Peringatan Hari Ibu di Kantor Gubernur Sulsel

Makassar, Inspirasimakassar.com

Bangsa yang besar, bukan sekadar melihat kembali sejarahnya, melainkan menghargai jasa pahlawannya. Para perempuan misalnya. Jika membaca kembali catatan sejarahnya, sejak dulu, kaum hawa ini mempunyai semangat perjuangan luar biasa. Betapa heroiknya mereka ketika itu. Hasilnya, menggembirakan. Setiap 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu.

Di masa Orde Baru, peringatan hari ibu mengalami pergeseran makna. Lebih pada tataran kasih sayang kepada ibu secara lahiriah. Istilah “ibu” bergeser menjadi ibu secara dometikal. Bahkan, ada yang menganggap, sebagai kodrat perempuan berperan penting dalam keluarga. Membangun rumah tangga yang harmonis, memasak, hingga  menyediakan makanan bagi keluarga. Melahirkan dan mendidik anak. Jadi, makna penting perjuangan perempuan ketika itu terlupakan, dan isu-isu perempuan terabaikan.

Padahal, ungkapan kasih sayang ibu sepanjang masa, bukan tanpa sebab. Karena kenyataannya,  jasanya tidak terbendung dan tidak terhitung jumlahnya. Sejak kita lahir, dan pertama kali menangis,  ibulah yang menyambut, dengan kebahagiaan dan penuh harapan.  Bahkan, hingga akhir hayatnya!

Disisi lain, di era modern saat ini, banyak ibu sudah mandiri, kerja sendiri, hingga punya banyak akifitas. Malah, ada perempuan karir, sekalipun mempunyai aktifitas seabrek, masih sempat mambuatkan sarapan untuk anak tercinta.

Tidaklah salah, jika Presiden  Jokowi  angkat bicara. Hari ibu merupakan tonggak sejarah. Sebagai bagian perjuangan bangsa. “Tugas ibu berat. Tetapi, tugas tersebut menjadi mulia. Karena mendorong generasi penerus bangsa. Bahkan, dalam pendidikan, ibu adalah guru pertama bagi setiap anak,”ujarnya di kediaman pribadi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jalan H Bau Makassar, Sabtu, 22  Desember 2018.

Menurut mantan walikota Solo itu, ibu adalah orang pertama yang memberi isi kepada anaknya. Tak hanya itu,  ibu layaknya dokter, karena selalu siaga dengan kondisi anaknya. “Entah tengah malam, subuh, hingga pagi, kalau anak-anaknya  menangis, atau sakit. Beratnya disitu. Saya kira terlalu banyak yang kita bedah tugas ke ibu, tanpa memikirkan berapa pahalanya. Serta tidak terbersit meminta balasan,” ujarnya.

Bagi Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah,  ibu begitu penting. Makanya, saat memperingati Hari Ibu di ruang pola kantor gubernur, Kamis, 27 Desember bertema, “Bersama Meningkatkan Peran Perempuan dan Laki-laki Dalam Membangun Ketahanan Keluarga Untuk Kesejahteraan Bangsa” , ia mengemukakan, momentum hari ibu, menjadi ajang untuk memperkuat ukhuwah.

“Tidak ada lagi ego sektoral dalam menjalankan misi kesejahteraan. Hari ini, kita bangga dan berbahagia, karena kalau ibu tidak ada, kita juga tidak ada. Ayo kita berterima kasih kepada ibu kita,” urai mantan bupati Bantaeng dua periode tersebut.

Sementara itu, di jajaran Polda Sulsel,  peringatan hari ibu dipimpin  Irwasda Polda Sulsel, Kombes Pol Robert Haryanto Watratan.  Tema yang diangkat,  “Bersama meningkatkan peran perempuan dan laki laki dalam membangun ketahanan keluarga untuk kesejahteraan bangsa”.

Menurut Robert Haryanto Watratan, hakekatnya peringatan hari Ibu setiap tahunnya adalah, mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda akan arti dan makna momentum kebangkitan tersebut.

Walikota Makassar, Mohammad RamdhanPomanto,  saat memperingati hari Ibu di kediaman pribadinya, Jalan Amirullah, Selasa 27 Desember 2018 terlihat menitikkan air mata.

 “Ibu saya sudah lama meninggal. Kenangan begitu banyak. Sosok yang kuat dan tidak mengeluh. Kedudukan perempuan sebenarnya ada 3. Pertama dirinya sendiri, kedua saat menjadi istri, dan ketiga saat menjadi ibu. Sangat istimewa. Itulah mengapa surga itu ada ditelapak kaki ibu,” ucap sarjana  arsitek Unhas ini,sambil terisak tangis mengenang almarhumah ibunya, Aisyah Abd Razak. (fauzan fahriyah p)

BAGIKAN
Berita sebelumyaKebangkitan Perempuan, Inspirasi para Ibu
Berita berikutnyaRamli Haba Kembali Bertarung ke Parlemen Sulsel
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here