Achmad Zaky Marasabessy, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Darussalam (Unidar) Ambon meraih Doktor dalam bidang ilmu pertanian, Pascasarajana Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Zaky-sapaan suami Hj.Husnia Marasabessy,SE.MM dan ayah dua orang anak masing-masing Muh.Ali Marasabessy dan Rahmawati Azzahra Marasabessy ini, meraih nilai sangat memuaskan, setelah membedah disertasi berjudul “Analisis Keberlanjutan Perikanan Jaring Insang Hanyut di Kabupaten Maluku Tengah”, Senin, 27 November 2017.
Bagi Zaky Marasabessy, Maluku Tengah memiliki perikanan tangkap cukup luas. Potensi sumberdaya ikan yang dimiliki 484.532 ton pertahun. Potensi ini baru dimanfaatkan 41.307,1 ton pertahun. Sedangkan jumlah nelayan 14.134 orang. Salah satu jenis alat tangkap dalam operasi penangkapan oleh nelayan adalah, jaring insang hanyut . Jumlahnya 3.538 unit.
Digunakannya jaring insang hanyut bertujuan, agar penangkapan adalah ikan pelagis kecil komoditas unggulan, disamping penggunaan alat tangkap lainnya, seperti pancing tegak, pukat cincing, serta bagan perahu.
“Jaring insang hanyut memiliki keunggulan dari aspek produktifitas (teknis), tingkat kelayakan usaha (financial), dan selektifitas (lingkungan),” ujarnya saat membedah disertasi di hadapan Prof.Dr.Ir.Najamuddin,M.Sc (promotor), Prof.Dr.Ir.Sudirman,MP dan Dr.Ir.Siti Aisjah Farhum,M.Si (co-promotor). Penguji internal Prof.Dr.Ir.Achmar Mallawa,DEA, Prof.Dr.Ir.Musbir,M.Sc,Prof.Dr.Ir.Aris Basso,MS,dan Dr.Mukti Zainudin, S.Pi,M.Si. Serta penguji eksternal adalah Prof.Dr.Pattang,S.Pi,M.Si.
Menurut pria kelahiran Ambon, 19 September 1967 pasangan H.Achmad Marasabessy (Alm) dan Hj.Siti Hadijah Marasabessy (Almr) ini, usaha penangkapan ikan menggunakan jaring insang hanyut bukan merupakan teknologi baru bagi nelayan di Maluku Tengah. Sebab, bahannya mudah diperoleh, mudah dioperasikan, terjangkau oleh nelayan (ekonomis), serta selektif terhadap ukuran ikan yang akan ditangkap. Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Maluku Tengah. Yakni, Leihitu, Salahutu, dan Pulau Haruku.
Bagi alumni SMAN2 Ambon (1984-1987), alumni Sosek Unpatti (1987-1993) dan magister ekonomi sumberdaya kelautan tropika IPB (2007) ini, penelitian yang dilakukannya selain menentukan waktu dan perkiraan wilayah penangkapan sesuai sasaran penangkapan ikan layak tangkap, ukuran mata jaring yang digunakan, juga diharapkan memberikan gambaran tentahg ukuran ikan, terutama panjang cagak, lingkar badan, dan kematangan gonad ikan yang tertangkap.
Juga, dapat diketahui ketersediaan stok sumberdaya ikan, sekaligus membuktikan apakah telah terjadi over eksploitasi sumberdaya ikan pelagis kecil. Termasuk, dapat diketahui , kelayakan usaha dan rantai pemasaran secara ekonomi, dapat memperlihatkan kondisi kondisi keberlanjutan penggunaan jaring insang hanyut terhadap ikan-ikan yang tertangkap.
Disisi lain, diharapkan bisa menghasilakn terobosan baru sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan , khususnya terhadap penggunaan alat tangkap dalam rangka mempertahankan ketersediaan stok sumberdaya ikan pelagis kecil. Khususnya, ikan selar dan ikan kembung di Maluku Tengah.
Secara parsial, Lektor dan piñata Tk Muda/IIIB ini mengakui, lokasi penangkapan ikan selar dan ikan kembung terletak pda koordinat berbeda. Setiap bulan berpindah-pindah di ketiga kecamatan tersebut. Sedangkan secara temporal, operasi penangkapan pada bulan Oktober hingga Mei. Ukuran mata jaring yang digunakan untuk penangkaan ikan selar berkisar antara 1,5 hingga 2 inci. Sedangkan untuk ikan kembung antara 2,5 hingga 3 inci.
Lelaki yang tidak pernah bercita-cita menjadi dosen dan ahli perikanan ini menyarankan, pentingnya memberikan pemahaman kepada nelayan dalam menjaga kelimpahan sumberdaya ikan, terutama pelagis kecil dalam operasi penangkapan, khususnya kapan waktu boleh dilakukan. Perlu juga kebijakan pemerintah berperan aktif terhadap upaya mengembalikan ketersediaan stok secara alami, dengan membuat regulasi terkait diizinkannya waktu operasi penangkapan ikan Termasuk pemberdayaan hukum dengan pendekatan kearifan lokal (sasi pantai).
Selain dihadiri rekan-rekannya di Pasca Sarjana Pertanian Unhas, juga sejumlah warga Maluku yang tergabung dalam Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar di lantai II Aula Prof.Hardjoeno Sps Unhas Tamalanrea. (din pattisahusiwa/informasi dan komunikasi Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar)