Sepanjang riwayat pertumbuhan ekonomi Indonesia, bisnis kesehatan terus bertumbuh. Bahkan melaju ditengah badai ekonomi sekalipun. Salah satu penunjangnya adalah, penyediaan obat-obatan melalui toko obat (apotek). Apotek ini menjadi peluang bisnis menguntungkan,serta mendatangkan profit besar. Sebab, obat dibutuhkan setiap hari, entah untuk mengobati sakit secara mendadak, menembus resep dokter, atau sekadar mengisi persediaan kotak obat di rumah. Tahun 2012 misalnya, pertumbuhannya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 6,5 persen.
Bagi investor yang tertarik memiliki investasi di bidang apotek, model bisnis waralaba menjadi pilihan, terutama bagi mereka dengan pengetahuan minim dibisnis apotek. Menjadi terwaralaba juga tak susah. Belakangan ini banyak penawaran apotek, seperti PT Kimia Farma Tbk., Apotek Griya Farma, F-21, Century Healthcare, atau K-24, termasuk apotek syariah pun juga menawarkan penjualan system mitra ini.
Dengan mengusung konsep Smart Healthcare dan ditopang pengalaman sejak 1817, Apotek Kimia Farma telah menyediakan produk berkualitas. Dikelola secara profesional dengan tenaga yang kompeten, dan teritegrasi dengan fasilitas layanan kesehatan lainnya. Pilihan ini seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang BPJS per 1 Januari 2014.
Anak perusahaan farmasi pelat merah terbesar di Indonesia ini, meminta mitra menyediakan modal Rp500 juta untuk apotek baru, atau Rp350 juta jika sudah memiliki apotek dan ingin dikonversi menjadi Apotek Kimia Farma. Dari dua jenis investasi awal tersebut, Rp 100 juta di antaranya untuk franchise fee selama enam tahun, Rp150 juta-Rp200 juta untuk kulakan obat bebas dan obat resep. Sisanya Rp 200 juta digunakan untuk renovasi gedung, perancangan eksterior dan interior, perlengkapan apotek, pendingin udara, komputer, papan nama apotek, dan perizinan. Syarat lain, lokasi tempat usaha alias ruko dengan luas minimal 60 m². Biaya itu sudah termasuk grand opening apotek.
Menurut Wawan, karyawan PT.Kimia Farma, mitra juga bisa melengkapi apotek dengan layanan kesehatan terpadu, mulai dari praktek dokter dan diagnostik sederhana. Kimia Farma memberikan dukungan penuh dalam merancang bisnis mulai dari survei lokasi, desain, kelayakan, rekrutmen karyawan, training, pemasaran, dan analisa kinerja apotek.
Berdasarkan pengalaman Kimia Farma sebagai pewaralaba, apabila lokasi apotek bagus, investasi yang sudah ditanam bisa balik paling lama tiga tahun. Agar modal balik lebih cepat, perlu ada praktik dokter umum atau dokter spesialis untuk mendukung pengembangan usaha.
Kehandalan Kimia Farma Apotek di bisnis ini sudah diakui dari berbagai pihak, tercermin dengan diraihnya berbagai penghagaan, antara lain Superbrands 2012, Top Brands 2013, dan Indonesia Brand Champion Award 3 tahun berturut-turut (2011-2013) untuk kategori Apotek.
Merk yang sudah luas dikenal publik ini akan memuluskan investor dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu, Apotek Kimia Farma pun akan memberikan support penuh kepada mitra dalam menjalankan usahanya sedari awal hingga akhir kerja sama, antara lain ketika start-up apotek, survey lokasi, desain apotek, pemilihan produk, hingga seleksi dan training pegawai sehingga memenuhi standar pelayanan Apotek Kimia Farma.
