Beranda Ekonomi Program SOLID di Desa Solang SBT, Dulu Hutan Belukar, Kini ...

Program SOLID di Desa Solang SBT, Dulu Hutan Belukar, Kini Menjadi Hamparan Kacang Tanah

0
2040

 

Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L., bahasa Inggris: peanut, groundnut) adalah spesies kacang-kacangan dan masih kerabat Papilionaceae.
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L., bahasa Inggris: peanut, groundnut) adalah spesies kacang-kacangan dan masih kerabat Papilionaceae.

Lima tahun silam kawasan  itu masih berupa hutan belukar. Warga setempat hanya masuk ke hutan mencari kayu bakar untuk keperluan rumah tangga dan juga menebang kayu untuk dijual. Kini kawasan itu berubah menjadi areal pertanian yang menjanjikan. Pemandangan berupa hutan belukar perlahan mulai hilang. Hamparan areal pertanian kacang tanah mulai terlihat diusahakan warga setempat.

Terdapat sekitar 4,7 ha lahan kacang tanah diusahakan petani yang tergabung dalam program SOLID, binaan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP), Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).

Desa Solang, Kecamatan Teluk Waru, begitu sebutannya. Desa dengan jumlah penduduk 250 jiwa ini,  merupakan satu diantara desa yang menjadi desa binaan program SOLID di kabupaten SBT.

Solang terpilih sebagai desa binaan baru program SOLID di tahun 2012 silam. Lahan yang potensial dan didukung tradisi  bercocok tanam kacang tanah yang diwariskan secara turun temurun oleh warga setempat, menjadikan Desa Solang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan sentra produksi kacang tanah di Kabupaten SBT.

“Kedepan perluasan areal budidaya akan  terus bertambah seiring bertambahnya jumlah kelompok dan juga fasilitas peralatan yang kami terima,” tandas Rahim Rumaday, PPL yang mendampingi kegiatan SOLID di desa tersebut.

Progres  program SOLID di desa Solang memang cukup terasa. Petani kacang tanah Desa  Solang yang dulunya hanya membudidayakan kacang tanah secara tradisional dalam luasan yang sempit untuk konsumsi rumah tangga,  kini mulai menjadikan tanaman dengan nama latin Arachis hypogaea ini sebagai mata pencaharian utama.

Setiap tahunnya, petani binaan SOLID terus melakukan perluasan lahan kacang tanah. Konsep pengembangan areal budidaya memang menjadi salah satu solusi terbaik untuk meningkatkan jumlah produksi kacang tanah yang dihasilkan.

Potensi perluasan areal budidaya kacang tanah di Desa Solang cukup besar. Sekretariat SOLID Kabupaten SBT, telah menargetkan hingga tahun 2018 mendatang, perluasan areal budidaya kacang tanah di Desa Solang akan mencapai luasan 30 hingga 35 hektar.

“Tahun ini kita sudah menargetkan setiap petani harus membuka lahan seluas, 0,5 hektar,”kata Officer Pertanian SOLID SBT Syafrudin Bugis, SP.

Target luasan yang ditetapkan untuk setiap petani ini, bila nantinya terpenuhi, maka hingga akhir program SOLID, akan terdapat puluhan hektar lahan kacang tanah yang di kembangkan di Desa Solang.

Untuk mendukung upaya tersebut, berbagai bantuan infrastruktur dan peralatan pertanian (alsintan) juga telah disalurkan. Sebut saja, pembangunan gudang penyimpanan hasil, saung tani, bantuan hand tractor, dan mesin perontok sudah dimiliki petani.

kacang-01

Hingga tahun 2015 ini telah terdapat sebanyak 10 kelompok mandiri (KM) yang dibina dalam program SOLID. Kelompok-kelompok tani yang bernaung di bawah sebuah Federasi Wai Solang,  wadah besar yang bertugas menghimpun seluruh kepentingan kelompok tani akan terus diasah ketrampilan teknis terkait budidaya kacang tanah.

Dari sisi produksitifitas, petani desa Solang setiap tahun telah memproduksikan kacang tanah sebanyak 2 ton. Hasil panen ini kebanyakan dijual ke pedagang pengecer yang biasanya membeli dalam ukuran kaleng  atau setara 4 kg kacang tanah kering.

Officer Pertanian SOLID Kabupaten SBT, Syafrudin Bugis, SP mengatakan, bila dilihat dari kondisi budidaya kacang tanah yang dilakukan petani binaan di Desa Solang, masih terbilang cukup kecil  dari sisi produktifitasnya.

Harusnya, kata Bugis, dengan luas lahan yang saat ini dikembangkan per tahun minimal hasil produksi yang diperoleh sudah mencapai 11 – 12  ton. Asumsinya, setiap hektar harusnya dapat menghasilkan 1,5 hingga 2 ton per tahun.

Ditambahkan, belum sesuainya tingkat produktifitas yang diperoleh petani, disebabkan beberapa faktor yang belum terpenuhi dalam konsep budidaya yang dikembangkan. Antaranya, penggunaan benih yang masih bersumber dari benih lokal dan upaya peningkatan unsur hara tanah belum dilakukan dengan cara pemupukan.

“Ini yang sedang kita terobos, tentunya cara pandang petani terhadap konsep budidaya ini harus dirubah dengan melakukan berbagai contoh. Kalau ini sudah dirasakan petani, maka kedepan kemajuan yang diperoleh petani juga akan dicapai,”ungkapnya.

Kuatnya tradisi disertai minimnya pengetahuan petani terkait budidaya kacang tanah memang masih menjadi kendala yang harus dibenahi. Kebiasaan bercocok tanam secara berpindah-pindah, telah membuat petani enggan untuk melakukan pengolahan tanah secara maksimal. Selain itu, teknik penanaman dengan menugal (melubangi) tanah kemudian mengisi benih, merupakan teknik tradional yang kerap masih digunakan.

“Tradisi inilah yang sekarang mulai rubah dengan mengunakan teknologi budidaya sesuai anjuran,”jelas Rahim Rumaday.

Untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahun petani, pada tahun 2015 ini Sekretariat SOLID Kabupaten SBT telah menjalankan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL- PTT) kacang tanah. SL-PTT ini bertujuan untuk memboboti petani dengan teknik budidaya yang baik. Selain itu, dalam SL-PTT kacang tanah ini juga sudah menggunakan benih bersertifikat dengan varietas kelinci.

“Dengan adanya kegiatan SL-PTT ini kedepan kita harapkan pengetahuan petani terkait teknis budidaya ini akan bertambah, sehingga pola budidaya yang digunakan selama ini akan bergeser ke pola budidaya lebih optimal,”tandas Syafrudin Bugis.***

 

 

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here