DX Museum & Library adalah wadah untuk barbagi para pendengar radio SW. Ia di bangun berlandaskan
impian dan harapan akan kejayaan masa depan. DX Museum ini diklaim sebagai yang pertama di dunia
yang mengumpulkan pernak-pernik Radio dari berbagai penjuru dunia. Sebagai anak kandung Radio
Listener Club, ia adalah catatan dari lagak ragam aktifitas para pendiri dan senior klub pendengar radio
siaran luar negeri.
DX Museum & Library juga merupakan satu satunya tempat dokumentasi semua stasiun radio
internasional. Oleh sebab itu management dan staff radio internasional dapat berpartisipasi dalam
pengembangannya yang telah dirintis sejak 13 Desember 1987 dan baru diperhatikan publik sejak tahun
1990.
Sampai saat ini telah mencatat Koleksi 3.000- an judul buku dan masih ada yang belum terdata. Sedang
barang koleksi museum terdiri dari ribuan item yg mencakup : vandel, bendera, stickers, pins, badges,
souvenir, poster, lukisan, perangko, FDC, Uang, Coin, Tas, T- shirt, Radio, VHS, Kasset, CD. VCD,
DVD, ballpoin, boneka, dan lain sebagainya.
Sejak dibuka untuk khalayak ramai, antusiasme pengunjung sangat tinggi dan ini terbukti banyaknya
pengunjung telah datang dari berbagai penjuru dunia seperti Australia, Spanyol, Meksiko, Rusia,
Kazakhstan, Kanada, Prancis. Jepang, Korea, Belgia, Bulgaria dan tentu Indonesia yang terdiri dari
diplomat, dan para intelektual menjadikan DX Museum semakin dikenal di penjuru dunia.
Adalah Hazairin R. Junep pemilik DX Museum & Library , pria berusia 55 tahun asal Yogyakarta ini
sebagai kolektor barang souvenir luar negeri yang dikumpulkannya atas usaha sendiri 85 % dan 15 %
dari stasiun radio luar negeri . “Saya juga dengan senang hati telah mengirimkan materi pelajaran bagi
peminat di seluruh tanah air dan buruh migran Indonesia di luar negeri, ketika budget memungkinkan”,
demikian dikatakannya saat diwawancarai pada 21 Mei 2016 di kediamannya.
Selain itu pria yang telah dikarunia 3 anak ini mengutarakan bisa menguasai 6 bahasa asing walaupun 45
bahasa telah dipelajarinya. Dikenangnya bahwa bahasa asing yang dipelajarinya pertama kali adalah
bahasa Jepang yang mengantarkannya keliling Jepang, kemudian bahasa Inggris, bahasa Sepanyol yang
membuat dirinya dicari orang Sepanyol jika berkunjung ke Yogyakarta, bahasa Rusia yang mengantarkannya ke Konferensi Yokohama 2007 dan terakhir bahasa Espersnto . Semua bahasa itu dipelajarinya secara autodidak dari berbagai stasiun radio luar negeri.
Dengan modal bahasa yang dikuasai dan media yang mendukung serta semakin intern kunjungan orang asing dari berbagai Negara maka pada Hari Minggu, 11 September 2016 akan diadakan acara Peresmian DX Museum & Library bertepatan dengan Hari Radio Indonesia dan Perayaan 4 dekade Pertemuan Perdana Radio Listeners Club, tukas Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Acara peresmian DX Museum & Library ini telah dicanangkan bersama Ketua Radio Listeners Club Indonesia, Lin Jin Tjan pada 15 Mei 2016 dengan agenda mengundang pimpinan stasiun radio luar negeri dan anggota klub serta simpatisan yang akan menghadiri dan akan dilakukan Expo koleksi, peserta bisa melihat koleksi, serah terima memorabilia untuk menambah koleksi museum dan perpustakaan yang dipajang di DX Museum, tandas suami Dra. Srianda Junep ini. ( citizen reporter, Rudi Hartono melaporkan dari Yokyakarta)