Apotek lainnya yang membuka peluang mitra adalah Griya Farma. Gerai perdana apotek ini
berdiri di Bandung tahun 2006. Enam tahun kemudian, apotek ini mengantongi lisensi waralaba.Saat ini, sudah ada 10 gerai Apotek Griya Farma tersebar di Bandung. Empat milik pusat, sisanya punya mitra. Selain menjual aneka obat-obatan, Griya Farma juga menjual produk kesehatan di luar obat, seperti kosmetik dan produk perawatan tubuh.
Manager Operasional Apotek Griya Farma, Andrian N. Gunawan, mengemukakan, keunggulan apotek ini
terletak pada dukungan kepada mitra. Apalagi yang diterapkan adalah full support mulai dari rekrutmen karyawan, training, grand opening, marketing, dan selama jadi mitra.
Menurutnya, agar lebih akrab dan menjalin relasi dengan warga, Apotek Griya Farma selalu menggelar event sosial. Di setiap cabang, dilakukan program senam bersama warga, termasuk khitanan massal, serta buka bersama anak yatim piatu pada saat Ramadhan.
Jika mitra berkeinganan terjun ke bisnis apotek, maka ada dua paket usaha yang ditawarkan Apotek Griya Farma. Pertama, paket entrepreneur seharga Rp250 juta. Paket ini tertuju untuk mitra yang ingin mengelola usaha sendiri.
Biaya itu termasuk franchise fee selama 5 tahun, display interior eksterior , peralatan, stok obat awal, rekrutmen dan training. Mitra hanya menyediakan tempat seluas minimal 50 meter persegi. Paket kedua, yakni paket investor seharga Rp300 juta. Pusat akan mengelola bisnisnya sehingga diterapkan sistem berbagi keuntungan antara mitra dan pusat, 50:50. Setelah masa kerjasama lima tahun berakhir, apotek akan menjadi milik mitra.
Andrian memperkirakan, setiap bulan mitra bisa mencetak omzet Rp75 juta hingga Rp140 juta. Laba bersih 8%12%, paket entrepreneur bisa balik modal dalam 2 tahun2,5 tahun. Sedangkan, tipe investor balik modal 4 tahun. Pihak pusat mengutip biaya royalty 1,5% dari omzet.
Sedangkan apotek F21 yang menjual berbagai obat dan alat-alat kesehatn, seperti thermometer dan pengecek kolesterol, gula darah dan sebagainya, juga membuka kesempatan kepada masyarakat menjadi mitra.
Jika mitra tertarik, maka pemilik apotek ini, M.Lukman Haris mengemas paket kemitraan dengan investasi sebesar Rp300 juta hingga Rp350 juta. Investasi tersebut sudah mencakup kerjasama selama lima tahun, support management dan pendampingan, bantuan promosi, seluruh sistem serta pelatihan karyawan, obat-obatan awal serta dekorasi dan furnitur apotek.
Artinya, mitra hanya perlu menyiapkan tempat seluas minimal 48 meter persegi (m2) dan bisa langsung beroperasi. Fasilitas yang diperoleh setiap mitra akan sama. Hanya berbeda dari sisi kelengkapan dan jumlah obat yang diperoleh di awal usaha.
Menurutnya, pembinaan SDM akan dilakukan berkala. Selain itu, Apotek F21 memberi layanan tambahan, seperti cek tensi gratis, dan cek kolesterol, gula darah, asam urat, kadar lemak, dan hemoglobin dengan harga lebih murah dibandingkan cek di lab atau rumah sakit.
Laba bersih 10% Satu gerai bisa mengumpulkan omzet Rp80 juta – Rp120 juta sebulan. Apabila, target laba bersih sekitar 10% terpenuhi, maka mitra dijanjikan bisa kembali modal sekitar tiga tahun hingga empat tahun.
Setiap bulan, pihak pusat akan mengutip royalty fee sebesar 1% dari omzet. Namun, biaya ini baru diberlakukan pada bulan ketiga, setelah omzet stabil. Lukman tidak mewajibkan mitra memasok produk dari pusat. Ia akan memberikan daftar distributor pemasok obat dan memberi saran terbaik agar mitra bisa mendapat suplai obat dengan harga termurah. (*)