Makassar, Inspirasimakassar.id:

Disertasi setebal 208 halaman merupakan puncak karya ilmiah HM.Ashar Tamanggong. Disertasi yang dibedah di podium terhormat Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia  (UMI) Makassar, Senin 10 Februari 2025 itu dinilai pimpinan sidang Prof.Dr.H.Mursalim Laekkeng,ASEAN,CPA, maupun seluruh penguji, memiliki kedalaman, keluasan, dan orisinalitas.

Dalam mengolah  konteks disertasi berjudul ”Manajemen Pendidikan Karakter MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Kota Makassar, HM.Ashar Tamanggong mengurainya secara runut. Keterkaitan satu dengan lainnya, memastikan ‘benang merah’ yang demikain jelas, dan saling berhubungan.

Istilah “benang merah” dalam konteks ini mengacu pada keterkaitan logis dan konsisten antara semua elemen disertasi. Mulai dari rumusan masalah, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, temuan, hingga kesimpulan dan rekomendasi. Sebaliknya, jika tidak ditemukan benang merah dalam sebuah disertasi, tentunya,  terkesan fragmentaris, kurang koheren, dan kehilangan validitas ilmiahnya.

Rumusan masalah yang tersaji dalam disertasi ATM—sapaan akrab HM.Ashar Tamanggong—akan disampaikan Kamis, 13 Februari besok—-  adalah fondasi utama dari sebuah riset. Rumusan masalah yang dipaparkan nantinya spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART).

Dalam pemaparan bersambung kedua dari Ketua BAZNAS Makassar Raih Doktor yang dimuat di tiga media online maisng masing Inspirasimakassar, Pedomanku.id, dan Pattisnews.com, ATM memaparkan bahwa, pendidikan memperhatikan tentang pembentukan watak atau karakter yang mulia bagi peserta didik. Seruan tentang akhlak mulia dalam Islam juga ditunjukkan melalui salah satu perkara yakni Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak seluruh manusia.

 Allah SWT memberikan pujian kepada Rasulullah atas akhlak beliau yang luhur sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Q.S Al-Qalam 68 yang artinya,   “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Di satu sudut, pendidikan termasuk kebutuhan hidup manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun berbangsa dan bernegara. Melalui pendidikan yang berkualitas, akan terbentuk individu-individu yang berkarakter baik, dengan karakter individu yang baik akan terbentuk masyarakat yang baik, dengan karakter masyarakat yang baik, maka akan terbentuk karakter bangsa dan negara yang baik pula.

Orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual dan sosial adalah, yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik.

Malah, Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Di sudut lain, pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Pembangunan selalu berkaitan erat dengan perkembangan jaman serta selalu memunculkan persoalan baru yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya namun harus tetap disikapi dengan bijak dan elegan.

Kemudian, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan pembangunan nasional disemua aspek kehidupan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan bukti keseriusan para pendiri negara ini dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi.

 Kemudian komitmen tersebut dituangkan dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 32 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Fokus dari dari UUD 1945 tersebut adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang punya harkat dan martabat yang mulia, bebas dari belenggu kebodohan.

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi 6Fadhli, M. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan saja tidak cukup jika hanya sekedar pengetahuan saja, namun harus mampu meneguhkan, menumbuhkan keyakinan dan sikap yang kuat dalam diri peserta didik, sehingga mampu mengembangkan kemampuannya dan menentukan kehidupannya sesuai dengan aturan, khususnya yang bersifat keagamaan.

Amanah UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pada kenyataannya bangsa Indonesia saat ini mengalami krisis moral. Krisis ini bahkan tidak terkecuali, menimpa remaja. Maraknya kasus kenakalan remaja menggambarkan kurangnya perhatian dunia pendidikan terhadap perbaikan karakter peserta didik. Makna karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).

Hal ini sejalan dengan makna karakter yang dikemukakan Berkowitz, dimana karakter adalah sekumpulan ciri-ciri psikologis yang mempengaruhi kemampuan dan kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral.

