
Makassar,Inspirasimakassar.id:
Sekolah Islam berperan penting, tidak hanya membentuk kecakapan akademis tetapi juga moral dan spiritual. Di sekolah-sekolah ini, karakter kepemimpinan memainkan peran penting dalam membina lingkungan belajar yang mendukung dan produktif. Aspek-aspek penting karakter kepemimpinan dalam konteks sekolah Islam, menyoroti pentingnya karakter tersebut dan sifat-sifat utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan.
Karakter kepemimpinan sangat penting di sekolah Islam. Pasalnya, pemimpin yang mewujudkan nilai-nilai Islam seperti taqwa, amanah, rahmah, adil, dan hikmah menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menginspirasi di mana siswa dapat berkembang secara akademis, moral, dan spiritual.
Dengan memprioritaskan pengembangan karakter dalam kepemimpinan, sekolah Islam dapat memainkan peran penting dalam membentuk generasi Muslim berikutnya yang beretika dan bertanggung jawab, yang berkontribusi positif bagi masyarakat mereka dan dunia pada umumnya.
Bila kepemimpinan di sekolah Islam berakar pada karakter yang kuat, dampak positifnya akan sangat besar. Siswa tidak hanya dididik secara akademis tetapi juga ditanamkan nilai-nilai moral yang kuat, yang berkontribusi pada pengembangan individu yang berwawasan luas. Lingkungan sekolah menjadi lebih positif dan harmonis, menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki. Lebih jauh lagi, reputasi atas integritas dan perilaku etis menarik staf yang berdedikasi dan orang tua yang mendukung, sehingga menciptakan ekosistem kolaboratif yang menguntungkan semua orang.
Kepemimpinan di sekolah Islam melampaui sekadar tugas administratif. Kepemimpinan merupakan keharusan moral yang berakar dalam, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam. Para pemimpin, baik kepala sekolah, guru, atau bahkan anggota dewan siswa, dipercaya untuk membimbing dan menginspirasi orang lain agar menjalani kehidupan yang berbudi luhur. Tindakan dan interaksi mereka, yang mencerminkan nilai-nilai Islam, berfungsi sebagai panutan yang kuat bagi para siswa.
Pentingnya karakter kepemimpinan inilah, maka HM Ashar Tamanggong menempatkannya pada pokok bahasan disertasi doktoral setebal 208 halaman. Disertasi ini dibedah dalam forum Doktor di Pasca Sarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Senin 10 Februari 2025. Disertasi ini kemudian oleh tiga media Online yakni Inspirasimakassar,id,Pedomanku.id, dan Pattisnews.com menyajikannya secara utuh melalui tulisan bersambung. Senin, 17 Februari ini merupakan edisi ke 7.
HM.Ashar Tamanggong menguraikan, proses pembentukan karakter dalam dunia pendidikan dikenal dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan kegiatan pembentukan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak, penghayatan dan kepedulian dalam bentuk sikap dan tindakan, pengamalan dalam bentuk perilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai mulia, yang termanifestasi dalam bentuk interaksi kepada tuhannya, kepada masyarakat dan kepada dirinya sendiri.
Adapun nilai-nilai mulia yang dibentuk adalah kejujuran, kemandirian, sopan santun, tata krama, sosialis, berfikir dan bertindak logis. Karakter kepemimpinan peserta didik adalah sifat-sifat atau kualitas yang dimiliki oleh siswa yang menunjukkan kemampuan mereka untuk memimpin, mempengaruhi, dan mengarahkan orang lain.
Hal ini diungkapkan Jamalullail Lc yang menyampaikan kepada peneliti bahwa: “Saya pribadi mengajarkan anak karakter kepemimpinan misalkan ketua kelas diajarkan untuk berdiri dan ketua atau komando harus melihat kondisi dan tidak mempersilahkan teman-temanya jika belum semuanya siap untuk berdiri”.
Pembinaan karakter kepemimpinan ini penting dalam membantu siswa untuk tumbuh menjadi individu yang dapat memimpin dengan baik di masa depan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Seperti yang diungkapkan kepala sekolah MAN 2 Model kepada peneliti bahwa: “Peserta didik yang memiliki rasa tanggung jawab menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas dengan baik, menjaga kepercayaan, dan memikul beban tugas yang diberikan”.
Salah satu cara untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan kepemimpinan adalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk bekerja dalam tim. Ini dapat membantu siswa mempelajari bagaimana bekerja sama, memimpin dan mengikuti, serta mengatasi.
2. Penentuan Nilai-Nilai Karekter SMA Islam Athirah Makassar
Beranjak pada objek penelitian berikutnya yakni pada SMA Islam Athirah Makassar terhadap penentuan nilai-nilai karakter yang akan diajarkan. Beberapa nilai umum dalam pendidikan karakter meliputi:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu nilai utama dalam pendidikan karakter yang dirancang untuk mencetak generasi muda yang bertanggung jawab, etis, dan bermoral. Nilai ini memiliki dampak signifikan dalam membentuk budaya sekolah yang kondusif. Namun, di tengah era digital dan kompleksitas sosial, pelanggaran nilai kejujuran, seperti menyontek atau manipulasi informasi, semakin sering ditemukan.
Penerapan nilai kejujuran di sekolah tidak hanya membentuk perilaku siswa tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang etis dan produktif. Penting bagi sekolah untuk merancang program pendidikan karakter yang sistematis dan melibatkan semua pemangku kepentingan.
Pernyataan yang disampaikan Guru Agama SMA Islam Athirah menyampaikan kepada peniliti diselah kesibukannya bahwa: “Kejujuran yang kami akan tanamkan kepada siswa-siswi agar menjadi akhlak yang baik misalkan ketika menemukan benda yang bukan miliknya kemudian melapor dibagian kesiswaan bahwasanya menemukan benda dan ini salah satu contoh yang berakhlak dan pendidikan karakter inilah yang penting”.
Dari wawancara yang dilakukan, informan menekankan pentingnya menanamkan nilai kejujuran kepada siswa sebagai bagian dari pendidikan karakter untuk membentuk akhlak yang mulia. Salah satu contoh konkret yang diberikan adalah mendorong siswa untuk melaporkan benda yang ditemukan apabila bukan miliknya kepada pihak kesiswaan. Tindakan ini dinilai sebagai bentuk perilaku berakhlak baik yang mencerminkan kejujuran dan tanggung jawab.
