Jakarta, Berlimpahnya kekayaan hayati Indonesia bisa menjadi modal industri farmasi. Terutama industri farmasi herba yang bahan bakunya berasal dari tanaman tradisional.
Dr Raymond R Tjandrawinata, PhD, FRSC, Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) mengklaim keanekaragaman hayati Indonesia peringkat 2 di dunia setelah Brazil. Hal ini seharusnya bisa dijadikan modal industri farmasi.
“Bahan baku obat kimia kita masih impor. Sedangkan bahan baku herba kita banyak, dan bisa jadi modal. Scientist luar negeri saja mencari bahan baku obat herba ke Indonesia. Kita tidak boleh kalah,” tutur Raymond, dalam temu media di DLBS, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (27/1/2016).
Dijelaskan Raymond, Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tumbuhan, dan 940 di antaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Tumbuhan-tumbuhan ini sudah diinventariskan dalam 15.773 ramuan tradisional yang berasal dari 209 suku bangsa.
Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia berpeluang menjadi produsen bahan baku herba terbesar di ASEAN. Raymond bahkan menyebut Indonesia bisa menggantikan China dan India, dua negara yang saat ini merupakan penghasil bahan baku herba terbesar di Asia.
“Contoh nyatanya, Dexa Medika saat ini menggunakan 100 persen bahan baku lokal untuk produk obat herbalnya,” papar Raymond.
Raymond berharap agar riset seputar tanaman obat dan obat herba di masa depan semakin banyak. Dengan begitu, semakin banyak pula obat fitofarmaka yang terdaftar. Masyarakat bisa mendapatkan obat yang manfaatnya setara dengan obat kimia, namun harganya lebih murah karena bahan baku berasal dari Indonesia. (Int)