INSPIRASI Makassar.com, Kutai Kartanegara – Banjir yang merendam desa Santan Tengah, kecamatan Marangkayu, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dalam dua bulan terakhir kian memprihatinkan. Ketinggian air sudah mencapai dua meter hingga nyaris merendam sebagian rumah milik warga, Ahad, 9/2.
Sebuah hajatan pernikahan yang digelar warga terpaksa dilakukan di tengah luapan banjir karena hampir seluruh wilayah di desa ini tergenang banjir dan dari hari ke hari kondisinya semakin tinggi.
Banjir yang merendam desa yang tidak jauh dari lokasi tambang batu bara ini tidak hanya menyulitkan warga melakukan rutinitas, tapi sudah menimbulkan banyak kerugian. Tanaman yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi masyarakat gagal panen akibat terendam banjir. Tanaman itu berupa pohon karet, kelapa sawit, Lombok, pisang, dll. Sebagian warga menuding aktivitas tambang batu bara yang ada di hulu sungai Santan sebagai pemicu banjir yang terjadi selama ini. Namun, hingga saat ini belum ada penelitian secara komprehensif yang bisa membuktikan hal tersebut.
Bencana banjir berkepanjangan yang melanda desa kelahiran Prof. Kamaruddin Amin (Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI) ini sungguh telah membuat miris. Warga menyesalkan sikap pemerintah dalam hal ini bupati yang dianggap tidak memiliki empati. Jangankan memberikan solusi untuk mengatasi banjir, bantuan untuk warga belum juga dilakukan.
Selain kondisi banjir, warga juga mengkhawatirkan dampak negatif yang akan timbul pasca terjadinya banjir. Karena biasanya warga akan kesulitan untuk memperoleh air bersih dan ini rawan memunculkan berbagai penyakit.
Santan Tengah adalah salah satu desa di kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Indonesia. Kabupaten Kutai Kartanegara sendiri memiliki luas wilayah 27.263,10 km² dan luas perairan kurang lebih 4.097 km² yang dibagi dalam 18 wilayah kecamatan dan 225 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai 626.286 jiwa (hasil sensus penduduk tahun 2010). Saat ini Kutai Kartanegara dipimpin oleh seorang bupati perempuan, Rita Widyasari.
Meski terkenal sebagai kabupaten yang memiliki pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi, bukan berarti pemerataan pembangunan sudah dirasakan oleh seluruh warga dibawah naungan kabupaten Kutai Kartanegara. Santan Tengah salah satunya. Di desa yang mayoritas penduduknya dari suku bugis ini baru bisa menikmati penerangan listrik 24 jam dalam satu hingga dua tahun terakhir. (*)