Informan juga menegaskan bahwa pendidikan karakter, khususnya dalam konteks kejujuran, memiliki peran strategis dalam membentuk kepribadian siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga bermoral. Dengan memberikan contoh nyata seperti ini, siswa diajak untuk menginternalisasi nilai-nilai positif melalui tindakan sehari-hari yang sederhana namun bermakna.
Penekanan pada pembiasaan perilaku ini menunjukkan upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan integritas moral sebagai pondasi utama karakter siswa.
Pendekatan ini memiliki beberapa dimensi penting:
1) Penguatan Nilai Moral dan Etika
Tindakan sederhana seperti melaporkan benda yang ditemukan mengajarkan siswa untuk bersikap jujur dan menghargai hak milik orang lain. Hal ini tidak hanya mencerminkan kejujuran, tetapi juga mengintegrasikan nilai tanggung jawab dan kepedulian sosial. Dengan cara ini, siswa belajar untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip etika, yang menjadi dasar perilaku berakhlak mulia.
2) Pembiasaan Perilaku Positif
Pembiasaan adalah kunci dalam membentuk karakter. Dengan memberikan contoh perilaku yang baik dan mengulanginya secara konsisten, siswa akan terbiasa untuk bertindak jujur dalam berbagai situasi. Hal ini membentuk pola pikir yang secara otomatis memilih kejujuran sebagai jalan hidup, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
3) Pendidikan Karakter yang Holistik
Pendidikan karakter yang berfokus pada nilai kejujuran tidak hanya mendidik siswa secara moral, tetapi juga membangun lingkungan belajar yang sehat dan saling percaya. Ketika kejujuran menjadi budaya di sekolah, hubungan antara siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah menjadi lebih harmonis. Hal ini mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif dan saling mendukung.
4) Teladan dari Pihak Sekolah
Dalam wawancara ini tersirat pula bahwa keberhasilan pendidikan karakter membutuhkan contoh langsung dari guru dan staf sekolah. Guru yang melibatkan diri dalam penguatan nilai kejujuran, baik melalui ucapan maupun tindakan, akan menjadi role model yang diikuti oleh siswa. Peran guru sebagai figur teladan tidak hanya memperkuat pesan yang ingin disampaikan, tetapi juga memberikan dampak emosional yang mendalam bagi siswa.
5) Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kejujuran tidak hanya menjadi nilai yang penting di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan menerapkan kejujuran sejak dini, siswa diharapkan mampu membawa nilai ini ke masa depan, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat luas. Kemudian Kepala Sekolah SMA Islam Athirah juga menyampaikan kepada peneliti terkait dengan pentingnya kejujuran terhadap peserta didik, mengungkapkan bahwa:
“Hal yang perlu diperhatikan para guru-guru sekolah dengan memberikan contoh yang baik dengan dampak yang positif dalam hal sekecil apapun itu mengungkapkan sesuatu yang terjadi dengan jujur jika ada masalah yang terjadi, ini memberikan contoh teladan yang baik kepada siswa-siswi sekolah”.
Hasil wawancara mengungkapkan bahwa salah satu faktor penting dalam pendidikan karakter, khususnya penerapan nilai kejujuran di sekolah, adalah teladan yang diberikan oleh para guru. Guru memiliki peran strategis sebagai panutan yang secara langsung memengaruhi sikap dan perilaku siswa. Menurut informan, guru perlu memberikan contoh konkret melalui tindakan sederhana namun bermakna, seperti mengungkapkan sesuatu dengan jujur ketika menghadapi masalah. Hal ini tidak hanya menanamkan nilai kejujuran, tetapi juga memberikan dampak positif dalam membentuk karakter siswa yang lebih baik.
Hal ini juga ditambahkan Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan dan Keagamaan SMA Islam Athirah di Kota Makassar bahwa: “Kejujuran yang ditanamkan kepada peserta didik kiranya dengan harapan semua anak anak kami menjadi siswa yang beraklah baik.”
Wawancara ini menyoroti pentingnya nilai kejujuran sebagai elemen inti dalam pendidikan karakter di sekolah. Informan mengungkapkan bahwa penanaman nilai kejujuran kepada peserta didik dilakukan dengan harapan agar semua siswa dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak baik. Pernyataan ini menegaskan peran strategis sekolah dalam membentuk moralitas dan kepribadian siswa, bukan hanya melalui pembelajaran akademik, tetapi juga melalui pembentukan nilai-nilai luhur yang menjadi bekal mereka dalam kehidupan.
Kejujuran adalah salah satu nilai universal yang mendasari perilaku etis dan bermoral. Nilai ini tidak hanya memengaruhi hubungan individu dengan orang lain, tetapi juga hubungan individu dengan dirinya sendiri. Ketika kejujuran ditanamkan kepada siswa sejak dini, mereka tidak hanya belajar untuk berbicara dan bertindak jujur, tetapi juga mengembangkan rasa tanggung jawab dan integritas dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Sikap jujur mencerminkan akhlak mulia, yang meliputi keberanian untuk mengakui kesalahan, menghormati hak dan kepemilikan orang lain, serta berani mengatakan kebenaran meskipun menghadapi risiko. Dengan menginternalisasi nilai ini, siswa akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya, guru, keluarga, dan masyarakat luas.
b. Tanggung jawab
Penerapan nilai tanggung jawab di sekolah adalah bagian integral dari pendidikan karakter yang bertujuan untuk membentuk generasi yang mandiri, berintegritas, dan berkomitmen terhadap tugas mereka. Dengan strategi yang terencana, seperti pembiasaan, pemberian teladan, dan penguatan nilai melalui pembelajaran, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan tanggung jawab pada siswa. Dampak positifnya tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam jangka panjang ketika siswa menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Hal ini diungkapkan salah seorang Informan Sage Al Banna mengungkapkan bahwa: “Peserta didik kami mengajarkan pendidikan karakter seperti bertanggung jawab setiap tindakan yang dilakukan”.
Pernyataan hasil wawancara tersebut menggaris bawahi pentingnya pendidikan karakter, khususnya dalam membentuk tanggung jawab peserta didik atas tindakan yang mereka lakukan. Pendidikan karakter dengan penekanan pada nilai tanggung jawab adalah elemen kunci dalam pengembangan pribadi siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara emosional dan moral.
