Inspirasimakassar.com
Ahad, 11 November lalu, Inspirasimakassar.com melakukan perjalanan ke Palopo. Usai menghadiri kegiatan komunitas anak muda, Let’s Picnic 2018 di kota berjarak lebih 300-an kilometer dari Makassar itu, menyempatkan mengunjungi sejumlah destinasi wisata bersama Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan Event Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sulawesi Selatan (Ahmad Yusran Arief,S.STP,MSi) bersama Kepala Bidang Ekonomi Kreatif (Ridha) dan staf Dinas Pariwisata Kota Palopo, serta Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Chapter Palopo. Berikut catatannya.
Palopo, tak sekadar karena kuliner khas, Kapurung yng menggoda selera makan. Atau kantor walikota yang menyerupai gedung putih– tempat tinggal Presiden Amerika. Namun, di kota yang kini dipimpin H.M.Judas Amir dan H.Rahmat Basri Bandaso ini tersimpan begtu banyak destinasi wisata mengagumkan. Bukit Kambo, misalnya.
Setelah disulap oleh Halifah Halide, sekitar tiga bulan lalu, bukit ini lebih kren, unik, dan menarik untuk dikunjungi. Di sini, pengunjung dapat menikmati kolam renang berdesain gitar. Di sini pula, terlihat villa berstruktur Sasak dan Tongkonan. Ada pula perpaduan Turki-Eropa. Pengunjung benar-benar merasa nyaman dan damai!!
Suasana keragaman dan keindahan Kota Palopo terlihat dengan jelas dari atas bukit ini. Dari ketinggian ini pula, terlihat pemandangan rimbunan hutan yang dapat menyejukkan sejauh mata memandang. Begitu pula saat senja, sang mentari memerah terlihat jelas, saat bergeser ke perut bumi. Benar-benar nyaman dan damai.
Di sini, pengunjung dapat menggunakan berbagai spot untuk berfoto ria. Bukan hanya itu, pengunjung juga seakan terhipnotis dengan struktur bangunan villa menyerupai lumbung. Unik, menarik, dan kren, karena merupakan perpaduan modernitas-Turki-Eropa dan nuansa tradisional—Sasak dan Tongkonan. Semuanya dipadu dalam karya arsitektur Kambo Highland. Dan yang penting, sekalipun villa-villa yang ada modernitas, namun di dalamnya natural, karena berbahan kayu, dan bentuknya lucu.
Selain keindahan alam, masyarakat di sekitaran bukit Kambo juga bersahaja. Selain religius dan menjunjung tinggi kearifan lokal, keamanan pun terjaga. Makanya, pengunjung tidak saja betah, namun kepingin berlama-lama.
Jika perut “kosong” dapat menikmati berbagai penganan ringan. Ada makanan. Ada pula minuman. Sebut saja sirup markisa, alfokad, buah naga, terong belanda, mangga , kapiciojo, kopi susu, markisa, dan menu lainnya. Dijamin benar-benar nikmat. Tinggal dipesan, karena harganya terjangkau.
Keindahan bukit Kambo inilah membuat Prof.Dr.Ir.H. Nurdin Abdullah usai terpilih sebagai Gubernur Sulsel, bersama istri dan rombongan berkunjung ke sini. Mantan bupati Bantaeng dua periode itu pun terkagum-kagum. Ia lantas meminta pemerintah Kota Palopo mendukung investor yang menanamkan modalnya di destinasi wisata ini.
Mengapa Kambo menjadi daya tarik, sekaligus bakal menggeser destinasi wisata lainnya? Halifa Halide mengakui, sekalipun bukit ini mulai dikenal, namun apa yang dia persembahkan itu belum apa-apa.
Sesungguhnya, demikian pemilik Matano Sunrise Hotel & Resto di Sorowako, Luwu Timur ini, apa yang terlihat saat ini baru fasilitas pendukung. Belum menyentuh destinasi wisata sesungguhnya yang ada dibenaknya. Ia mengakui, dirinya akan membangun destinasi wisata alam pada luasan areal sekitaran 4900 meteran—tak jauh dari kolam renang dan villa-villa saat ini. Pepohonan yang ada di destinasi alam itu nantinya akan dipertahankan, sekaligus dijadikan sebagai rumah-rumah pohon.
Pastinya, konsep yang bakal dibangun belum pernah ada di daerah lain. Makanya, destinasi Kambong bakal menarik untuk dikunjungi wisatawan, baik lokal, nasional, maupun mancanegara. Keunggulan Kambong, lantaran pemiliknya banyak pengalaman yang diperoleh ketika traveling ke berbagai destinasi wisata di berbagai kota, termasuk luar negeri.
Ditanya soal Inspirasi menyulap bukit Kambo, Halifah yang senang berpetualang, utamanya di pegunungan ini mengemukakan, apa yang dihadirkan lantaran belum melihat destinasi wisata di Polopo seperti yang ada di Bandung-Jawa Barat, atau kota lainnya di Indonesia.
“Saya orangnya suka keluar. Dari situ, saya banyak mendapatkan ide dan gagasan membangun sesuatu yang belum ada menjadi ada. Dan, dari situ pula, saya mulai membangun di Soroako, kemudian ketika orang tua tinggal di Palopo, saya pun turut menularkan ide-ide besar itu di Kota Palopo ini. Pilihan saya sangat tepat, di atas bukit ini,” urainya, seraya menambahkan, biaya yang dikeluarkan untuk membangun destinasi ini sekitar Rp6 miliar.
Dari Kota Palopo, pengunjung menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk tiba di bukit Kambo. Tidak perlu khawatir tersesat saat mencari obyek wisata ini. Tinggal mengaktifkan fasilitas GPS di smartphone, maka langsung dibimbing sampai ke lokasi. Pengelola menarik karcis masuk Rp50.000.
Sedangkan untuk memanfaatkan villa dengan fasilitasi AC, televisi dan beberapa fasilitas lainnya, pengunjung menyediakan sekitaran Rp 1 juta-an untuk enam hingga delapan orang. (*)