Untuk hobi, seseorang terkadang mau bersusah payah melakukan sesuatu yang menurut orang sia-sia. Bahkan, untuk hobi, seseorang rela mengeluarkan duit yang cukup besar.  Lalu, bagaimana kalau hobi seseorang ternyata malah bisa menghasilkan uang. Wah, pasti menyenangkan. Kita dapat menyalurkan hobi, sekaligus dapat duit.

Berbisnis dengan hobi membuat seseorang mampu bertahan dalam bisnis yang digeluti. Hobi membuatnya tidak gampang menyerah ketika usahanya mengalami kesulitan. Seorang pebisnis tidak mudah pindah ke lain bisnis. Kesulitan yang dihadapi bisa dianggap biasa saja, toh dia masih bisa menikmati hobinya sendiri. Pendeknya, hobi membuat bisnis kokoh bergeming dihantam badai sedahsyat apa pun.

Keshia Deisra, Pemilik Usaha Dulcet Patisserie misalnya. Siapa nyana, hobi membuat kue membuat dara cantik kelahiran Jakarta, 30 Desember 1994 mempunyai usaha yang bernama Dulcet Patisserie. Bukan cuma itu, ternyata Keshia juga hobi menulis. Malah, sejak SMP sudah menerbitkan beberapa buku.  Sampai sekarang hobi itu masih ditekuninya disela-sela kesibukannya mengelola bisnis kue.

Keshia yang hobi bikin berbagai macam kue sejak kecil.  Tapi, dia baru merintis usaha kuenya sekitar tahun 2011. Waktu itu ia baru lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dijalani secara home schooling sejak tingkat SMP.  Dia mengakui, awalnya hanya senang membuatkan kue untuk keluarga, kemudian terpikir untuk menawarkan ke teman, saudara, dan kerabat dekat saja. Mulai dari situ, permintaan meningkat. Akhirnya dia memutuskan untuk menekuni secara serius bisnis ini di akhir tahun 2011 lalu.

Kenapa mendirikan usaha? Menurutnya, dia merintis usaha bersama kakaknya, Karina Mecca. Semua kue yang tawarkan ke  beberapa toko dan restoran di tolak. Dari situ, keduanya yakin untuk berdiri sendiri dan menjadi bisnis yang mandiri.  Atas usul kakaknya, Karina, kue bikinan Keshia pun dipasarkan melalui media sosial.

Kini hobi Keshia berbuah manis. Dari usaha kuenya, dara yang merintis usahanya sejak berusia 17 tahun ini bisa mengantongi omzet Rp 200 juta hingga Rp300 juta per bulan. Wajar saja, soalnya dalam sehari saja Keshia bisa mendapat 30 pesanan. Harganya mulai dari Rp200.000 hingga kisaran Rp500.000. Yang istimewa, Keshia tidak belajar membuat kue secara khusus. Misalnya, mengikuti kelas baking atau semacamnya. Dia mempelajari secara otodidak.

Yusup Suparman, Pembuat Aplikasi Android

Tidak sedikit orang yang telah membuktikan bahwa, dari sebuah hobi bisa membuahkan penghasilan yang tidak sedikit.  Pria kelahiran Depok pada 22 Februari 1977 yang memiliki hobi membuat program aplikasi di komputer ini bisa meraup penghasilan US$ 5.000 hingga US$ 6.000 per bulan. Itu dihasilkan dari aplikasi edukasi buatannya yang bisa diunduh pengguna ponsel pintar Android di Google Play Store.

Karyawan swasta itu, aktif membuat aplikasi sejak 2014. Hingga saat ini dia telah membuat 51 software berkonten edukasi. Lulusan teknologi informasi Universitas Padjadjaran ini pernah membuat aplikasi game dan diunggah ke Google Playstore.

 Setelah itu dia pun memutuskan untuk membuat aplikasi edukasi yang dirasa memiliki potensi pasar yang lebih menjanjikan. Selain itu, menurut Yusup, aplikasi seperti ini pembuatan kontennya lebih gampang. Sudah begitu, aplikasi ini tidak memerlukan banyak modal dalam proses produksinya. Hanya berbekal komputer dan ponsel pintar saja.

Komputer digunakan untuk membuat bahasa pemrograman dan handphone untuk merekam suara-suara agar user interface aplikasi lebih menarik.  Dari kepiawaiannya membuat aplikasi pendapatannya tergolong cukup besar, namun Yusup belum berniat membuat sebuah kelompok usaha. Alasannya, karena baru dua tahun belakangan ia aktif memanfaatkan Google Console untuk aplikasi bikinannya.

Ghaida Tsurayya, Pendiri Gdas by Ghaida

Satu lagi, Ghaida Tsurayya  membuktikan hobinya bisa memberi nilai lebih pada kehidupannya. Dia bisa memberi inspirasi berbusana muslimah yang ceria dan syariah kepada orang lain, selain juga bisa menebalkan isi koceknya.  Semua itu bermula dari hobi ngeblog-nya.

Awal ngeblog pada 2009, alumni fisika Institut Teknologi Bandung ini lebih banyak bercerita soal kehidupan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga mulai dari memasak, bermain dengan anak, berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, dan sebagainya. Di dalamnya juga berisi bagaimana dia berbusana muslimah.

Gaya berbusananya yang selalu menampilkan warna-warna ceria dan santun ternyata juga menarik perhatian publik sehingga mereka ingin menirunya. Karena itu, sejak 2010 ia meluncurkan lini pakaian muslimah bernama Gdas by Ghaida lantaran banyak yang meminta dibuatkan baju seperti yang dia gunakan. Soal desain produk, semua buatannya sendiri. Ia senang dengan tema cotton candy yang memang menampilkan warna yang lembut dan ceria.

Aktivitas ngeblog-nya ini ternyata membuat salah satu perusahaan kosmetik yang khusus menampilkan keanggunan perempuan berbusana muslim mengajak bekerja sama dan mengontraknya. Alhasil, lewat kontrak dengan beberapa perusahaan yang kini terjalin, Ghaida bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 50 juta sebulan.  Bukan cuma itu, saban bulan putri sulung ulama kondang Abdullah Gymnastiar ini  bisa menjual  400 potong produk fashion-nya lewat butik offline dan online.(kon-ol)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here