Rendahnya karakter peserta didik diindikasikan dengan meningkatnya kasus perkelahian antar pelajar serta maraknya kasus bullying. Selain itu indikasi rendahnya karakter pada peserta didik, yaitu rendahnya tingkat kejujuran siswa yang ditandai dengan maraknya budaya mencontek pada saat tes (ujian), 8Depdikbud, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sekretariat Website JDIH BPK RI, 2017)

Hasibuddin, M. “Peran Guru Dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Karakter Pada  Siswa.” Education and Learning Journal 5.1 (2024): 33-47. Menurunnya etika dalam sikap dan rasa hormat kepada pihak yang lebih tua, orang tua dan guru serta menurunnya etika dalam menggunakan bahasa yang sopan dan santun.

Permasalahan pendidikan dewasa ini sangat berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia.

Hal ini disebabkan karena proses pendidikan akan dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang, melalui upaya pengajaran untuk memperoleh pengetahuan, bimbingan agar, dan penanaman nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda.1 Selain itu, pendidikan diakui sebagai solusi alternatif dalam mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi generasi siap pakai dan mampu menghadapi segala tantangan yang menyangkut perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat, karena pendidikan pada hakikatnya merupakan bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik supaya terbentuk kepribadianyang utama.10

Mencermati fenomena di atas, pendidikan karakter di Indonesia saat ini menjadi suatu keniscayaan. Berdasarkan Perpres No. 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter, dibawah tanggung jawab satuan pendidikan mengimplementasikan pendidikan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK mendorong agar pendidikan memperhatikan olah pikir (literasi), olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik). Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, sehingga terwujud perilaku berkarakter.

Di tingkat operasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Nilai-nilai ini meliputi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.

 Dalam konteks pendidikan berbasis agama, madrasah memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter dengan ajaran agama Islam. Hal ini dipertegas melalui Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 13 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Islam pada Madrasah. PMA tersebut menekankan pentingnya pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam yang berfungsi sebagai dasar pembentukan kepribadian peserta didik. Regulasi ini menegaskan bahwa pendidikan madrasah harus mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam setiap aspek pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

 Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Indonesia mempunyai empat dasar sebagai ciri khas bangsa yang dirancang oleh pejuang bangsa di antaranya: Pancasila, Undang-Undang Dasar, Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan dan Pendidikan Budaya& Karakter (Bangsa: Pedoman Sekolah; 2009).

Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat dasar ini yang selalu dibawa dan dilaksanakan dalam menjalani kehidupan sehingga menjadi ciri khas Indo

Pembangunan karakter dirasakan oleh Ki Hajar Dewantara memerlukan kontinuitas, sehingga salah satu pendiri bangsa ini mengungkapkan bahwa pertumbuhan budi pekerti, pemikiran, dan tubuh anak adalah suatu usaha terlaksananya pendidikan. Semua itu tidak bisa dipisahkan agar tujuan pendidikan yang dilakukan akan tercapai yaitu penemuan jati diri bangsa ini yang masih dipertanyakan.

Penanaman rasa cinta tanah air dengan menerapkan Pancasila sebagai pedoman hidup bernegara dalam berbagai kegiatan pembangunan telah dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945. Pengembangan karakter merupakan acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang baik, juga berbangsa maupun bernegara.

Faktor terpenting dalam menentuakan kemajuan dan kemunduran kehidupan manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan menitik beratkan pada akhlak yang terpuji dan bermutunya peserta didik yang telah menjalani pendidikannya sehingga mempunyai bekal yang cukup untuk menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sesuai dengan rencana pendirian pendidikan.

Pemerhati pendidikan yang lain, Hanson & Owen, mengemukakan bahwa lulusan yang bermutu di antaranya berhubungan dengan kecendekiawan, keterampilan dasar, kekuatan jangkauan pikir dan penjabaran, nilai, tindakan, dorongan, daya cipta, keterampilan berkoneksi, penghormatan terhadap budaya, bertanggung jawab dalam kehidupan sosial dan pemahaman akan kepentingan dunia.

Dengan adanya sekolah selaku bagian dari sistem pendidikan formal, tidak lain adalah usaha untuk menjalankan tujuan dari dibentuknya pendidikan nasional. Deskripsi lulusan yang mempunyai jiwa yang andal dan berkualitas terdapat dalam standar nasional pendidikan atau yang biasa disebut dengan SNP.

SNP berisi delapan standar selaku dasar untuk mewujudkan pertumbuhan instansi pendidikan, di antaranya; standar dalam hal isi, standar dalam hal proses, standar dalam hal pendidik, standar dalam hal pembiayaan, dan standar dalam hal kompetensi dari lulusan yang berisi tolok ukur kapabilitas kemahiran peserta didik.

Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benarbenar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”

Dari terjemahan di atas dapat dipahami bahwa ajaran islam serta pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan syariat yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi nilai karakter, sosok seseorang yang dijadikan teladan dalam Islam adalah sosok atau tokoh yang selama ini jadi panutan yaitu Nabi Muhammad Saw menempati posisi paling utama.

 Pendidikan karakter merupakan upaya yang berusaha mengatur perilaku seseorang memiliki kepribadian yang baik.

Ajaran, normatif, sejarah, dan budaya sosial merupakan, hal yang paling penting dalam membangun suatu karakter. Hal ini dirasa penting sebagai acuan hidup berbangsa. Dalam teorinya, karakter suatu bangsa yang ditumbuhkan adalah suatu keinginan dasar dalam kehidupan berbangsa, sebab dengan kuatnya jati diri dan karakter suatu bangsa, dapat dikatakan bangsa tersebut masih ada. Dari segi ajaran, karakter yang terbangun suatu bangsa dan negara adalah usaha pelaksanaan ajaran Pancasila.

Saat ini banyak kasus pelajar yang melakukan tindakan- tindakan yang melanggar norma mulai dari pergaulan bebas, narkoba, tawuranantar pelajar, dan sebagainya. Data hasil survei yang dirilis oleh Komisi Nasional Perlindungan anak pada tahun 2007 menyatakan bahwa dari 12 kota besar di Indonesia, 62,7% remaja tingkat SMP sederajat pernah melakukan seks bebas dan 21,2% siswi SMA pernah melakukan aborsi.

 Pada tahun berikutnya, BKKBN tahun 2013 merilis data yang  menyatakan bahwa anak usia 10-14 telah melakukan aktifitas seks bebas atau seks di luar nikah mencapai 4,38%, sedangkan pada usia 14-19 tahun sebanyak 41,8% telah melakukan aktifitas seks bebas. Data lain juga menyakatakan bahwa tidak kurang dari 700.000 siswi melakukan aborsi setiap tahunnya. Selain masalah seks bebas, permasalahan terkait narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan angka mencapai 4,7% atau sekitar 921.695 orang merupakan pengguna narkoba.

Di kalangan para petinggi negara, kasus korupsi juga masih   menunjukkan angka yang tinggi. Pada tahun 2009, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) naik menjadi 2,8% dari 2,65 pada tahun 2008. Dengan sekor peringkat Indonesia juga naik ceukup signifikan, yakni berada di urutan 111 dari 180 negara atau naik sebesar 15 posisi dari tahun sebelumnya.

Dari segi budaya sosial, pendirian karakter suatu bangsa adalah kewajiban suatu negara yang mempunyai banyak budaya. Pendirian karakter mempunyai kedaruratan yang tinggi dan mempunyai berbagai macam dimensi.

Hal ini ditunjukkan dengan berbagai aspek yang unggul potensinya dan mempunyai berbagai macam dimensi. Dapat dikatakan pula jika (a) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karakter adalah sesuatu yang melekat sehingga jika tidak ada karakter suatu bangsa, bangsa tersebut tidak akan mempunyai penerus, (b) stabilnya suatu bangsa juga dipengaruhi oleh karakter sebagai pengendali. Suatu bangsa tidak akan bermartabat jika karakter tidak didirikan dan diterapkan sebagaimana mestinya.

Tujuan penanaman karakter suatu bangsa akan mengecil dalam tiga lapisan besar, yaitu (1) kepribadian suatu bangsa yang berdiri dan kuat, (2) Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak terpecah belah, (3) terbangunnya seluruh warga Indonesia yang agung dalam akhlak dan mempunyai derajat yang tinggi dalam kehidupan berbangsa. Berdasarkan problem tersebut, sudah seharusnya instansi pendidikan tidak hanya melakukan pendidikan sebagaimana mestinya.

Namun, intasi pendidik harus juga menerapkan pendidikan karakter peserta didik dengan sebaik-baiknya agar lulusan dari instansi pendidikan tersebut dapat memiliki bekal yang kuat untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Edward Sallis, seorang pemerhati pendidikan, menyatakan kualitas pendidikan yang baik adalah guru yang berprestasi, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang sangat baik, dukungan orang tua, bisnis dan masyarakat setempat, sumber daya yang melimpah, penerapan teknologi terkini, kepemimpinan yang kuat dan terarah, kepedulian terhadap peserta didik yang seimbang, dan kurikulum yang menantang.

