
Makassar – Muktamar ke-8 PPP, berlangsung Jum’at – Minggu, 8 – 12 April 2016, rencananya dibuka Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Sebanyak 1.641 peserta akan memberikan hak suaranya dalam pemilihan Ketua Umum partai berlambang ka’bah itu, untuk periode 2016 – 2021.
Koordinator Nasional Kaukus Muda NU (KMNU), Rizal Syarifuddin, ditemui di Kantor DPW PPP Sulawesi Selatan Jl. Sungai Saddang, Rabu, 6 April 2016, membenarkan, beberapa pemilik suara hasil Muktamar PPP 2011 di Bandung sepakat untuk tetap memperjuangan Gus Romi sebagai Ketua Umum PPP, karena namanya terus menguat dipoerbincangan di kalangan internal pengurus cabang se-Sulsel.
Rizal yang juga Pimpinan salah satu Departemen di jajaran DPP PPP hasil Muktamar ke-7 PPP 2011 di Bandung itu beralasan,
Gus Romi adalah representasi dari anak muda, juga merupakan politisi yang paripurna. “Gus Romy salah satu kader PPP yang terbaik, agamis, intelektual dan berkarakter, serta telah menjadi pengurus DPP PPP selama 15 tahun, ” ujarnya.
Rizal menandaskan, untuk maju berkompetisi dengan sejumlah caketum lainnya, Gus Romy dapar dipastikan kalau dirinya tak memiliki batu sandungan dari segi kriteria yang telah diper sayaratkan AD/ART Parpol yang lahir 1973 tersebut, terang Rizal yang mantan aktivis Ikatan Pelajar NU kelahiran Watampone Sulawesi Selatan itu.
Masih menurut Rizal, kedepan konsolidasi demokrasi kita memasuki fase yang sangat kompetitif. Baginya, parpol harus punya ide yang banyak untuk ditawarkan kepada masyarakat, agar bisa menang dalam pemilu. 43 tahun PPP adalah usia yang cukup matang, sebaiknya dilakukan rebranding agar PPP tidak dipandang sebagai partai tua dan partai orang tua, jelasnya. makanya, kata Rizal, Muktamar ke-8 PPP 2016 ini, haruslah menjadi momentum yang strategis dalam memilih sosok Ketua Umum.
Di tempat yang sama, Sekretaris DPC PPP Kabupaten Soppeng, Alimuddin mengatakan, Ir. H. Muhammad Romahirmuziy ( Romy) adalah sosok pemimpin yang berjiwa muda, gagasannya digandrungi bukan hanya anak muda tetapi semua kalangan. Gus Romy adalah aset partai yang bukan hanya mampu memimpin PPP dalam bersaing di Pileg 2019 tapi juga di Pilpres, tandas Alimuddin yang mantan Ketua PC GP Ansor Muara Badak Kaltim ini.
Di sisi lain dalam pandangan Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Gowa, Fatahuddin, “jika berpikir untuk kemajuan PPP, sosok Gus Romy sangat mumpuni, beliau salah satu cicit pendiri NU, KH. Wahab Chasbullah, dan putera bungsu Prof. KH. Tolchah Mansoer, pendiri IPNU. Paling tidak Gus Romi bisa menkonsolidasikan PPP dibasis-basis Nahdlatul Ulama seperti di Jawa dan kalimantan”.
Lanjut Fatahuddin, “dalam angka, Nahdlatul Ulama cukup memiliki basis massa yang sangat jelas, seperti pondok-pondok pesantren. Perlu menggunakan bahasa politik ke-NUan ketika harus bersosialisasi di basis itu, makanya kami yang juga merupakan bagian dari Kaukus Muda Nahdlatul Ulama, mendukung Gus Romi” dalam Muktamar PPP tersebut untuk bersaing merebut hingga terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP Masa Khidmat 2016 – 2021. Di tempat terpisah, Ketua DPC PPP Kabupaten Pinrang, Andi Thamrin juga memberikan dukungannya kepada Gus Romi (Romahurrmuziy) “Gus Romi saya kira lebih layak memimpin PPP, partai yang berazaskan Islam ini, paling tidak, kata Andi Tamrin, ketua umumnya harus tampil lebih Islami, agamis dan berintegritas, agar masyarakat bisa menitipkan aspirasinya kepada PPP, sebagai Rumah Aspirasi Ummat Islam yang bukan hanya slogan tetapi juga implementatif.
“DPC PPP Kabupaten Pinrang memiliki tiga suara, insya Allah kami sepenuhnya mempercayakan Ketua Umum PPP ke depan ke pundak Gus Romy, itu adalah aspirasi konstituen kami di daerah, dan akan kami perjuangkan di Muktamar VIII,” terang legislaror Pinrang yang juga mantan aktivisi PMII ini.
Diketahui, sejarah berdirinya PPP, adalah penggabungan empat fusi partai politik, yaitu Partai Nahdlatul Ulama, Parmusi, PSII dan Syarekat Islam. Yang melebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan dengan Presiden Partai yang pertama adalah KH. Idham Khalid, mantan Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (*)