Selama ini, kayu jati dikenal sebagai bahan baku kayu berkualitas tinggi. Semakin tua, kualitas kayunya semakin baik. Karena keunggulannya itu, kayu jati banyak dimanfaatkan untuk bahan furnitur, seperti meja, kursi dan lemari.
Mebel kayu jati biasanya berwarna cokelat. Semakin tua umurnya, warna cokelatnya juga semakin menonjol. Namun, sekitar tiga tahun belakangan, muncul tren mebel kayu berwarna putih. Banyak yang tidak tahu bahwa mebel tersebut juga menggunakan baku kayu jati.
Seperti warnanya, jenis jati yang digunakan adalah kayu jati putih. Varietas jati putih ini belum begitu populer di masyarakat. Mendapatkan jati putih juga tidak semudah jati biasa. Namun, peluang budidayanya cukup menjanjikan, mengingat potensi pasar mebel yang terus berkembang dan masih sedikit pebudidayanya. Pemilik CV Aditya, Toni Saputra mengakui, Jati putih ini tergolong jarang yang membudidayakan.
Menurut Toni Saputra, pihaknya menyediakan segala jenis bibit pohon kayu, seperti jati, sengon, jati putih, bakau, cemara laut, jabon, dan lainnya. Sudah 8 tahun ia menjadi petani jati putih dan pohon lainnya. Toni menjual bibit jati putih ukuran 20–30 cm, Rp 500 per batang, ukuran 40 cm–50 cm harganya Rp800 dan ukuran 90 cm–100 cm dijual Rp1.000. Ada pula bibit yang berbentuk biji yang dibanderol Rp150.000 per kg. Dia menetapkan minimal pembelian biji 2 kg. Sementara bibit minimal 200 batang. Pelanggannya membeli dengan sistem borongan karena dia ikut proyek pemerintah. Tidak bisa dihitung per bulan, karena borongan per tiga atau empat bulan.
Toni mengaku, per tiga bulan dapat menjual 200.000 batang jati putih dan sekitar 6 kuintal biji jati putih. Praktis omzet yang diraupnya antara Rp190 juta hingga Rp 300 juta per tiga bulan.Tingginya peminat jati putih diakui pula oleh Arifin, pebudidaya jati putih lain. Ia punya sekitar satu hektare tanah yang setengahnya dipakai membudidayakan bibit jati putih. Dia menjual bibit batangan saja, karena kalau biji seringkena jamur saat musim hujan.
Pria asal Ciamis, Jabar ini membanderol bibit jati putih ukuran 20 cm–30 cm Rp700 per batang, ukuran 40 cm–50 cm harganya Rp1000 dan ukuran 90 cm–100 cm seharga Rp 1.500. Biasanya pesanan dalam jumlah besar. Di tempatnya, tidak ada minimal pembelian, eceran juga dilayani. Sebulan, Arifin bisa menjual 20.000 bibit–50.000 bibit. Omzetnya sekitar Rp14 juta–Rp50 juta per bulan.
Apa keunggulan pohon jati putih? Pohon jati putih merupakan jenis pohon kayu keras yang sangat produktif. Masa panen yang hanya memerlukan waktu 10 tahun dari masa tanam. Dalam tempo 10 tahun ini pohon jati putih akan tumbuh dengan diameter sekitar 50cm dan tinggi mencapai 30m. Sebuah pohon jati biasa akan memerlukan waktu sekitar 50 tahun untuk menghasilkan kayu sebesar itu.
Jati putih tidak memiliki daun yang lebar seperti jati biasa, dan juga tidak memiliki batang gelondongan yang besar seperti karakter dari kayu jati biasanya. Namun Pohon jati putih merupakan jenis pohon kayu keras yang sangat produktif.
Karakter kayu jati putih sendiri menghasilkan kayu pohon yang berwarna pucat, hingga kerap dianggap putih. Agak empuk dengan serat beralur yang halus, namun mendekati kekuatan jati biasa. Bisa dikatakan, pohon ini memiliki peluang bisnis yang tinggi. Padahal sebenarnya kayu dari pohon jati putih tergolong kayu biasa. Dari sisi usaha, tanaman kayu dengan usia tanam pendek dan hasil sebesar ini tentu sangat menggiurkan terlebih harga jual kayu jati putih kini sedang sangat bagus dan diprediksi dalam 20 tahun kedepan masih akan tetap bagus.
Dari sisi pembeli, sifat kayu yang lunak namun kuat, dengan warna yang pucat dan beralur cantik ini mejadikannya favorit bagi banyak pengrajin dan pengusaha furniture. Karakter ini memungkinkan kayu untuk dimodifikasi sedemikian rupa. (bs-din)