Tanggung jawab adalah nilai fundamental yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk menerima dan memenuhi kewajiban, memahami konsekuensi dari tindakan, serta bertindak dengan integritas. Dalam konteks pendidikan, menanamkan nilai tanggung jawab berarti membantu siswa memahami bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan memiliki dampak, baik pada diri mereka seperti yang disampaikan oleh Yusran, Wakil Kepala Sekolah yang menjelaskan kepada peneliti bahwa: “Anak didik kami mengajarkan bagaimana rasa tanggung jawab itu dalam menyelesaikan tugas dari guru-guru serta bertanggung jawab atas amanah yang diberikan”.
Pernyataan wawancara ini menegaskan bahwa tanggung jawab adalah nilai penting yang harus diajarkan kepada siswa untuk membangun karakter mereka. Dengan mengajarkan rasa tanggung jawab dalam penyelesaian tugas dan amanah, sekolah memberikan dasar yang kuat bagi siswa untuk tumbuh menjadi individu yang mandiri, dapat dipercaya, dan siap berkontribusi positif dalam masyarakat.
Implementasi nilai ini membutuhkan peran aktif guru, dukungan lingkungan sekolah, serta kesempatan bagi siswa untuk mempraktikkannya secara nyata. Perkembangan potensi yang ada pada diri peserta didik, agar mereka menjadi manusia atau hamba yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, cakap, sehat, memiliki akhlak yang mulia, mandiri, kreatif, dan juga menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap apa yang diamanahkan dan ditugaskan kepada mereka tanggung jawab belajar merupakan suatu kesadaran yang dimiliki oleh seorang siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, cara atau sikap siswa dalam mengemukakan serta menyampaikan pendapat mereka terkait dengan pembelajaran, aktivitas yang dilakukan siswa selama proses belajar, perilaku tanggung jawab wajib ditanamkan sejak dini kepada anak dan diharapkan dapat membentuk karakter yang baik pada anak tersebut ketika sudah beranjak dewasa.
Namun, perilaku tanggung jawab yang ditumbuhkan pada anak usia dini bukanlah tanggung jawab yang sangat besar sebagaimana tanggung jawab orang yang sudah dewasa, melainkan kita bias memulainya dari membentuk tanggung jawab melalui hal-hal sederhana yang bias mereka rasakan.
Pernyataan yang disampaikan oleh Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah SMA Athirah Makassar menjelaskan kepada peneliti bahwa: “Perilaku tanggung jawab sangat penting untuk ditanamkan kepada siswasiswi inilah yang menjadi perencanaan kami kiranya setiap planing sekolah dapat terealisasikan serta juga memberikan perubahan yang nyata seperti ditanamkan rasa bertanggung jawab”
Relevansi dan urgensi penanaman perilaku tanggung jawab dalam system pendidikan sekolah, bukan hanya nilai moral yang mendasar, tetapi juga elemen esensial dalam keberhasilan implementasi perencanaan sekolah. Perilaku ini diharapkan tidak hanya membentuk karakter individu siswa, tetapi juga mendukung realisasi program sekolah yang memberikan dampak nyata pada perkembangan peserta didik dan lingkungan pendidikan secara keseluruhan.
Ketika siswa sudah bertanggung jawab dalam belajar, maka hal ini sama saja dengan siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan siswa sudah bisa memenuhi kewajibannya sendiri dengan menjadi pelajar yang giat dan tekun. Selain bertanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab dalam belajar juga merupakan wujud dari kesungguhan seseorang dalam meraih prestasi yang baik.
Hal yang senada disampaikan salah seorang informan Yusran kepada peneliti bahwa: “Peserta didik diharapkan dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, serta bisa menjalankan setiap perintah dari gurunya”.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri mencakup kemampuan untuk mengelola diri, termasuk dalam hal waktu, emosi, dan tindakan. Siswa yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri akan memiliki kontrol yang lebih baik atas perilaku mereka, memilih untuk melakukan hal-hal yang mendukung tujuan pribadi dan akademik, serta dapat menghindari hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri. Selain itu, mereka akan belajar untuk menerima konsekuensi dari pilihan yang mereka buat, yang merupakan bagian dari proses belajar.
c. Disiplin
Disiplin adalah salah satu karakter dasar yang sangat penting dalam pendidikan. Karakter ini mengajarkan individu untuk mengatur diri sendiri, mengelola waktu, dan melaksanakan tugas serta tanggung jawab dengan penuh kesungguhan. Di lingkungan sekolah, penerapan karakter disiplin sangat krusial karena membantu siswa mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan akademik dan pribadi.
Oleh karena itu, sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan nilai disiplin kepada siswa, bukan hanya melalui aturan yang jelas, tetapi juga melalui keteladanan, kebiasaan, dan penguatan nilainilai disiplin dalam kegiatan sehari-hari.
Disiplin belajar dapat memberikan banyak manfaat, seperti: Meningkatkan kemampuan belajar, Membantu siswa meraih prestasi dalam belajar, Membantu membentuk karakter yang baik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin belajar, di antaranya: Kesadaran diri, Kepatuhan dan ketaatan, Kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga, Penerapan tata tertib sekolah,Kondisi sosial di masyarakat
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sage Al Banna yang mengungkapkan kepada peneliti bahwa: “Siswa-siswi diajarkan untuk disiplin, baik dalam pembelajaran di kelas maupun melaksanakan shalat berjamaah dan tentunnya mengerjakanshalat tepat waktu sehingga memberikan kebiasaan yang baik untukpeserta didik”.
Pernyataan ini menekankan pentingnya penerapan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan siswa, baik dalam konteks akademik maupun aktivitas keagamaan, seperti pelaksanaan shalat berjamaah. Hal ini mencerminkan upaya sekolah untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara Intelektual tetapi juga memiliki kebiasaan yang baik dalam menjalankan rutinitas sehari-hari.
