Perkembangan dan inovasi di bidang seni menggunakan sentuhan teknologi modern semakin berkembang. Pembuatan figur tiga dimensi (3D) customized, misalnya. Produk yang dihasilkan merupakan perpaduan desain grafis, foto dan kreativitas. Tidak seperti patung action figures,  yakni patung yang karakternya diambil berdasarkan film, komik, videogame, atau acara TV. Di figur 3D ini, siapapun menjadi objek.

Pengusaha figur 3D merek Sugacubes 3D studio di Jakarta, Harry Liong,  mengemukakan, figur 3D mulai tren di Amerika Serikat,  sejak tahun 2013. Sedangkan di Indonesia, baru dikenal awal tahun 2015 ini. Makanya, bisnis figur 3D customized jarang ditemukan. Tidak lain, karena keterbatasan teknologi, termasuk tenaga ahli.  Bisnis ini juga membutuhkan modal  besar. Makanya, saat ini sebagian besar pelaku usaha memproduksi di luar negeri.

Lelaki lulusan Ohio University, Amerika Serikat  ini membawa bisnis figur 3D ke Indonesia. Dia mencoba menjalankan semua proses produksi di Jakarta. Investasi mendatangkan mesin 3D printing cukup mahal. Jika ditotalkan, mencapai Rp5 miliar. Makanya, harga jual produk tidak murah dan menyasar kalangan menengah ke atas.

Ketertarikan berbisnis mainan  3D customized ini berawal dari kegemarannya mengoleksi action figure dan cosplay sejak tahun 2013. Dari situ, dia mulai memiliki ide menciptakan cuan dari hobinya ini. Harry melakukan riset dan trial and error selama setahun sebelum menjalankan bisnis ini,  April 2014 silam.

Herry , sapaannya mengakui, bisnis yang menggunakan pasir komposit sebagai bahan baku ilustrasiutama ini dengan cara melewati tiga langkah utama. Pertama, konsumen difoto dalam sebuah studio foto dengan puluhan kamera untuk menangkap semua detil yang mengelilingi objek 360 derajat. Kedua, hasil foto dua dimensi dijadikan data digital dan diolah menggunakan software khusus menjadi data tiga dimensi. Data objek akan diperhalus, dan bisa dimodifikasi sesuai permintaan. Pelanggannya bisa meminta misalnya badan­nya mau dikuruskan atau digemukkan. Jadi hal ini juga berlaku sama seperti editing foto di photoshop.

Langkah ketiga, melalui data digital, data siap dicetak di mesin 3D printing. Kemudian dengan cetakan ini, dibentuk figur 3D dengan bahan baku sandstone tersebut. Tahap akhir, patung yang sudah jadi diberi warna agar tam­pak lebih hidup, seperti di foto. Tingkat akurasi hasilnya mencapai 90% sehingga wajah mirip aslinya. Hasil produk  ini tahan lama, selama tidak terjatuh atau terkena sinar matahari langsung.

Sebulan, Harry bersama lima karyawannya  mampu memproduksi sekitar tujuh hingga 12 unit patung figur berkarakter berukuran 7 cm hingga 20 cm. Harga jualnya berkisar Rp 700.000 hingga Rp 4,3 juta per unit, sesuai dengan tingkat kerumitan detail patung dan ukurannya. Dia mengaku bisa meraup omzet hingga ratusan juta rupiah jika pemesanan sedang banyak.

Biasanya, pelanggan hanya kirim foto wajahnya atau bisa datang langsung ke studionya di Jakarta untuk melakukan pemotretan. Selama ini, karya-karyanya banyak digunakan sebagai kado, atau sebagai pajangan untuk pribadi.  Banyak pesanan datang berasal dari rekomendasi konsumennya dari mulut ke mulut. Beberapa artis pernah memesan padanya, seperti grup band Noah, The Sigit dan pemain film Ringgo Agus Rahman.

Dari segi bisnis, Harry mengaku,  potensi bisnis saat ini bagus.  3D printing ini akan diproduksi untuk semua industri kreatif seperti design house, rumah produksi dan animator.

Sementara Muljadi Honggo, pengusaha figur 3D lainnya, mengaku, lewat brand Klikminime dari Jakarta, dia menjalin kemitraan dengan perusahaan Qminime dari Hong Kong. Produk 3D figure ini unik dan belum banyak ditemukan. Dia mengagumi karya artistik ini, hingga berani memasarkannya.

Disisi lain, Muljadi Honggo, mengemukakan, setidaknya ada tiga produk yang di jual di Klikmin­ime. Yaitu,  patung karikatur 3D, foto kaca 3D, dan boneka muka 3D. Dalam sebulan, dia mampu memproduksi 25 buah 3D figure dalam tenggang waktu 35 hari. Harga jualnya berkisar dari Rp 1,55 juta hingga Rp 6 juta per unit.  Omzet yang diraih Rp 35 juta per bulan.

Untuk produksi, semua masih dilakukan di luar negeri. Desain badan sudah ada template dari perusahaan di Hong Kong yang bekerjasama dengannya. Semen­tara, untuk pembuatan kepala dan wajah, Klikminime mengikuti foto yang dikirimkan konsumen yang akan dibuatkan dalam versi karikaturnya.

Sementara pebsinis lainnya, Yudi. Pemilik usaha My 3D Figure ini bekerjasama dengan produsen di luar negeri yakni di Taiwan. Pria lulusan Asia Pacific Insti­tute of Information Technology (APIIT) di Ma­laysia ini memang memiliki hobi mengoleksi action figure sehingga tertarik untuk berbisnis yang terkait dengan hobinya tersebut.

Yudi menjelaskan, proses pembuatan figur 3D ini memakan waktu hingga tiga minggu. Pa­tung badan terbuat dari polymer clay atau tanah liat. Sedangkan untuk kepala terbuat dari poly­ester resin atau resin fiber. Untuk bagian tubuh­nya sudah ditentukan oleh pabrik, jadi proses pembuatannya bisa lebih singkat.

Teknologi 3D printing ini di Indonesia sudah cukup lama eksis, namun penggunaannya masih bersifat teknis seperti keperluan alat kedokteran atau maket bangunan, belum sampai di industri kreatif. Nah, teknologi ini baru digunakan baru-baru ini di sektor kreatif. (*)

.

BAGIKAN
Berita sebelumyaKapolda Tantang Unismuh Gelar KKN Kantibmas
Berita berikutnyaKebiasaan Orang Sukses yang Meski Ditiru
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here