Tidak disangka, Zulkarnain Sanaky,S.Kom dan Dwi Anugrah Astuty,S.Pd bertandang ke rumah saya, di Taman Rianvina TR III No 10, Kompleks Anggrek Minasaupa Makassar, sekitar pukul 20.00 WITA, 18 April 2016. Kedua sijoli yang baru saja melaksanakan resepsi kedua di Manunggal Mini, Kompleks Kodam VII Wirabuana, Makassar, Sabtu 16 April 2016. Resepsi pertama di setelah akad nikah, Sabtu 9 April 2016 di Desa Kanyar Anyar, Kecamatan Mailong, Kabupaten Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah. Akad nikah, sehari sebelumnya, Jumat, 8 April 2016. Dihadiri 1300 undangan.
Pasangan suami istri ini didampingi enam pengantar. Masing-masing Anhy Handayani (kakak Dwi) bersama dua anaknya Chaca dan adiknya. Ada juga Vani–mahasiswa pasca sarjana. Lainnya adalah dokter Yati Sanaky,M.Si bersama anaknya.Kaka.
Mendengar salam yang diucapkan Zulkarnain, saya langsung mengambil langkah seribu
merapikan barang-barang yang tidak beraturan di ruang tamu. Setelah rapi, saya baru menyilahkan mereka masuk. Kami bersalaman dan menyapa.
Disela-sela jabatan tangan, saya juga kelabakan. Ternyata, Ama–istri saya tidak di rumah. Dari sore ke salon. Sementara kedua anak saya belajar di kamar.
Saya berusaha meyakinkan para tamu untuk menjemput istri. Hanya saja, sesampai di salon tempat istri belum juga selesai. Katanya masih dua jam. Saya mengambil inisiatif ke toko membeli minuman. Tetapi, belum menyelesaikan kewajiban di toko, ponsel berdering. Mulai dari nomor Dwi dan nomor dr.Yati. Katanya, mereka buru-buru mau pergi, untuk belanja bagi persiapan kembali ke Luwuk-Banggai, Selasa besok. Jika menggunakan pesawat membutuhkan waktu satu jam dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Bandara Syukuran Aminuddin Amir-Luwuk. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.950 × 44 m. Jarak dari kota Luwuk sekitar 13 km. Bandar udara ini terletak di sebelah selatan dari pusat kota.
Saya hanya bilang tunggu beberapa menit. Tiba di rumah, sebagian tamu sudah mendekati mobil Avanza warna putih. Makanya, saya merasa tidak enak, karena tidak berlama-lama mereka.
Mengapa saya menyesal? Karena ketika saya dipercayakan melamar Dwi untuk Zul di Luwuk Banggai awal Desember 2015 lalu, saya sangat diperhatikan. Saya dijamu begitu baik. Di sana, saya dibawa mengelilingi Kota Luwuk. Ke Pantai Wisata Kilo-5. Ke bukit kasih sayang. Dan obyek wisata lainnya di daerah berjuluk Kota “Berair” itu. Kami makan ikan bakar di rumah makan Surabaya. Pokoknya begitu berkesan. Makanya, saya tidak bisa melupakan mereka.
Bagi saya, silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan.Kapan saja waktunya, dan tidak boleh diputuskan, harus dilanjutkan sampai kapanpun.
Memang dalam keseharian,kebanyakan dari kita memahami silaturahmi hanyalah sebatas kunjungan kekerabatan,kangen-kangenan, dan lainnya.Tapi makna terpenting dari silaturahmi itu sendiri sesungguhnya sering terlupakan. Diantaranya menjaga hubungan persaudaraan.
Siapapun dianjurkan melakukan pada agama apapun.Orang yang bersilaturmi,sudah tentu memiliki banyak teman dan karib kerabat.
Islam misalnya, mengajarkan kepada hambanya untuk saling mempererat dan memperhatikan hubungan antar sesama manusia. Hal itu digambarkan dengan adanya berbagai syariat tentang hubungan manusia baik yang menyangkut hubungan keluarga maupun masyarakat. Untuk mempererat hubungan antar keluarga, Islam mensyariatkan silaturahmi. Dalam pandangan al-Quran dan hadis, silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat penting. Al-Quran menggambarkan bahwa silaturahmi merupakan salahsatu bentuk pelaksanaan ibadah. Sedangkan hadis menggambarkan, orang yang senantiasa silaturahmi akan dipanjangkan umurnya serta diperluas rizkinya.
Selamat jalan, semoga tiba di Luwuk dengan selamat..Amin..