1) Disiplin dalam Pembelajaran di Kelas
Disiplin dalam konteks akademik mengacu pada kemampuan siswa untuk mengikuti jadwal pelajaran, mengerjakan tugas tepat waktu, serta menjaga focus dalam proses pembelajaran. Sekolah berusaha untuk menanamkan disiplin kepada siswa dengan cara:
a) Kehadiran Tepat Waktu: Siswa diharapkan hadir tepat waktu di kelas untuk memulai proses pembelajaran tanpa gangguan. Hal ini membiasakan mereka untuk menghargai waktu dan menghormati proses belajar.
b) Penyelesaian Tugas: Disiplin akademik juga terlihat pada sikap siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan disiplin, siswa belajar untuk mengatur waktu dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik.
c) Mengikuti Proses Pembelajaran: Disiplin di kelas juga berarti siswa mengikuti instruksi guru dengan baik, berpartisipasi aktif dalam diskusi,dan menghindari gangguan yang dapat mengganggu kelancaran
pembelajaran. Melalui penerapan disiplin di kelas, siswa belajar untuk menghargai waktu dan proses, yang dapat me ndukung pencapaian akademik mereka.
2) Disiplin dalam Pelaksanaan Shalat Berjamaah
Selain disiplin dalam akademik, penerapan disiplin juga melibatkan kegiatan keagamaan, salah satunya adalah pelaksanaan shalat berjamaah. Disiplin dalam melaksanakan shalat tepat waktu memiliki nilai penting dalam pendidikan karakter siswa. Beberapa aspek yang diajarkan dalam hal ini antara lain:
a) Menghargai Waktu untuk Shalat: Siswa diajarkan untuk memprioritaskan waktu untuk shalat, yang merupakan kewajiban bagi umat Islam. Dengan shalat berjamaah di sekolah, siswa belajar untuk menghargai waktu dan mendisiplinkan diri mereka dalam menjalankan ibadah.
b) Kebersamaan dan Disiplin Sosial: Shalat berjamaah mengajarkan siswa tentang pentingnya kebersamaan, saling menghormati, dan bekerja sama sebagai komunitas. Siswa juga belajar untuk mengatur waktu mereka agar bisa melaksanakan ibadah tepat waktu, baik di pagi hari, siang, maupun sore hari.
c) Membangun Kebiasaan Positif: Dengan melaksanakan shalat tepat waktu secara rutin, siswa membangun kebiasaan positif yang berkelanjutan. Kebiasaan disiplin ini tidak hanya terbatas pada ibadah, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal manajemenwaktu, tanggung jawab, dan integritas.
Hal lain juga ditambahkan oleh Yusran, Wakil Kepada Sekolah kepada peneliti bahwa: “Menyampaikan kepada peserta didik untuk menjaga kedisplinan, misalkan disiplin datang tepat waktu untuk mengikuti apel pagi dan sebagainya”.
Apel pagi merupakan rutinitas penting yang diadakan di banyak sekolah sebagai bentuk penghargaan terhadap kedisiplinan. Siswa diharapkan hadir tepat waktu untuk mengikuti apel pagi sebagai wujud komitmen mereka terhadap disiplin. Dengan mematuhi waktu yang telah ditentukan untuk apel pagi, siswa belajar untuk menempatkan prioritas yang tepat dan menjaga komitmen terhadap kegiatan yang telah direncanakan.
d. Patuh dan sopan santun
Perilaku sopan santun adalah salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter peserta didik di sekolah. Sopan santun mencakup sikap menghargai orang lain, berbicara dengan bahasa yang baik, bertindak dengan penuh perhatian, serta menjaga etika dalam berinteraksi dengan teman, guru, dan staf sekolah. Penerapan perilaku sopan santun tidak hanya berfungsi untuk menciptakan suasana sekolah yang harmonis, tetapi juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa yang memiliki integritas dan empati.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., Kepala Sekolah SMA Islam Athirah bahwa: “Perilaku sopan santu sangat penting untuk diterapkan dan ajarkan kepada siswa-siswa agar bisa menghargai guru serta kakak senior dan menyayangi teman-temannya karena disekolah kami juga banyak perubahan dengan diterapkan pendidikan karakter tidak terjadi bullyan maupun konflik”.
Siswa yang memiliki perilaku sopan santun cenderung memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya, guru, serta orang tua. Sopan santun memungkinkan terbentuknya rasa saling menghargai dan memahami antar individu, yang sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Guru dan staf sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan sopan santun. Sebagai figur panutan, mereka harus menunjukkan perilaku sopan santun dalam setiap interaksi dengan siswa dan rekan sejawat.
Keteladanan ini akan mempengaruhi siswa dalam meniru sikap yang sama. Misalnya, guru yang berbicara dengan penuh penghormatan kepada siswa, mendengarkan pendapat mereka, dan menunjukkan sikap sabar dan ramah akan mengajarkan siswa untuk melakukan hal yang serupa.
e. Shalat Berjamaah
Pada dasarnya shalat memiliki keutamaan yang sangat besar, di antaranya adalah terapi pemusatan pikiran / konsentrasi. Sebagian besar manusia terkadang berusaha keras untuk menolak semua gangguan konsentrasi yang bisa menghalangi dzikir dan fokus pikiran dalam shalatnya. Pikirannya diarahkan untuk memahami setiap makna lafadz bacaan dan juga shalat dengan serius, tetapi ternyata masih banyak hal-hal yang bisa mengalihkan pikirannya, seperti banyaknya pikiran urusan dunia, suara, dan berbagai pengaruh yang ada dalam dirinya. Ungkapan yang disampaikan oleh Sage Al Banna, Guru Agama SMA Islam Athirah kepada peneliti bahwa:
“Kami mengajarkan anak-anak kami untuk melaksanakan shalat berjamaah baik itu di sekolah maupun pulang di rumah sehingga memberikan kebiasaan terhadap keseharian anak-anak”.
Penerapan shalat berjamaah di sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan karakter spiritual dan kedisiplinan siswa. Shalat berjamaah bukan hanya sebagai ibadah yang wajib bagi umat Islam, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat rasa kebersamaan, membangun ketertiban, dan menanamkan nilainilai agama yang positif dalam kehidupan sehari-hari siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada siswa, dan salah satu cara yang efektif adalah dengan memfasilitasi shalat berjamaah sebagai bagian dari rutinitas harian mereka.
Melaksanakan shalat berjamaah mengajarkan siswa untuk mematuhi jadwal dan menghargai waktu. Setiap siswa diharapkan datang tepat waktu untuk melaksanakan shalat, yang pada gilirannya membantu mereka dalam menerapkan kedisiplinan di aspek lain kehidupan mereka, seperti dalam kegiatan akademik dan ekstrakurikuler.
