Oleh Ridha Rasyid

Boleh di kata, Danny Pomanto penggagas  pembangunan tol layang Jl Andi PettaRani. Betapa tidak, sejak awal proyek akan dibuat dengan desain hasil kerjasama  Nippon Koei Jepang, Kementerian  PUPR dan Pelaksana proyek PT Wijaya Karya Tbk.  Konstruksi jalan tol layang A.Pangeran Petta  Rani menyerap investasi senilai Rp2,24 triliun.

Adapun, badan usaha pelaksana proyek tersebut adalah PT Bosowa Marga Nusantara, sedangkan kontraktor utamanya adalah PT Wijaya Karya Beton.
Sejak direncanakan pada tahun 2107  dan mulai dikerjakan pada media 2018, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perlunya jalan layang bebas hambatan itu, antara lain pertama, bahwa pertumbuhan kendaraan setiap tahun di Kota Makassar mencapai 6% dari total produksi kendaraan nasional sementara pertumbuhan jalan tidak sampai 0,5%.

Sehingga terjadi deviasi  yang cukup dalam, kedua, telah terjadi kemacetan parah pada ruas jalan yang menghubungkan Jalan A Petta Rani dengan sejumlah jalan di sekitarnya. Ada sekitar 29 ruas jalan yang terhubung dengan jalan ini, sehingga pada jam sibuk antara pukul  08. oo Wita hingga pukul 11.oo mengalami kepadatan  tinggi bahkan macet.

Juga pada pukul 16. oo hingga pukul  19. oo hal sama terjadi, ketiga,  wilayah ini merupakan sentra bisnis di bagian selatan kota, sehingga mobilitas kendaraan dan orang sangat tinggi dan itu sifatnya konstan, sehingga memengaruhi laju kendaraan juga jumlah moda transportasi yang melintasi jalan ini dan sekitarnya, ada prediksi  jika tidak ada alternatif jalan yang dibuat, maka sejumlah titik jalan akan mengalami kemacetan permanen di kota Makassar pada 2025 mendatang.

Atau paling lambat itu akan terjadi pada 2030, kelima, rekayasa lalu lintas yang selama ini diterapkan di jalan yang tembus ke jalan nasional ini, tidak pernah efektif untuk mengurangi  jumlah kendaraan yang berlalu lalang, sebabnya tidak pernah di taati oleh pengguna kendaraan. Seperti di Jalan Landak Baru, Jalan Rappocini yang dijadikan satu arah saat ini kembali dua arah, karena memang tidak pernah dipatuhi, pada saat yang sama, pengawasannya juga sangat lemah.


Sejumlah persoalan ini, kemudian dikomunikasikan para pihak untuk membangun jalan layang bebas hambatan mulai dari ujung timur  ke ujung barat sepanjang lebih dari empat kilometer itu dan terkoneksi dengan jalan tol adipura menuju bandara dan pelabuhan dari sisi sebelah timur.


Pertanyaannya kemudian dengan selesainya jalan tersebut  apakah dapat serta merta mengurai  kendaraan apabila terjadi kepadatan? Ada beberapa  aspek yang menunjukkan bahwa itu bisa  terjadi, pertama, pengguna kendaraan yang membutuhkan waktu tepat sampai pada tujuan akan menggunakan jalan  tol layang.

????????????????????????????????????

Estimasi pengguna moda transportasi yang akan melintas di jalan bebas hambatan baru ini bisa  sampai 25%  hingga beberapa bulan ke depan. Dan secara konstan presentasi pengguna kendaraan yang akan menempuh perjalanan dengan menggunakan alur jalan ini sampai 60% baik pada jam berangkat kantor dan pulang kantor., kedua, warga Kabupaten Gowa yang beraktifitas di kota Makassar lebih banyak yang akan melewati jalan ini, baik dari Jalan Alauddin, maupun dari Jalan Hertasning.

Demikian pula  pengguna kendaraan dari Maros yang akan menuju ke selatan kota lebih memungkinkan untuk melewati jalan tol layang. Atau yang akan meneruskan perjalanan menuju bandara maupun pelabuhan., ketiga, pertimbangan efisiensi waktu serta penggunaan bahan bakar akan menjadi faktor penentu dalam meneruskan perjalanan dari pengguna kendaraan dengan dasar bahwa bila terjebak macet pada jalan jalan umum yang kemungkinan akan terjadi.


Untuk mengukur relativitas jalan tol layang ini memengaruhi  dalam mengatasi kemacetan dapat dilihat pada enam bulan ke depan. Dan, secara ekonomis berdampak setelah satu tahun ke depan

Interkoneksi Pantai Losari

Pada saat peresmian jalan tol layang ini, walikota Makassar Danny Pomanto telah mempresentasikan usulan untuk menghubungkan  jalan tol ini  sampai Pantai Losari dengan melintasi Jalan Sultan Alauddin,  Cenderawasih, Haji Bau. Usulan penambahan akses jalan tol layang ini sangatlah relevan untuk dilaksanakan, mengingat bahwa tingkat kepadatan arus lalu lintas kendaraan di beberapa titik jalan sering  mengalami kemacetan  cukup parah serta mobilitas kendaraan cukup tinggi.