Salah satu yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter manusia adalah pendidikan. Seperti yang dikatakan Plato pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Dalam pengertian pendidikan juga disebutkan pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku.

Keseluruhan proses yang dilakukan manusia terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan perilakuyang akhirnya menjadi watak, kepribadian atau karakternya. Untuk meraih derajatmanusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa pendidikan. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untul membentuk generasi yang berkualitas.

Dengan pendidikan karakter diharapkan peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, tetapi juga mempunya olah emosional yang baik.

Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan menjadi tugas madrasah dalam melakukan inovasi pendidikan. Madrasah memanfaatkan media online dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat, baik itu Website, Facebook, Instagram, dan media lainnya untuk meminimalisir permasalahan yang terjadi. Masyarakat luas seharusnya paham akan hal ini, dikarenakan madrasah telah memanfaatkan media online untuk penyebaran informasi mengenai aktivitas atau kegiatan-kegiatan di madrasah dan juga kebijakan madrasah dalam rangka peningkatan dan pengembangan madrasah.

 MAN 2 Makassar lembaga pendidikan yang jelas dalam visi dan misi, dimana visinya yaitu: Terbentuknya pribadi muslim yang berakhlakul karimah, Unggul dan Kompetetif. Sedangkan misinya terintegrasi dalam pendidikan dan pengajaran dengan 2 kurikulum (KEMENAG DAN KEMENDIKNAS.

Adapun konsep dasar Sekolah Islam Athirah Makassar berciri Islam, berjiwa nasional, dan berwawasan global. Pada proses pembelajaran, sekolah ini berupaya membentuk keseimbangan kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual. Sementara itu, kurikulum yang diterapkan dalam sekolah ini yaitu kurikulum nasional, namun tidak menghilangkan ciri khas Athirah. Sedangkan program-program yang dibuat memproses Sekolah Islam Athirah menjadi lingkungan sekolah yang efektif dan sentral pembelajaran.

Prestasi-prestasi yang dibangun tidak hanya pada wilayah intrakurikuler, tetapi juga pada wilayah ekstrakurikuler. Baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Metode pembelajaran yang dikembangkan adaptif terhadap teknologi dan metode pembelajaran kekinian. Metode tersebut memerdekakan siswa dengan pendekatan active learning.

Kualitas karakter untuk siswa/siswi di Madrasah Aliyah (MAN 2 Makassar dan Sekolah Menengah Atas (SMA Islam Athirah Makassar) mengimplementasikan dan mendirikan kualitas pendidikan karakter antara lain: kepanutan, ketertiban, tanggung jawab, tulus, inovatif, bersih, dan menyayangi

sesama contohnya menyapa setiap bertemu siapapun, tersenyum dengan tulus, dan mengucapkan salam yang santun, bersalaman ketika berpapasan guru, setiap hari rutin membaca ayat suci Al-Qur’an, tidak membuang sampah sembarangan, dan juga kebiasaan salat duha sekaligus salat zuhur di masjid secara berjemaah yang telah terprogram.

Di sisi lain, sekolah ini juga sudah melaksanakan kegiatan peduli sosial diantaranya adalah saling menolong dan bantu-membantu antar sesama dalam hal kebaikan. Jika ada siswa-siswi lain yang sedang sakit, temannya senantiasa menjenguknya. Ketika ada siswa-siswa yang lupa tidak membawa peralatan sekolah, temannya senantiasa meminjamkan dan melakukan kegiatan beramal rutin tiap hari Jum’at yang dilakukan di area sekolah.

Dari profil ini terintegrasi antara prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Semangat dakwah juga nampak kuat dalam profil lulusan ini. Bahkan dalam profil MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar Nampak begitu banyak prestasi yang dicapai madrasah di tingkat lokal sampai dengannasional terutama dalam bidang non akademik.

Melihat dari profil MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar yang cukup menarik ini, maka kajian manajemen ini difokuskan untuk mengkaji manajemen pendidikan karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Manajemen Pendidikan Karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah Makassar”. (din pattisahusiwa, tim media baznas makassar/bersambung)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPeringkat Ke- Tiga, BAZNAS RI Raih Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024
Berita berikutnyaTerkait Aktifitas Pergudangan dalam Kota, DPRD Makassar RDP
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here