3. Pelibatan Orang Tua
Orang tua juga harus dilibatkan dalam pendidikan karakter. Kolaborasi ini penting karena karakter peserta didik terbentuk tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitarnya. Pelibatan orang tua dalam pendidikan karakter sangat penting karena mereka adalah pendidik pertama dan utama bagi anak.
Melibatkan orang tua dalam proses pendidikan karakter di sekolah membantu menciptakan konsistensi antara nilai-nilai yang diajarkan di rumah dan di sekolah. Hal ini akan memudahkan anak dalam menyerap dan menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini kepala sekolah SMA Islam Athirah menyampaikan kepada peneliti bahwa:
“Support orang tua , kami paksa untuk ikut kerja sama karena kami ada kontrak kerja sama pencapaian karakter, harus ada keterlibatan orang tua, saat wisuda kepsek melaporkan pencapaian mutu siswa, tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, biasakan mengaji di rumah, karakter 24 jam di rumah, jadi ada kerjasama antara sekolah dan dirumah bagaimana karakternya siswa, dan kita ada survei jika ada masalah pencapaian berarti ada sesuatu yang belum terlaksana”.
Penentu perkembangan fisik dan mental anak adalah peran kedua orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak yang lahir hingga dewasa. Dalam proses pembentukan pengetahuan sangatlah penting dilakukan oleh orang tua melalui berbagai metode parenting. Pendidikan dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian, karakter, nilai budaya, nilai agama dan moral serta keterampilan sederhana.
Menurut pendapat Thomas Lickona mengatakan bahwa secara umum orang orang memandang keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak. Salah Seorang Informan Guru Agama Islam Athirah Kota Makassar menyampaikan kepada peneliti bahwa: “Keterlibatan orang tua dalam menunjang karakter anak sangat penting karena orang tua dapat juga membantu para guru di sekolah ketika anak-anak telah kembali kerumah dan juga memberikan arahan serta menanamkan nilai karakter agar program yang ada disekolah bisa berjalan sesuai dengan harapan sekolah yang menjadikan siswa berpendidikan karakter”.
Peran orang tua diantaranya menerapkan pembinaan iman dan tauhid anak, pembinaan akhlak anak, pembinaan ibadah dan agama anak, dan pembinaan kepribadian dan sosial anak, melakukan pembinaan ketauhidan anak, pembinaan adab/akhlak anak, pembinaan tenggung jawab, kedisiplinan, kemandirian anak, dan pembinaan kepedulian anak. Selanjutnya orang tua juga memberikan contoh prilaku yang baik kepada anak seperti bertutur kata yang sopan terhadap yang lebih tua sudah diajarkan namun anak semakin besar semakin tau pergaulan dengan teman-temannya.
Kemudian gura Agama SMA Islam Athirah Makassar menyampaikan terkait dengan pentingnya orang tua terlibat dalam pendidikan karakter, ungkapannya:
“Hal ini ketika berbicara terkait dengan orang tua dalam mendidik karakter anak memang sangat penting bukan berarti anak masuk sekolah kemudian orang tua tidak memberikan kontribusi dalam pendidikan karakter anak.”
Selanjutnya orang tua telah memberikan atau menerapkan pendidikan dengan mengajarkan kejujuran, saling menghormati, sopan santun, baik hati, ramah, dan menaati peraturan supaya anak memiliki karakter yang baik. Orang tua sangat berperan penting dalam pendidikan dini untuk anak-anaknya.
Bagi anak orang tua sebagai pendidik pertama dan utama yang di kenal sebelum lingkungan masyarakat dan sekolah. Keluarga ideal (sempurna) memiliki dua orang yang memainkan peran penting, yaitu, sebagai ayah dan ibu, dua individu umumnya memainkan peran. Peran seorang ibu adalah untuk memenuhi kebutuhan secara biologis dan fisik anaknya, bersabar, kasih sayang dan ketabahan dalam merawat keluarga, mendidik, mengelola dan mengendalikan anak-anak, dan memberikan contoh bagi anak-anak.
a. Komunikasi antar sekolah dan orang tua
Efektivitas komunikasi antara guru dan orang tua, dalam hal prestasi dan kehadiran siswa, sangat penting. Komunikasi orang tua dengan guru memberikan manfaat multi-faceted terhadap guru, sekolah, dan orang tua juga. Namun, berbagai rintangan menghalangi realisasi komunikasi orang tua-guru yang efektif di lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter yang efisien dalam organisasi pendidikan, komunikasi tidak hanya di antara manajer sekolah, guru, dan siswa, tetapi juga dengan orang tua siswa sangat penting. Terutama komunikasi antara guru dan orang tua mengenai kinerja siswa di kelas beruang penting dalam lebih memahami masalah siswa, meningkatkan dukungan orang tua dalam pendidikan, melakukan konseling dan bimbingan yang efektif, dan akhirnya meningkatkan motivasi dan kesuksesan siswa. Informan Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., menambahkan kepada peneliti bahwa: “Keterlibatan orang tua dalam menanamkan pendidikan karakter sangat lah penting, kami juga dari pihak sekolah melakukan informasi dan bertanda tangan terkait dengan agenda atau program pendidikan karakter yang disetujui oleh orang tua agar terjalin kerja sama program disekolah dan di rumah dalam memberikan karakter yang baik untuk siswa siswi kami”.
Hal yang senada disampaikan Informan Hj Darmawati kepada peneliti bahwa: “Komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah salah satu keberhasilan dalam membentuk pendidikan karakter anak, dimana pihak sekolah akan menyampaikan setiap perilaku atau etika anak anak kemudian orang tua dapat membantu dalam kebiasaanya karakter yang baik dirumah”.
Komunikasi orang tua dengan guru yang ada umumnya mendekati masalah dari dua aspek. Hubungan pertama yang meliputi hubungan orang tua-orang dan kontribusi orang tua terhadap komunitas sekolah dan kegiatan organisasi, sedangkan yang kedua meliputi studi tentang dukungan orang tua tentang pengembangan akademik siswa. Hubungan guru-orang tua semakin penting untuk meningkatkan sekolah sebagai komunitas belajar dan untuk pertumbuhan siswa memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
Para orang tua, bagi guru adalah suatu cara yang paling praktis, karena sekaligus dapat memberikan keterangan atau penjelasan kepada semua orang tua. Dengan demikian guru tidak membutuhkan terlalu banyak waktu dan tenaga. Guru tidak membutuhkan banyak waktu untuk bertemu secara pribadi dengan masingmasing orang tua.
