KEPULAUAN SELAYAR, Inspirasimakassar.com:

Kabupaten Kepulauan Selayar bisa dihancurkan karena ulah seorang calon bupati yang cuma mengandalkan money politic. Type calon pemimpin seperti ini adalah calon bupati yang tak percaya diri. Dalam bahasa Silajara’ na “To gele la rannuang kalenna surang bukunna.”

Money politic itu termasuk sogok menyogok. Yang disogok dan yang menyogok sesuai dengan hadits “Yang mengogok dan yang disogok keduanya akan dimasukkan kedalam neraka.” Dan mereka itu tidak akan mendapatkan ketenangan baik didunia maupun diakhirat.” Penegasan itu dikemukakan oleh Kiyai Haji  Muchtar Adam dalam sebuah wawancara khusus dengan media ini beberapa waktu lalu.

  Oleh karena itu, mata rantainya mesti harus diputus, lanjut Pimpinan Pondok Pesantren Al Qur’an Babus Salam Al Muththariyah Pusat Bandung ini. “Jangan karena ambisi untuk menjadi seorang pemimpin sehingga sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila dirubah menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa. Pemimpin yang mendapatkan jabatan dari politik uang maka yakin dan percaya, masyarakatnya pasti akan ikut melarat,” ujarnya.

“Sebab dengan jabatan itu akan dimanfaat untuk mencari uang demi untuk memperkaya diri sehingga rezeki yang diperoleh dari money politic itu adalah haram. Masyarakat mesti dengan cepat menyadari dampak dari seorang calon pemimpin yang berniat jahat seperti ini. Kabupaten akan hancur dan rakyatnyapun akan ikut melarat. Karena setelah terpilih akan berupaya dan berusaha untuk mengembalikan uangnya yang dijadikan sebagai umpang bagi masyarakatnya saat kampanye jelang pemungutan suara di TPS,” ujarnya lagi.

Untuk mengikis tumbuhkembangnya permainan politik uang khususnya dikalangan masyarakat bawah diharapkan para pejuang agama Allah, misalnya para mubaligh, ustaz, ulama dan tokoh-tokoh agama mesti dapat memberikan pemahaman dan pendidikan akan bahaya dan dampak dari politik uang itu. “Salah satunya adalah dampak moral baik dari pemimpin itu maupun rakyat tidak akan pernah mendapat ketenangan,” ungkap Muhtar Adam melalui telfon selulernya dari Bandung.            

Bahkan KH Muchtar Adam mengaku pernah ditelfon oleh seorang mantan Bupati Selayar dua periode, HM Akib Patta. “Katanya di Selayar, kalau menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Desa (Kades) itu justru masyarakatnya semakin tenang.

Sebab mereka akan mendapat uang dari para calon. Ini sudah sedikit menjadi tradisi di Selayar. Dan seorang calon pemimpin yang hanya mengandalkan uang itu pasti akan menghadapi sebuah kehancuran. Sebab hasilnya tidak akan pernah mendapat berkah dari Allah SWT. Minimal akan menghancurkan moral pribadinya sendiri.  

        KH Muhtar Adam juga menekankan, sesuai tuntutan zaman dan kemajuan pendidikan serta teknologi maka seorang calon pemimpin mestinya minimal berpendidikan Strata Satu (S1), kalau bisa Strata Dua (S2) dan lebih bagus lagi jika Strata Tiga (S3) disamping mendapat dukungan yang kuat dari partai politik. Selain itu, calonnya harus berwawasan yang luas dan agamis. Sehingga dalam mengemban amanah dan kekuasaan bisa berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits. Mengutamakan kepentingan rakyatnya diatas kepentingan pribadi dan atau golongan.

Seorang pemimpin mesti menjadi imam, panutan, contoh dan suritauladan yang baik bagi rakyatnya. Pemimpin itu harus mencintai rakyatnya. Pemimpin itu harus mensejahterakan rakyatnya. Pemimpin itu harus melidungi rakyatnya, tanpa harus pandang bulu. Karena pemimpin itu untuk semua rakyat.

Pemimpin itu harus profesional dalam mengambil kebijakan dan tindakan untuk kemaslahatan rakyatnya. Bukan malah sebaliknya. Karena dianggap bukan pendukung saat Pilkada, lalu setelah terpilih mereka dimutasi dan dilempar ke pulau. Dan lebih fatal lagi jika karena dendam pribadi hingga dilakukan tindakan penurunan pangkat dan pencopotan jabatan.” tegas KH Muhtar Adam. (m. daeng siudjung nyulle) 

BAGIKAN
Berita sebelumyaHari Pahlawan, Partai UKM Launching 50 Deklarator
Berita berikutnyaPasca Bersikap, Elektabilitas Prof Akbar Turun Drastis
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here