Makassar, Inspirasimakassar.com:


MUI Makassar gelar dialog keummatan terkait perayaan Hari Raya Idul Qurban di tengah pendemi Covid-19 dengan nara sumber Prof. Dr. H. Jalaluddin Rahman, MA di Hotel Agraha Jalan Andalas, Sabtu (4/07/2020).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar menyepakati jika hewan kurban yang akan disembelih di hari raya Idul Qurban dan hari-hari tasyrik nanti tidak dapat ditukar dengan beras atau kebutuhan pokok lainnya. Syariat Islam sudah jelas memberi petunjuk kalau ibadah kurban itu dianggap syah dan sesuai rukunnya hanya dengan menyembelih hewan yang juga sudah disyariatkan, yaitu seekor sapi, kerbau, onta, kibas atau kambing.


Kesepakatan para ulama yang tergabung dalam MUI Kota Makassar tersebut, mencuat setelah terjadi diskusi alot antara sesama narasumber dan peserta dialog keummatan bertema “Problematika pelaksanaan ibadah Qurban pada masa Pandemi Covid-19” .

Diskusi menghadirkan narasumber Prof. Dr. H. Jalaluddin Rahman, MA. dengan judul makalah Ibadah Qurban; Mungkinkan dibarui ? (Sebuah catatan kecil)”, Dr. H. Yusri Arsyad, Lc, MA (Ibadah Qurban Menurut Ajaran Islam), dan Bagoes D, S.Pt mewakili Kadis Peternakan dan Pertanian Kota Makassar (Kebijakan Pemerintah Kota Makassar tentag Hewan Qurban di masa Pandemi covid-19), di Hotel Agraha Jalan Andalas, Sabtu (4/07/2020).
Dalam dialog keummatan yang dipandu moderator: Dr H Shaifullah Rusmin, Lc, M.Th.I., Prof. Dr. Jalaluddin Rahman menguraikan bahwa ibadah qurban merupakan ibadah tertua di bumi sejak dua putra Nabi Adam As. saat berselisih diperintahkan untuk berkurban.

Selanjutnya Nabi Ibrahim diperintahlkan menyembelih putra kesayangannya Ismail yang kemudian diganti oleh Allah SWT dengan hewan sembelihan yang besar dan gemuk, hingga tiba kepada Rasulullah Muhammad SAW diperintahkan menyembelih hewan kurban yang terbaik pada setiap tahun di hari Idul Adha dan tiga hari selanjutnya yang sampai sekarang tidak pernah terputus.

Terkait dengan suasana Pandemi Covid-19 guru besar Pasca Sarjana UIN Alauddin menawarkan pemikiran jika sekiranya ibadah qurban itu merupakan ibadah yang bernilai sosial yang dalam Islam dikenal dengan istilah “ghairu mahdhah” maka terbuka peluang untuk diperbaharui, terutama jika dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang tengah menghadapi kesulitan di dalam memenuhi kehidupan pokoknya akibat wabah corona yang sudah cukup lama menimpa manusia saat ini.


Perbaharuan yang dimaksud Jalaluddin adalah penyembelihan hewan qurban dapat diganti dengan bahan makanan pokok, semisal beras atau gandum, seharga hewan sembelihan untuk dibagikan kepada warga yang membutuhkan, terutama di pemukiman mahasiswa yang lebih butuh beras daripada daging.


“Ibadah qurban ini tampaknya dapat digolongkan sebagai ibadah ghairu mahdhdah yang tidak semata-mata berhubungan dengan dengan Allah tapi lebih dari itu ada unsur sosialnya yaitu unsur kepedulian dan berbagi kepada sesama,” ungkap Prof. Jalaluddin.
Hanya saja Prof. Jalaluddin mengakui, kalau secara pribadi tahun ini dia tetap menyembelih hewan qurbannya karena situasi masih belum memungkinkan.
Dr. H. Yusri Muhammad Arsyad, Lc.,MA. yang tampil diliran kedua sekaligus menanggapi pendapat Prof. Jalauddin, bahwa ibadah qurban itu tidak boleh lagi diotak atik berdasarkan akal pikiran semata, karena sudah sangat jelas disebutkan dalam Al Qur’an, hadis Nabi, dan bahkan dalam kitab-kitab ulama mazhab termasyhur yang sudah dikenal kedalaman ilmunya. Ibadah qurban merupakan ibadah mahdhah yang sudah ditentukan syarat syah dan rukun-rukunnya. Sudah ditentukan waktu dan harus punya niat berkurban dengan menyembelih seekor hewan.
“Kalau berkurban selain hewan yang sudah disyariatkan, apalagi ditukar beras atau bahan pokok lainnya maka itu bukan namanya qurban tapi hanya sedekah,” tegasnya sembari mengurai hikmah diyariatkan qurban adalah sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah SWT atas nikmatNya yang melimpah kepada kita, bahwa betapa besarnya arti kehidupan serta keberadaan kita dari tahun ke tahun.
“Disamping itu yang tak kalah utamanya adalah menghapus dosa-dosa pelanggaran dan penyempurna ibadah yang diwajibkan serta memperluas hubungan kekeluargaan diantara ummat, sehingga tidak diperkenankan berqurban dengan cara menghargakan dengan uang,” ungkapnya.


Besarnya perhatian peserta dialog keummatan terhadap tema yang memang sangat aktual menjelang hari raya Id di tengah suasana pandemi Covid-19 terlihat saat dibuka babak tanggapan dari peserta yang sebahagian besar dari kalangan ulama senior dan guru besar.

Sekretaris MUI Makassar H. Masykur Yusuf,S.Sg.M.Ag. yang minta diberi kesempatan pertama menyikapi pemikiran Prof. Jalaluddin bahwa karena wacana itu sebatas pemikiran maka tidak perlu direspon berlebihan dan memaksakan untuk dilakukan.
Dosen UIM Makassar itu mengakui, bahwa gurunya itu sendiri sekalipun memiliki pemikiran kalau ibadah qurban bisa diuangkan seperti zakat namun dalam perakteknya tahun ini Prof. Jalauddin juga tetap menyembelih hewan qurbannya, sehingga untuk mendapatkan kemuliaan bulan Dzulhijjah sebagaimana diperintahkan agama maka sebaiknya yang kita lakukan adalah tetap berqurban dengan menyembelih hewan sekaligus memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. (Jurlan)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPADUPPA RESORT LOMBA VIRTUAL VACATION CHALLENGE
Berita berikutnyaBimtek Pemutakhiran Data Pemilih Menandai Kerja Cerdas PPDP
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here