Ada suatu panduan untuk melaksanakan pertemuan besar seperti tersebut di atas. Apabila panduan tersebut dilakukan akan sangat mem-bantu pelaksanaan pertemuan sehingga pertemuan tersebut akan mencapai hasil yang positif, artinya tujuan dan pertemuan tercapai. Bahasa yang dipergunakan dalam pertemuan sebaiknya menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti para orang tua.
Hindari penggunaan kata-kata yang bersifat teknis, atau dengan menggunakanbahasa ilmiah dengan demikian pengertian tersebut sukar dipahami terutama bagi orang tua yang berpendidikan rendah. Apabila para orang tua kurang memahami bahasa Indonesia, dapat dijelaskan dengan bahasa daerah.
Hal ini diungkapkan salah seorang Infomanr kepada peneliti bahwa: “Pentingnya orang tua terlibat dalam pembiasaan karakter anak, guna memberikan kontribusi terhadap pencapai sekolah, akan dimasukkan sekolah bukan berarti lepas dari tanggung jawab orang namun bagaimana orang tua juga bisa membantu pihak sekolah dalam mendidik anak terutama dalam pendidikan karakter”.
Membangun kegiatan belajar mengajar yang efektif di sekolah memerlukan peran guru, anak dan juga orang tua. Komunikasi yang efektif dapat menjamin berlangsungnya interaksi antara guru, siswa, dan orang tua secara optimal.
Sekolah ini memiliki konsep yang kreatif dan inovatif dengan memandang pentingnya keterlibatan orangtua dalam pendidikan di sekolah, dengan cara yang unik sekolah mengembangkan metode yang diberi nama My Conference dimana dengan metode tersebut keterlibatan orang tua secara aktif dalam pendidikan disekolah dapat terbangun dengan baik. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus yang pengamatannya terpusat pada komunikasi yang dilakukan guru untuk membangun keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan di sekolah.
Pendidikan karakter ialah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak, sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik. Pendidikan karakter inilah yang menjadi salah satu perhatian utama Kemendikbud RI yang dipimpin oleh Menteri Nadiem Makarim atau yang kerap disapa Mas Nadiem. Nadiem menjelaskan bahwa pendidikan karakter sangat urgent dalam membangun pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta dapat bertanggung jawab.
Seperti yang diungkapkan Sage Al-Banna salah seorang guru Agama di SMA Islam Athirah menyampaikan kepada peneliti bahwa: “Anak peserta didik tentunya yang kami harapkan menjadi karakter yang baik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta dapat membanggakan sekolah dan orang tua”.
Pendidikan karakter sangat penting untuk menghadapi tantangan masa depan. Pasalnya, melalui pendidikan karakter inilah dasar dari pengembangan SDM suatu bangsa akan diawali. Semua itu dilakukan, agar anak didik nantinya memiliki pribadi yang kuat dan mampu survive (bertahan) pada masa yang akan datang.
Sebab, bagaimanapun juga pendidikan karakter merupakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah moral sosial serta meningkatkan prestasi akademik dengan mengajarkan nilai-nilai budaya yang positif. Kemudian hal ini juga disampaikan Yusran kepada peneliti bahwa: “Kami juga ada rapat terlebih dahulu bersama orang tua siswa terkait dengan pendidikan karakter anak-anak.”
b. Mendukung pembiasaan positif di rumah
Sekolah bisa memberikan panduan sederhana bagi orang tua untuk membentuk kebiasaan positif di rumah, seperti mengajarkan kedisiplinan dalam tugas rumah tangga, membiasakan budaya antri, dan memperkenalkan cara berkomunikasi yang sopan. Konsistensi antara lingkungan rumah dan sekolah akan memperkuat nilai-nilai yang ingin ditanamkan.
Orang tua sebagai teladan utama perlu menunjukkan nilai-nilai yang diinginkan, seperti kejujuran, disiplin, dan empati. Teladan yang konsisten dari orang tua akan memperkuat nilai karakter yang diajarkan di sekolah, karena anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dari orang-orang terdekat. Seperti yang dikemukakan oleh Hasan Basri kepada peneliti bahwa:
“Orang tua juga kiranya dapat memberikan contoh yang positif terhadapanak-anak dirumah karena bagaimana cara dan kerja keras kita sebaga guru disekolah namun kalau tidak ada pembiasaan atau contoh yang baik dilihat di rumah juga sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang baik, karena inilahpentingnya orang tua dalam terlibat pendidikan karakter”.
Pembiasaan program serta aturan di sekolah harus dilaksanakan secara terus menerus untuk dapat merealisasikan tujuan dari adanya program. Nilai utama dalam pendidikan karakter adalah untuk mengenalkan, memahami, mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
. Dengan demikian pembiasaan baik yang dilaksanakan secara terus menerus dapat membentuk karakter peserta didik dalam nilai disiplin untuk membantu peserta didik lebih produktif, mandiri, dan tanggung jawab.
Dengan menggunakan empat indikator displin waktu, disiplin menegakkan aturan, disiplin sikap serta disiplin beribadah menunjukkan bahwa pembiasaan yang ada di sekolah mempunyai dampak yang baik dalam karakter, disiplin untuk peserta didik. Penelitian ini menggunakan angket untuk mengetahui dampak dari pembiasaan terhadap sikap disiplin peserta didik. Seperti yang dikemukakan Jamalullail Lc kepada peneliti bahwa: “Kebiasaan yang kecil dirumah dapat berdampak sangat besar terhadap anak-anak jika itu juga akan terbiasa dan akan terbawa kesekolah pembiasaan yang dilakukan orang tua dirumah”.
Hal yang senada yang diungkapkan Sage Al Banna kepada peneliti bahwa: “Pembiasaaan yang positif dirumah dapat dicontohi anak-anak misalkan disiplin dalam melaksanakan shalat, jika orang tua melaksanakan shalat dimasjid khususnya bapaknya dengan tepat waktu maka anak pun juga terbiasa melaksankan shalat dimasjid jika diluar rumah ataupun disekolah karena ada yang terekam dikepala anak-anak bahwa hal yang positi dilakukan orang tuaku juga saya mau lakukan”.
Pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diterapkan peserta didik adalah: Menanamkan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan landasan terpenting bagi pendidikan individu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Membantu anak berkembang menjadi individu yang dewasa dan mandiri. Berbudi pekerti yang baik, ramah tamah dan saling menghormati.
Menumbuhkan sikap kerjasama dan solidaritas. Menanamkan kebiasaan disiplin. Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan diri, menjaga diri dan menjaga lingkungan. Mengajari anak mengendalikan emosi, tindakan, dan perasaannya.
Membiasakan mengambil makanan serta minuman dengan tangan kanan. Membiasakan membaca doa ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Membiasakan mendahulukan anggota badan sebelah kanan dalam berpakaian dan ketika melepas pakaian memulai dari kiri. Membiasakan sederhana dalam makan dan minum dan jauhkan dari sikap rakus. Membiasakan diri untuk menghargai guru, orang tua, dan teman.
Informan Tawakkal Kahar, S.Pd., M.Pd., juga menambahkan kepada peneliti bahwa: “Kebiasaan yang kecil dilakukan orang tua di rumah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan karakter anak di sekolah, pembiasaan positif orang tua sangat diperlukan di rumah”.
Membiasakan mengucapkan salam kepada orang yang dijumpainya. Membiasakan berterima kasih jika mendapat hadiah. Membiasakan untuk memberikan nasehat kebaikan kepada teman. Membiasakan menuruti perintah guru dan orang tua atau siapa yang lebih tua. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa fungsi pembiasaan adalah membantu menanamkan kebiasaan, membentuk manusia yang sesuai dengan nilai dan norma, menjadi pribadi yang matang dan mandiri, kebiasaan menanamkan disiplin dapat dilakukan.
Seperti Yang diungkapkan informan Hj. Darmawati, S. Ag., M. Pd kepada peneliti bahwa: “Hal yang postif dilakukan orang tua di rumah juga akan dicontoh anakanak dan ini akan terbawa jika keluar rumah atau berada di sekolah”.
Hubungan antara metode pembiasaan dengan pembentukan moral, di sekolah tersebut, anak-anak cenderung meniru segala tindakan orang dewasa seperti orang tua, kakak, guru, dan orang-orang disekitarnya, sehingga kita sebagai orang tua perlu memberikan teladan dan kebiasaan yang baik kepada anak kita.
Dalam metode pembiasaan yang melibatkan pengulangan dan latihan yang berulang-ulang, anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya dan orang lain di sekitarnya, sehingga melatihnya dan memudahkannya dalam mengerjakan suatu tugas. Begitu pula dengan lingkungan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Melalui pembiasaan dan pengulangan, anak dapat dilatih dan terbiasa bekerja, serta dapat mengembangkan kebiasaan baik dalam bekerja dalam hidupnya. Misalnya, orang tua yang ingin anaknya berkembang dengan menerapkan amalan-amalan yang sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya mampu mendidik anaknya sejak dini dan memberikan contoh perilaku yang baik.
4. Teladan dari Guru dan Staf Sekolah
Keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik, yang patut ditiru oleh peserta didik yang dilakukan oleh seorang guru di dalam tugasnya sebagai pendidik, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh murid, baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Keteladanan guru adalah contoh yang baik dari guru, baik yang berhubungan dengan sikap, perilaku, tutur kata, mental maupun yang terkait dengan akhlak dan moral yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini yang diungkapkan kepala sekolah MAN 2 Model Kota Makassar kepada peneliti bahwa: “Guru dan staf harus memberikan contoh yang dapat dilihat oleh siswa-siswi hal ini memudahkan dalam membentuk pendidikan karakter, sekolah kami tidak hanya mengajarkan siswa tetapi juga bagaimana guru-guru yang ada di sekolah juga diberikan pembelajaran agar menjadi guru yang baik dan disenangi peserta didik”.
Keteladanan guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam proses pembentukan pribadinya. Seperti yang diungkapkankepala sekolah SMA Islam Athirah Tawakkal Kahar kepada peneliti bahwa: “Guru yang dirindukan adalah guru yang baik memberikan contoh telada kepada peserta didik yang mana bisa berbekas sampai kapanpun dalam ingatan anak-anak bahwa guru dan staf waktu sekolah memberikan contoh akhlak yang baik.”
Guru dan staf sekolah harus menjadi teladan bagi siswa. Cara mereka berinteraksi, menangani konflik, serta menunjukkan tanggung jawab adalah model nyata yang akan diikuti siswa, peran guru dalam menanamkan nilai karakter termasuk karakter disiplin di sekolah, jika karakter tidak diterapkan guru di sekolah maka dapat menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan watak siswa tidak baik sehingga diperlukan peran guru untuk membentuk siswa yang berkarakter yaitu karakter disiplin. Hal ini diungkapkan kepala sekolah SMA Islam AthirahTawakkal Kahar kepada peneliti bahwa:
“Di sekolah guru dan staf kami arahkan sebagai teladan bagi anak anak di sekolah menjadi pengganti orang tua selama di sekolah memberikan contoh yang baik misalkan guru melihat sampah yang ada di dalam kelas kira nya juga ikut membuang sampah hal ini bentuk contoh yang baik terhadap siswa”.
Penerapan metode pembiasaan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal yang positif dalam kesehariannya dalam menerapkan penerapan pembiasaan positif dalam upaya meningkatkan karakter anak pembiasaan seorang guru dapat mengajarkan beberapa hal misalkan: berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, selalu mengucap dan menjawab salam, menghormati guru dan menyayangi teman, berdoa sebelum-sesudah tidur dan membuang sampah pada tempatnya, dengan melakukan kebiasaan secara rutinitas anak dapat melakukan kebiasaan tersebut dengan sendirinya tampa diperintah.
Anak akan melakukannya dengan sadar tanpa adanya paksaan karena anak sudah terbiasa melakukan rutinitas setiap harinya. Dengan pembiasaan secara langsung, anak telah diajarkan disiplin dalam melakukan dan menyelesaikan suatu kegiatan, sebab pembiasaan berintikan pengulangan. Melalui kebiasaan dan rutinitas yang dilakukan oleh orang, terbentuklah perilaku dan karakter keagamaan yang baik pada diri anak.
