Makassar, Inspirasimakassar.com;

Apresiasi masyarakat terhadap pesantren cukup tinggi. Bahkan, kesadaran untuk mengantarkan anak anak ke lembaga pendidikan khusus ini terus bertumbuh, di tengah tengah persaingan lembaga pendidikan yang memberikan fasilitas dan pelayanan lebih.

Keberadaan pesantren, kemudian menjadi data tarik dalam segala aspeknya. Baik kiainya, maupun sistem pendidikannya. Itulah, yang menjadikan pesantren dan apapun yang dimilikinya, sebagai kearifan lokal, dan kekayaan intelektual yang perku dijaga, dirawat, dan dipelihara.

Makanya, pesantren di era globalisasi saat ini, tampaknya perlu dibaca sebagai kekayaan, sekaligus mampu memberikan kontribusi terhadap lahirnya khazanah intelektual muslim, yang berakhlak mulia, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, maupun masyarakat di sekelilingnya, dan negara dalam arti luas.

Dengan demikian,  para santrinya, tidak sekadar berposisi untuk belajar ilmu agama Islam semata, tetapi juga bisa berperan sebagai agen perubahan. Santri juga diharapkan menjadi pemersatu bangsa, pengokoh budaya toleransi, bisa menjadi penjaga Pancasila sebagai ideologi bangsa, dan bisa turut membendung bahaya radikalisme.

Dr.Muhaimin Iskandar

Karenanya, para santri, menampilkan wajah Islam yang ramah dan anti kekerasan. Termasuk bisa memperlihatkan karakter Islam yang moderat, dan turut membangun semangat toleransi dalam keberagaman, baik sesama umat Islam, maupun dengan umat  berbeda agama. Sekaligus, menjadi ujung tombak perdamaian.

Wakil Ketua DPR RI, DR.Muhaimin Iskandar  saat bersilaturahmi dengan sejumlah ulama dan santri di Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) Galesong Baru, Jalan Yos Sudarso, Makassar Senin, 1 Maret 2022, pun mengaku bangga dengan kemajuan pesantren saat ini.

Didampingi istri, dan sejumlah anggota DPR RI asal Fraksi PKB, Andi Muawiyah, Cucun Ahmad Syamsurijal Ketua Fraksi PKB di DPR RI, termasuk Ketua PKB Sulsel Azhar Arsyad dan DPC Makassar Fauzi Andi Wawo, ia pun bersyukur, karena DDI Galesong Baru masih hadir di tengah tengah terpaan majunya pendidikan modern di Kota Makassar, dan umumnya di Sulawesi Selatan.

Pengakuan Ketua  DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini kepada Pesantren DDI Galesong Baru, lantaran,  memiliki sejarah panjang dengan pemuka Nahdlatul Ulama masa lalu.Sebut saja, di awal perkembangannya,  Ponpes ini, juga pernah dikunjungi sesepuh NU, KH Hasyim Asy’ari.

Ahmad Taslim

Di DDI Galesong Baru, Cak Imin—demikian  sapaan akrab mantan Ketua PB PMII itu, tidak terlepas dari tali kekerabatan yang demikian erat. Apalagi, seluruh jajaran DDI Galesong Baru saat ini dibawah binaan Ahmad Taslim Mattammeng, adalah tokoh muda yang meneruskan, dan mempereratkan jalinan Ahlusunnah Waljamaah di Makassar.

Bersama DDI Galesong Baru, yang secara historis bukan saja  amat sangat membanggakan, melainkan  amat sangat mulai. Amat sangat memiliki peran. Malah, amat sangat bermanfaat bagi lahirnya pemimpin ummat. Pemimpin masyarakat. Misalnya, Azhar Arsyad yang saat ini anggota DPRD Sulsel, sekaligus Ketua PKB Sulsel, dan Ahmad Taslim Mattammeng.

 “Saya sungguh bersyukur dan bangga, serta berterima kasih, karena diterima dengan sangat mulia di DDI Galesong Baru ini. Apalagi, sahabat Ahmad Taslim telah menyampaikan sejarah panjang Ahlusunnah Waljamaah, dari jauh, ketika tantangan awal mengembangkan Aswaja dan NU. Mulai dari KH Wahid Hasyim yang berkunjung ke DDI Galesong Baru ini . Ini sejarah sangat monumental.

Menurutnya, keutuhan Ahalusunnah Waljamaah, dan NU di Sulawesi Selatan khususnya, mengalami perkembangan dan dinamika, serta masa depan yang sangat membanggakan. “Kita semua wajib bersyukur, karena peran para kiai dan ulama yang dnegan tabah berjuang, sehingga pesantren DDI Galesong Baru ini dengan santrinya dapat melahrkan generasi yang tangguh, generasi yang kokoh, generasi yang memiliki sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

“Saya demikian bangga, melihat komitmen dan optimisme pesantren kita memiliki pengalaman pengalaman sejarah yang berhasil  menjaga, menguatkan, dan mensukseskan seluruh perjuangan bangsa, hingga hari ini. Bahkan ke depan, kita masih yakin dan optimis akan kemajuan pesantren dengan santrinya menghadapi berbagai tantangan masa depan yang begitu berkembang,” urai Cak Imin

Sementara itu Pembina Ponpes DDI Galesong Baru Makassar Ahmad Taslim mengatakan, DDI dan NU memang punya ikatan historis yang sangat kuat.

“Tahun 1952 KH Hasyim Asy’ari pernah bertemu dengan AGH Ambo Dalle– pendiri DDI. Dan, hari ini nasab dari pendiri NU tersebut kembali hadir setelah Cak Imin bersilaturahmi dengan warga DDI Galesong Baru,” urai Ahmad Tasim, yang juga Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS Kota Makassar ini. (din pattisahusiwa)

BAGIKAN
Berita sebelumyaFPD2 PERTANYAKAN KEBIJAKAN DINAS PMD GOWA
Berita berikutnyaBAZNAS Makassar Apresiasi UPZ Masjid Darul Muttaqin Minasaupa
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here