
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Di era digital yang serba cepat ini, tantangan dalam mengedukasi anak-anak tentang kesehatan, khususnya kesehatan gigi, semakin kompleks. Di sisi lain, ceramah membosankan, poster-poster berisi anatomi gigi yang kompleks, seringkali gagal menarik perhatian generasi yang tumbuh dengan stimulasi visual dan interaktif.
Meski demikian, di tengah gempuran modernitas saat ini, Poltekkes Kementerian Kesehatan Makassar, khususnya kesehatan gigi, justru menemukan sebuah formula brilian yang menyebarkan tradisi dan inovasi, berupa edukasi kesehatan gigi melalui permainan ular tangga pada anak sekolah dasar.
Inovasi ini, bukan sekadar nostalgia, melainkan sebuah perwujudan cerdas dari pandangan modern dalam pedagogi ilmu kesehatan.
Mengapa tim yang diketuai Jumriani S.SiT M.Mkes, bersama dua rekannya masing masing, drg Ira Liasari, dan Sainuddin S.SiT M.Mkes menggunakan ular tangga? Itu lantaran, ketiganya menyadari, metode ceramah tradisional seringkali gagal menembus daya serap anak-anak. Ketiganya kemudian memutuskan untuk memanfaatkan psikologi bermain. Mereka memilih ular tangga , permainan yang sudah dikenal luas, sebagai wahana transfer pengetahuan.
Edukasi kesehatan gigi melalui permainan ular tangga oleh tim Kesehatan Gigi Poltekkes Makassar adalah contoh nyata, bagaimana kearifan local, dan pendekatan tradisional dapat disulap menjadi strategi pendidikan modern yang sangat efektif.
“Ini adalah jembatan yang menghubungkan kesenangan masa kecil dengan tanggung jawab kesehatan, menanamkan benih-benih kebiasaan baik yang diharapkan akan tumbuh membentuk generasi dengan senyum cemerlang, bebas karies, dan kesadaran kesehatan yang tinggi. Kegiatan ini juga merupakan inovasi yang patut diapresiasi, model yang inspiratif, dan bukti bahwa, pendidikan yang paling efektif seringkali adalah yang paling menyenangkan,” tutur Jumriani S,Sit M.Mkes, didampingi drg Ira Liasari, dan Sainuddin S.SiT M.Mkes.
Jumriani menambahkan, sebenarnya, anak-anak belajar paling efektif saat mereka tidak sadar sedang diajari. Dan, ular tangga, merupakan salah satu medium yang sempurna. Di mana, setiap langkah, bukan hanya tentang menggerakkan pion, tetapi juga tentang membuat keputusan sadar mengenai kesehatan gigi.
Di bagian lain Jumriana mengemukakan, senyum anak-anak, merupakan cerminan masa depan, namun masalah karies gigi dan kebersihan mulut yang buruk masih menjadi momok. Apalagi, anak-anak rentan terhadap kebiasaan makan camilan manis, dan seringkali lalai dalam menyikat gigi.
Karenanya melalui metode ular tangga inilah, pihaknya dapat mengajarkan anak anak tentang pentingnya kebersihan gigi sejak dini adalah investasi jangka panjang, namun memerlukan pendekatan yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Jumriani, maupun dua rekannya sama sama mengakui, permainan ular tangga dimainkan secara berkelompok, mendorong interaksi antar anak. Mereka bisa saling mengingatkan, berbagi pengetahuan, dan bahkan berkompetisi secara sehat untuk menjadi “pemilik gigi tersehat.” Ini menumbuhkan rasa kebersamaan dalam menjaga kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan pengabdian Masyarakat di awali dengan pembukaan oleh ketua tim pengabdian kemudian dilanjutkan dengan arahan dari guru wali kelas. Selanjutnya yaitu kegiatan inti berupa edukasi Kesehatan gigi dan mulut berupa penyuluhan Kesehatan gigi pada sasaran kemudian dilanjutkan dengan edukasi Kesehatan gigi melalui permainan ular tangga.
Seperti diketahui, edukasi kesehatan gigi melalui permainan ular tangga ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat pada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inpres BTN Unggulan Pemda Kota Makassar, Rabu, 24 September 2025. Kegiatan ini diikuti seluruh kelas V, dan didampingi wali kelas.
Sebelum kegiatan edukasi, didahului dengan pemberian kuesioner sebagai pre test untuk mengetahui pengetahuan siswa. Pengisian kuesioner berlangsung sekitar 20 menit, setelah itu dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan kesehatan gigi tepat pukul 09:00 pagi di ruang kelas.
Seluruh siswa menyimak materi terkait edukasi permainan ular tangga yang akan diberikan. Harapannya, agar ketika bermain, siswa sudah memahami setiap pertanyaan yang ada di media tersebut.
Setelah penyajian materi dilanjutkan dengan tanya jawab, dan memperagakan kembali apa yang sudah di demonstrasikan. Misalnya, cara menyikat gigi yang baik dan benar. (citizen reporter-St.Humaima Patty—melaporkan dari Himpunan Mahaisswa Jurusan Kesehatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Makassar).