Salah seorang Informan Jamalullail Lc juga menambahkan kepada peneliti bahwa: “Sebagai guru Agama tentunya memberikan contoh yang baik kepada peserta didik agar anak anak dapat menjadi siswa yang teladan karena melihat perilaku yang sopan santun dari gurunya”.
Hal ini juga ditambahkan kepala sekolah SMA Islam Athirah kepada peneliti bawa: “Guru-guru itu terlibat dalam setiap kegiatan, sebagai bentuk pendampingan dan pengawasan kepada anak-anak peserta didik”.
Penerapan pembiasaan positif ini juga mencakup upaya untuk mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan individu siswa. Dalam konteks ini, setiap siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka masingmasing melalui program pengembangan diri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat mereka. Dengan demikian, pembiasaan positif tidak hanya bersifat umum, tetapi juga personal dan relevan dengan setiap siswa.
Seperti yang diungkapkan Yusran kepada peneliti bahwa: “Guru teladan akan menghasilkan murid yang teladan, kiranya kami juga sebagai pengajar berperan aktif tidak hanya pada batas teori atau penyampaian saja tetapi juga sebagai pelaksanaan sebagai teladan yang dapat dicontoh anak anak sebagai peserta didik yang berkarakter mulia”.
Guru menjadi teladan dengan menanamkan pola pikir positif, berkomunikasi dengan kata-kata yang baik, menerima semua siswa tanpa pilih kasih, pandai menyimpan rahasia, berperan sebagai orang tua kedua bagi siswa. Guru dapat menjadi inspirasi bagi peserta didiknya. Mereka dapat mengajarkan nilai-nilai penting seperti integritas, etika kerja, kejujuran, tanggung jawab, dan rasa empati.
Indikator keteladanan guru adalah perbuatan yang baik yang dilakukan oleh seorang guru supaya suatu perilaku positif tesebut dapat ditiru oleh siswanya. Seperti bertutur kata yang baik, ramah terhadap murid, sopan santun, disiplin, dan bertanggung jawab dalam mengajar dan mendidik siswa-siswanya. Untuk itulah sebagai seorang guru yang baik, kita harus menunjukkan perilaku yang baik terhadap peserta didik karena peserta didik itu selalu meniru atau mencontoh segala perbuatan yang dilakukan guru baik itu perbuatan baik ataupun buruk.
5. Lingkungan Sekolah yang Mendukung
Lingkungan fisik dan sosial sekolah harus mendukung pengembangan karakter. Ini bisa berupa pengaturan ruang kelas yang nyaman, suasana sekolah yang aman dan inklusif, serta aturan yang jelas dan adil. Dengan perencanaan yang baik, pendidikan karakter tidak hanya akan membantu siswa menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi anggota masyarakatyang berkontribusi positif.
Dalam era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang ini, pengembangan karakter peserta didik menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Selain memberikan pengetahuan akademis, sekolah juga memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter peserta didiknya.
Lingkungan sekolah yang mendukung pengembangan karakter peserta didik memainkan peran penting dalam menciptakan generasi yang berintegritas, disiplin, dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Seperti yang diungkapkan Hasan Basri kepada peneliti bahwa: “Lingkungan sekolah juga kami sangat memperhatikan dimana jika sekolah nyaman dan bersih merupakan salah satu bentuk rasa tanggung jawab terhadap lingkungan di sekolah dan juga ini merupakan salah satu bentuk pendidikan peserta didik agar dapat menjaga kebersihan sekolah”.
Lingkungan fisik sekolah yang bersih, rapi, dan aman sangat penting dalam mendukung pengembangan karakter peserta didik. Sekolah yang terawat dengan baik mencerminkan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab. Area bermain yang aman dan fasilitas yang memadai juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk berinteraksi, bermain, dan belajar bersama, sehingga mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Hal ini juga ditambahkan Yusran kepada peneliti bahwa:
“Pentingnya lingkungan sekolah yang mendukung pengembangan karakter peserta didik tidak bisa diabaikan. Lingkungan fisik yang kondusif, lingkungan sosial yang positif.”
Kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri seperti kecerdasan, sikap, minat, bakat dan motivasi.
Sedangkan faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang ada diluar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktifitas dan prestasi belajar yang ingin dicapai siswa. Adapun faktor dari luar yakni lingkungan. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat/pergaulan.
Ungkapan yang disampaikan salah seorang informankepada peneliti bahwa: “Lingkungan juga sangat memberikan dampak terhadap pembelajar peserta didik baik lingkungan disekolah maupun dilingkungan keluarga, jika lingkungan sekolah dan keluarga baik maka anak-anak akan juga menjadi karakter yang baik”.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendukung dan mendorong siswa untuk belajar yang lebih giat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya, lingkungan sekolah yang kurang baik dapat menghambat prestasi belajar siswa dan mengakibatkan penurunan prestasi belajar siswa di sekolah.
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan atau penurunan prestasi belajarnya. Hal ini disampaikan salah seorang informan kepada peneliti bahwa: “Lingkungan sekolah yang bersih juga mendorong keberhasilan dalam pendidikan karaktert siswa, jika anak-anak dilatih untuk menjaga kebersihan maka juga akan terbiasa melakukan buang sampah misalkan dan lain-lain ”.
Hal itu disebabkan adanya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat prestasi belajar siswa di sekolah. Adapun faktor-faktor lingkungan sekolah yang mendukung prestasi belajar siswa antara lain guru yang profesional, teman bermain, kurikulum, lingkungan sekolah yang bersih, aman, nyaman, sarana dan prasarana atau fasilitas sekolah yang mendukung proses pembelajaran, dan sebagainya.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat prestasi belajar siswa antara lain, guru yang tidak profesional, buku-buku yang tidak lengkap, teman bermain atau teman sebaya, penataan perpustakaan yang kurang baik, keadaan lingkungan sekolah yang tidak aman dan bersih serta fasilitas sekolah yang tidak lengkap juga dapat mempengaruhi atau menghambat peningkatan prestasi belajar siswa. (din pattisahusiwa/tim media baznas kota makassar/bersambung)