Adapun pertimbangannya, antara lain pertama, konstruksi jalan tol layang adalah keniscayaan,, mengingat kondisi geografis  kota Makassar yang berada di bawah permukaan laut.

Kondisi ini kemungkinan terjadinya banjir cukup tinggi saat musim hujan dan pasang laut, kedua lahan yang tersedia sangat terbatas, hampir semua tanah adalah milik publik. Sehinggq untuk pembebasan lahan akan sulit. Di mana Kota Makassar yang luasnya 175, 77 km persegi diantara nya 100 km persegi adalah laut, maka  alternatif jalan layang lebih memungkinkan di bangun, ketiga, biaya konstruksi tidak terlalu besar sebagaimana telah diperhitungkan oleh Kemeneteriab PUPR dan Badan Pengelola Jalan Tol. Sebagaimana di rilis, bahwa untuk tahap konstruksi interkoneksi jalan tol layang  ke Pantai Losari dengan panjang kurang lebih satu kilometer diperkirakan Rp 500 Miliar. Dan telah mendapatkan lampu hijau dari Menteri PUPR Basuki Hadimulyo.

Artinya, apa yang telah direncanakan  Danny Pomanto bersambut  oleh kementerian PUPR dan dianggap itu sangat rasional. Pengerjaan proyek ini diharapkan dapat dimulai tahun ini juga dengan perkiraan waktu dapat diselesaikan kurang lebih 14 bulan lamanya sejak dimulainya pengerjaan. Kalau ini bisa terwujud kelak, maka Kota Makassar telah memiliki tiga ruas jalan tol dan itu akan memberi sumbangsih pengurangan kemacetan minimal 10% dari kondisi sekarang.

Bahwa menghindari terjadinya kemacetan sampai pada titik zero tidaklah mungkin jikalau produksi kendaraan dan daya beli masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi masih cukup tinggi,  pada saat yang sama jumlah kendaraan umum pengangkut penumpang tidak mengalami revitalisasi.

Pete pete sebagai angkutan khas di kota daeng ini perlu di revitalisasi menuju pengangkutan umum layak, nyaman dan daya muat lebih banyak. Tapi bukan dalam bentuk bus yang panjang. Karakter kota Makassar kurang tepat bila menggunakan bus dalam kota. Modifikasi pete pete ke bentuk kendaraan menengah dari sisi ukuran daya muat adalah pilihan yang bisa dipertimbangkan. Olehnya itu, pete pete smart yang pernah dibahas Danny perlu segera diwujudkan. Mengingat bahwa itu lebih memungkinkan dipergunakan oleh warga kota Makassar.

Selain itu, bila telah terhubung jalan tol layang ini  sampai ke Pantai Losari dengan melewati jalan tersebut di atas, paling tidak dapat mengurangi kepadatan arus kendaraan hingga 15% sehingga total  persentase yang dapat diurai mencapai 25% pada tahun pertama.

Dan, bila kendaraan angkutan massal dalam kota dapat diterapkan dengan mengganti moda transportasi angkutan umum dalam kota pete pete itu, maka diiringi pula dengan upaya pembatasan kendaraan pribadi melalui kebijakan ganjil genap, dapat dicapai hingga 40%  tingkat kepadatan kendaraan dapat dikendalikan. Juga, bahwa perlu ada pengaturan moda transportasi yang dapat memasuki kota, terutama kendaraan hasil modifikasi yang dipergunakan untuk mengangkut barang seyogyanya dapat diatur sedemikian rupa dengan mengikuti undang undang lalu lintas.

Upaya untuk mengurangi kemacetan  selain meningkatkan kapasitas jalan, rekayasa lalu lintas, pembatasan kendaraan pada jam tertentu. Kedisiplinan pengguna jalan hal yang sangat penting. Digitalisasi pengawasan pengguna jalan  dengan penerapan  elektronik transport  law enforcement (ETLE)  adalah kebijakan yang sudah sepatutnya diterapkan. Juga perlunya ada monitor informasi bagi pengguna kendaraan di jalan yaitu   VMS atau Variabel Message Sign.

   Bahwa Makassar  Smart City menjadi komitmen untuk dapat diwujudkan terutama di sektor transportasi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi demi terciptanya kenyamanan bagi pengguna kendaraan serta menunjukkan wajah kota yang tidak macet dan semrawut. (Hasil Kajian Bidang Kebijakan Daerah)

BAGIKAN
Berita sebelumyaPertamina Foundation Raih CSR Brand Equity Awards 2021
Berita berikutnyaMENGURAI MACET
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here