunkan kaki. Menikmati hasil dari kerja keras dari tangan terampilnya.
Bagi bupati dua periode (2005-2015) ini, tidak ada kata terlambat atau merasa malu mengabdikan diri bagi kemajuan di tanah kelahirannya, bumi Saka Mese Nusa. Dia membangun, sekaligus menjadi manajer dalam mengelola usahatani di atas hamparan lahan sekitar 3000 hektar. Dia kepingin merubah derajat petani, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Tanaman yang dia kembangkan subur. Dan, kini memberinya produksi maksimal. Mengapa? Ya, karena tokoh pemekaran SBT itu menanami setiap tanaman dengan cinta kasih. Dan, dengan perasaan. “Untuk diingat, tanaman itu adalah mahluk hidup. Sehingga perlu diperhatikan dan dirawat,” ujarnya, seperti dituturkan Rohani Vanath, di Hotel Clarion Makassar, belum lama ini.
Di lahan besar tersebut, mantan calon gubernur Maluku ini mengembangkan tanaman pala, kenari, durian, pepaya, pisang, dan lainnya. Pala misalnya. Tanaman bernama latin Myristica fragrans ini, merupakan tanaman asli Maluku yang telah dikenal sejak dahulu. Buahnya digunakan sebagai salah satu bumbu rempah untuk menambah aroma dan citarasa masakan. Bahkan, nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, membuat buah dan biji pala menjadi komoditi perdagangan penting sejak masa Romawi.
Bagi Abdullah Vanath, hingga kini, kepopuleran tanaman pala asal Indonesia tidak luntur. Bahkan, selalu ada permintaan pasar mancanegara. Khususnya Eropa. Peluang inilah membuat dirinya dan delegasi Uni Eropa akan melakukan Momerendum of Undersanding atau penandatangannya perjanjian kerjasama. Dalam perjanjian tersebut, pihak Uni Eropa, nantinya, tidak sekadar membeli produksi pala saja, melainkan mengajari cara pemetikan yang benar, proses penjemuran sesuai standar internasional, hingga teknik pengelolaan yang lebih baik. Termasuk, melakukan pendampingin. Bahkan, mereka akan membangun pabrik.
”Bapak telah melakukan penjajakan kerjasama dengan pasar Eropa. Suatu saat nanti, antarpihak akan melakukan penandatangan kerjasama saling menguntungkan atau MoU,” ujar Rohani Vanath. Juru bicara Fraksi PKB DPR-RI ini menambahkan, dalam MoU itu harga yang digadang-gadang Rp700.000 perkilo.
Mengapa Abdullah Vanath membumikan pertanian dan perkebunan yang lebih maju di SBT? Alasannya sederhana, menggapai nilai tambah yang semakin besar atas produk pertanian, sehingga dapat berperan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang besar, tentu saja berdampak bagi peningkatan lapangan usaha dan pendapatan masyarakat, menuju kesejahteraan.
Keinginan Abdullah Vanath, demikian Rohani Vanath, menjadikan pertanian di SBT sejajar, sekaligus menjadi percontohan bagi kabupaten lain. Membuka hambatan infrastruktur, menyiapkan lapangan kerja, sekaligus mengelola sumber daya alam di pulau Ibu tersebut. Potensi alam, atau kekayaan hayati, SBT luar biasanya banyaknya. Kekayaan alam itulah menjadi daya dorong pertumbuhan ekonomi.
Vanath ingin mengembalikan kejayaan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah, sekaligus menjadikan SBT sebagai pusat pertanian terbesar di Maluku. Untuk mewujudkan itu, jauh hari sebelumnya dia telah menyiapkan diri, agar suatu hari kelak, setelah tidak menjadi pemimpin pemerintahan lagi, dia tetap eksis untuk terus meningkatkan daya saing ekonomi.
“Disaat masih berkuasa, bapak (Abdullah Vanath) telah mengajak para PNS dan masyarakat di SBT untuk tidak melupakan pertanian. Alam yang luas dan subur adalah karunia tuhan. Makanya, bapak selalu mengajak mereka memanfaatkan waktu selanya untuk bertani. Tetapi, ada juga yang kurang memanfaatkan peluang tersebut. Dan, kita lihat kini, hasil pertanian dan perkebunan yang bapak lakukan, telah membuahkan hasil. Setelah dipetik, hasilnya di jual ke berbagai pasar, termasuk di pasar Ambon,” ujar Rohani Vanat yang kini duduk di komisi Hukum dan HAM DPR RI ini. (din pattisahusiwa)