Prof.Dr.Ir.Andi Niartingsih
Prof.Dr.Ir.Andi Niartingsih

Masyarakat selama ini merasakan mahalnya harga obat. Hal demikian disebabkan bahan baku meracik obat-obatan itu masih  diimpor sekitar 95 persen. Padahal negara ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup  banyak termasuk bahan-bahan untuk kebutuhan obat.

Demikian Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Prof.Dr.Ir. Andi Niartiningsih, M, Sabtu di Makassar, 19 Maret 201,  ketika membuka secara resmi Seminar Nasional Keparmasian 2016.

Kegiatan akademik ini diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan Makassar dan Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar.  Seminar diikuti ribuan peserta dari mahasiswa farmasi kampus swasta dan negeri di Makassar, para dosen farmasi serta pemerhati ilmu kefarmasian.

Seminar sudah dilakukan secara rutin di kampus itu mengusung tema, Pengembangan Dunia Farmasi Penanganan Penyakit Degeneratif dari Obat Asli Indonesia dengan Ilmu Keparmasian Terkini.

Segi keanekaragaman hayati Indonesia, hanya Brasil yang kalahkan. Potensi alam yang sangat melimpah itu seharusnya menjadi tantangan pihak kampus yang konsentrasi pada pengembangan dan penelitian ilmu kefarmasian, tegas mantan Dekan Fakultas Perikanan UNHAS ini.

Tantangan bagi civitas akademika kampus ini secara rutin melakukan penelitian  agar mampu menemukan obat asli Indonesia yang dipatenkan dan menjadi solusi bagi masyarakat yang diserang penyakit tertentu, ungkap  salah seorang anggota asesor BAN-PT ini.

Hasil penelitian dosen dan mahasiswa terkait keparmasian jangan hanya sebatas mendapatkan hak paten, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah, hilirisasi dari penelitian itu sehingga mampu membawa efek dan inovasi di tengah masyarakat dengan memberi nilai guna  kemaslahatan bersama, tandasnya.

Seluruh civitas akademik kampus ditantang untuk mengubah paradigma, kalau selama ini obat selalu jadi komoditi, maka sekarang dalam paradigma baru, meningkatkan penggunaan obat, jaminan keamanaan obat, efesiensi penggunaan serta kwalitas obat, ungkap Andi Niar. (Citizen reporter, Moh Yahya Mustafa melaporkan dari, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan Makassar dan Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPijat Tradisional dengan Rempah-rempah Asli Mengubah Cap Negatif Menjadi Positif
Berita berikutnyaPenggunaan B2 dan B3 Pengaruhi Prilaku Belajar Siswa
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here