Makassar, Inspirasimakassar.com:
Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto, meresmikan patung Anwar Ramang. Patung yang berdiri di anjungan Partai Losari tersebut menjadi daya tarik, sekaligus menjadi sejarah legendaris pesebakbola asal Kota Makassar. Ramang dikenal dunia sepakbola, lantaran tendangan gol terbaiknya melalui salto. Danny, panggilan sarjana teknik Unhas tersebut meresmikan patung Anwar Ramang, Rabu, 1 Februari 2017.
Menurut Danny, di anjungan LOsari terdapat sejumlah patung tokoh dan pahlawan. Diantaranya pahlawan perjuangan Indonesia di sebelah kiri, hingga patung Syech Yusuf. Tetapi, patung Ramang di tengah. Ini menandakan, Ramang mewakili semangat orang Makassar dan Sulsel, serta Indonesia timur.
Patung Ramang, demikian Danny—sapaan sarjana arsitek ini membangkitkan semangat para supporter PSM. Dari patung ini pula, selain memperkenalkan Ramang kepada dunia pesepakbola, bahwa sejak lama Indonesia telah memiliki pemain bola yang tangguh dan haus gol. Selain memiliki kecepatan, Ramang juga memiliki tendangan cukup keras. Talenta lainnya dari seorang Ramang dari bakat alam adalah tembakan salto. Tembakan salto ini, dilakukan Ramang saat Indoensia mengalahkan RRC 2:0 jelang piala dunia tahun 1958. Saat itu, Ramang mencetak dua gol. Satu diantaranya lahir dari proses salto.
Danny bahkan mengatakan, patung Ramang memberi gambaran, betapa semangat itu tetap ada, dan akan terus menggemakan setiap insan PSM. Dan, PSM telah membawa nama Makassar dikenal luas. Ia mencontohkan sejumah kota dunia dikenal karena sepakbolanya. Madrid, Barselona, dan Manchester misalnya.
Di bagian lain, Danny mengatakan akan berupaya menghadirkan sebuah stadion. Hanya saja, karena membutuhkan sekitar Rp500 miliar, maka untuk kali pertama akan dimulai dari gambarnya saja dulu. “Anggaran untuk sebuah stadion sepakbola itu sekitar Rp500 miliar. Karena itu, paling tidak langkah awal adalah pembuatan desainnya dulu. Saya akan turun gunung untuk membuat gambarnya sendiri. Masa Makassar mau kalah dengan Palembang yang telah memiliki stadion bola yang lumayan bagus,” jelasnya.
Danny juga meminta kepada dinas terkait untuk menyiapkan klub-klub sepakbola dimuali dari SD dan SMP. “Ayo, mari kita pupuk klub-klub bola, agar kelak mereka mampu menunjukan kepada dunia, bahwa Makassar jauh kebih baik sepakbolanya,” urainya.
Ramang lahir di Barru, 24 April 1924 dan meninggal tahun 1987. Sekalipun telah tiada, namun namanya terus terukir dan selalu dikenang, penggemar sepakbola sejati, bukan saja di Makassar atau Sulsel, melainkan di Indonesia.
Pemilik nama lengkap Andi Ramang ini memang dikenal sebagai striker kelas atas Indonesia, decade 1940-an hingga 1960-an. Dia memiliki tendangan keras. Dia diberkahi kaki kanan yang sama-sama hidup. Dia gemar melakukan tembakan salto, dan memiliki kecepatan diatas rata-rata, tak pelak menjadikan Ramang sebagai pesepakbola nasional di eranya.
Ramang juga terikat dengan PSM. Sampai-sampai, julukan klub sebagai “pasukan Pamang” terinspirasi dari namanya. Pasalnya, hamper seluruh karirnya dihabiskan bersama tim kebanggaan Kota Makassar itu. Ramang mamou mempersembahkan dua gelar perserikatan kepada Juku Eja.
Di level tim nasional Indonesia, Ramang dikenal haus gol. Selain memiliki kecepatan, Ramang juga memiliki tendangan cukup keras. Talenta lainnya dari seorang Ramang dari bakat alam adalah tembakan salto. Tembakan salto ini, dilakukan Ramang saat Indoensia mengalahkan RRC 2:0 jelang piala dunia tahun 1958. Saat itu, Ramang mencetak dua gol. Satu diantaranya lahir dari proses salto.
Kemenangan atas RRC itulah, Indonesia masuk dalam kekuatan yang diperhitungkan di Asia, seklaigus membuat klub-klub Eropa penasaran. Satu demi satu tim Eropa menjajal kekuatan Timnas Indonesia. Diantaranya Yugoslavia, Stade de Reims, Rusia dengan kiper Lev Jashin, hingga Lecomotive dengan penembak maut Bubukin.
Ramang mengakhiri karirnya pada tahun 1968, saat usianya menginjak 40 tahun. Setelah gantung sepatu, ia melanjutkan karir sebagai pelatih. Bupati Blita saat itu memanggilnya menjadi pelatih disana. Pernah juga menjadi pelatih di PSM dan Persipal Palu. Sewaktu prestasinya membawa Persipal menjaid tim yang disegani di Indonesia, maka masyarakat Donggala memberinya hadiah satu hektar kebun cengkih.
Karena hanya tamat Sekolah Rakyat dna tidak memiliki sertifikat kepelatihan, ia kemudian disingkirkan pelan-pelan. Ramang meninggal tepat tanggal 26 September 1987, atau diusia 59 tahun, akibat penyakit paruparu. (din pattisahusiwa)