Bandung, Inspirasimakassar,com:

Tak sedikit orang yang sukses dalam hidupnya yang memilih karir olahraga. Tapi tak semua juga mengilap, ada di antara mereka yang jatuh bangun di dunia olahraga bernasib buruk akhirnya.

Hikmat Nurholis tentu punya hitungan matang saat memilih menggeluti olahraga badminton atau bulu tangkis. Hitungan itu adalah, sukses dengan kehidupan yang cukup, dan bermanfaat bagi keluarga dan orang banyak.

Itulah cita-cita. Itulah angannya yang membathin, sehingga walau sampai di usia dewasa pun, bulu tangkis akan terus ia geluti. Bahkan, impiannya, setelah berakhir sebagai atlet badminton profesional, bisa jadi pelatih — pelatih bulu tangkis di luar negeri. Di Amerika misalnya.

Hikmat Nurholis kelahiran Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepat 23 September 2002. Dia anak kesembilan dari sepuluh bersaudara, pasangan Amang Sumarna dan Titin Komala.

Bermain badminton dimulai ketika umur 5 tahun, dan seterusnya giat berlatih — juga sudah sesekali ikut bertanding. Empat tahun kemudian, pada kelompok umur 9 tahun, Hikmat menjuarai kompetisi bulu tangkis yang terbilang serius.

Talenta Hikmat sungguh mendukung. Sejak 2012 ia bergabung dalam klub SGS PLN Bandung, hingga sekarang.

Dia dilatih oleh kakak kandungnya sendiri, Erwin. Di usia pemula dalam bulu tangkis, sang kakak yang pelatihnya itu, mulai memilihkan main di sektor ganda putera dan mix double. “Saya dilatih oleh kakak saya dari kecil sampi 2012,” katanya.

Begitu pindah ke SGS PLN, Erwin pun ketiban beruntung dengan diangkat sebagai kepala pelatih SGS PLN Bandung. Sang kakak ini kerap mengatur formasi permainan Hikmat manakala turun bertanding. Kerap ia diturunkan bertanding melawan bukan kelompok yang sama.

HIKMAT NURHOLIS, atlet badminton muda nasional. (Foto: Istimewa)

“Alasan kakak atau pelatih saya, biar katanya saya kaya pengalaman dan peningkatan dalam bermain dengan melawan umur yang di atas saya,” cerita Hikmat menirukan alasan pelatihnya itu.

Strategi pelatih Erwin ini berhasil. Pada Sirkuit Nasional di Cirebon, April 2016, Hikmat Nurholis yang turun berpasangan dengan Agung Wirya Paksi, keluar sebagai juara tiga.

“Seharusnya saya turun di kelompok umur 15 (U-15), tapi di ajang ini saya turun bertanding di kelompok umur 17 (U-17),” ujar Hikmat.

Hikmat Nurholis malah kejadian serupa pada ajang nasional di Bogor, Jawa Barat. “Saya diturunkan di kelompok U-17 berpasangan dengan Steven C.”

Justru dengan begitu, pengakuan Hikmat, malah merasa lebih nyaman. Tapi bagaimanapun strategi yang baik itu, dia tetap mesti fokus di kelompok usia sepantarannya atau pasangan yang seumur dengannya, terutama ketika akan turun bertanding.

Membaca isyarat dari Hikmat itu, sang pelatih Erwin kemudian memasangkan Hikmat dengan Rendy Aran Neri, yang karena itu Rendy harus ditarik masuk ke Pusdiklat SGS PLN Bandung.

Sejak inilah — bersama Rendy tentunya — Hikmat fokus berlatih dengan harapan bisa menembus AJC Asian Junior Championship, dan lebih jauh menatap ajang bergengsi yakni turnamen sirkuit nasional.

Prestasi yang ditoreh sejak berpasangan dengan Rendy, meski ia akui belum maksimal, tapi pada level provinsi, ia menyabet juara I di Provinsi Jawa Barat, juara II di sirkuit nasional Astec Bandung, juara I di kompetisi nasional yang diselenggarakan di Batam, Provinsi Riau.

Selepas bersama Rendy, pelatih kembali mencoba memasangkan secara bergantian dengan sejumlah atlet bulu tangkis. Di sektor mix misalnya, katanya, beberapakali dipasangkan gonta-ganti, lalu pelatih mempertemukannya dengan atlet Pinika Anjani — anak kemenakan seorang legenda buku tangkis dunia asal Indonesia yang pernah juara Olimpiade di Athena, Yunani.

“Saya dengan Pinika sangat cocok, dan sering mendapatkan gelar juara. Prestasi terbaik kami adalah bisa duduk di podium kedua di sirkuit,” tutupnya. (sabar)

BAGIKAN
Berita sebelumyaKapolres Pinrang Pimpin Apel Pergantian Tahun
Berita berikutnyaAniaya Nasrud, Al diamankan di Polsek Malunda
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here