
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Di tengah wabah Covid-19, muncul masalah baru. Sebagian masyarakat terdampak secara ekonomi, sehingga tidak leluasa mencari nafkah secara normal. Akibatnya, mahasiswa yang bertumpu kepada orang tua pun terimbas.
Kondisi ini membuat komunitas Pemuda Maluku, yang menamakan diri Maluku Satu Gandong atau MASAGA Sulawesi Selatan turut prihatin. Dibawah komando Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) MASAGA Sulsel, Arfand Bachtiar, mereka membagikan sembako untuk kedua kalinya, kepada setidaknya, empat kelompok mahasiswa Maluku yang menuntut ilmu di Makassar, di antaranya Antang dan Panaikang, Sabtu, 6 Juni 2020.

Di sela-sela pembagian sembako, Arfand Bachtiar, didampingi Wakil Ketua (C.E.Iwan Rieuwpassa), Sekretaris (Mahfud Wael), Heri Musila dan Ahmad Ihsan Nizar Wael mengakui, bantuan yang diberikan benar-benar murni dari pengurus dan anggota MASAGA Sulsel.
“Jangan diliat dari banyaknya sumbangan yang MASAGA berikan. Tetapi, bagaimana niatan tulus, sekaligus sekadar meringankan beban adik adik mahasiswa. Karena kita, tidak lain adalah satu Maluku. Makanya, MASAGA turut tersentuh, saat covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia saat ini. Semoga, bantuan ini menjadi berkah,” ujarnya.

Arfand Bachtiar menambahkan, pembagian sembako kepada mahasiswa Maluku di perantauan, khususnya di Makassar tidak terlepas dari ungkapan ungkapan para leluhur Maluku, yang hingga kini masih dipegang teguh dan dijunjung tinggi masyarakat Maluku di manapun berada. Yakni, Ale Rasa, Beta Rasa (kamu rasa, saya juga rasa). Ungkapan jiwa orang-orang Maluku itu menegaskan simpati, bahkan empati, serta cinta kasih antara satu dengan yang lain. Atau, antara orang basudara.
“Ale rasa beta rasa, memiliki kandungan makna filosofis yang kaya makna. Yakni, menyatukan orang-orang Maluku, meskipun berbeda kampung, berbeda agama, jenis kelamin, hingga status sosial. Apalagi kita yang ada di perantauan, termasuk di Makassar ini harus saling mengasihi,” urai Arfand Bachtiar di tengah tengah mahasiswa penerima sembako.

Arfand Bachtiar menambahkan, MASAGA adalah rumah bersama bagi seluruh masyarakat Maluku di perantauan, khususnya yang berjiwa muda. “Kami mengakui, sekalipun MASAGA ada di Makassar tahun lalu (2019), namun akan merangkul seluruh anak muda, termasuk mahasiswa. Karena, MASAGA ini ada, juga untuk adik adik mahasiswa,” tutupnya.
Pernyataan senada dikemukakan Mahfud Wael. Menurutnya, bantuan sembako di antaranya berupa beras, terigu, minyak goreng, dan super mie itu merupkan bantuan tahap kedua. Bantuan pertama pada Ahad, 17 Mei 2020.

“Bantuan dari MASAGA tahap pertama di antaranya di Jalan Perintis Kemerdekaan, BTP, Reacing Center, Jalan Tupai (Asrama Putri Maluku), di Jalan Kumala, serta di Jalan Belibis (Asrama Putera Maluku). Dan, untuk kali kedua ini untuk mahasiswa yang belum pernah menerima,” ujarnya.
Seperti diketahui, MASAGA, bukan organisasi biasa biasa saja, tetapi menjadi ‘rumah besar’ untuk mewadahi masyarakat Maluku, utamanya kaum muda. Wadah ini, sebagai saluran komunikasi, sekaligus sebagai tempat berkumpul bersama, tanpa membedakan status sosial, warna kulit, dan agama.

MASAGA lahir untuk terus menghidupkan budaya Maluku, sekaligus menjunjung tinggi kebersamaan dan menjaga kekuatan persatuan, sekaligus menjadi perekat bagi masyarakat Maluku di perantauan. Wadah ini memudahkan komunikasi dan hubungan kekeluargaan, mengedepankan dan mencerminkan ciri khas orang Maluku, utamanya mengedepankan Pela Gandong, potong di kuku rasa di daging, Ale Rasa Beta Rasa. (din pattisahusiwa)