Zainal Takko saat imunisasi“Maaf…agak lama menunggu, saya melayani warga dulu,” tuturnya mengulurkan tangan menyambut hangat siang itu. Tak lama kemudian, handphonenya berdering. “Tolong dicek dan dibantu, tadi ada warga yang melapor dimintai uang mengurus administrasi kependudukan, ” suaranya tegas menutup pembicaraan.
Orangnya tampak sederhana dan terkesan ramah. Setiap orang yang bertemu dengannya spontan disapanya dengan ramah. Gayanya yang mudah cair dan terkesan “gaul” itu yang disebut oleh orang Makassar dengan istilah Sombere.
Nama pria berkacamata ini, Zainal A.Takko, Camat Tallo, Kota Makassar. Bagi Zainal, begitu ia biasa disapa, melayani rakyat bukanlah sekedar tugas dan tanggungjawab, tapi sudah menjadi naluri yang dijalankan dengan ikhlas.
Berkarir dari Bawah
Tak banyak yang tahu kalau Zainal menapaki karirnya dari bawah. “Tugas pertama saya bekerja sebagai Pasessung Pasa’ (bahasa Bugis yang artinya penarik karcis retribusi pasar),” ungkapnya. Saat itu sehari-hari Zainal keliling pasar Butung, dekat pelabuhan Makassar, sebagai penarik retribusi dari para pedagang pasar tersebut. Kemudian pada tahun 1992, dari pasar ia diberi tugas untuk menarik retribusi bagi para pedagang kaki lima (K-5).
Meskipun diakuinya, pada awalnya ia tidak begitu happy dengan tugas yang diembannya tersebut. Betapa tidak, Zainal saat itu telah menyandang status seorang sarjana (S-1). Namun, karena semangat dan keikhlasan, semuanya itu ia tepis. Ia bersyukur dan menjalani tanggung jawab tersebut.
Mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai pegawai negeri sipil (PNS) agaknya merupakan pilihan hidup bagi seorang Zainal A.Takko. Pria kelahiran Wajo, 9 September 1967 dan terangkat menjadi PNS pada 1992. Saat itu ia ditempatkan di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Makassar.
Enam bulan kemudian, ia diberi tugas penagihan karcis retribusi para pedagang di pasar Butung Makassar. Lalu pada 1993 menagih retribusi K-5 di Kecamatan Wajo dan Ujungpandang.
Kemudian suatu saat, atasannya, Bakri Taba, mencari orang yang jujur dan bisa dipercaya menagih retribusi warung makan, restoran, dan hotel yang selama ini menurutnya mengalami banyak ‘kebocoran”. Pemasukan dari kedua sektor itu sangat minim dibanding potensinya. Zainal pun dipanggil. “Kamu lulusan apa?” tanya Bakri. “Saya sarjana S-1 pak,” jawab Zainal singkat. Bakri terdiam sejenak. “Apa kamu tidak malu kerja penarik retribusi pasar dan PK-5 ?” tanyanya lagi. “Bagi saya buat apa malu, yang penting apa yang saya kerja halal dan saya pun ikhlas melakukannya pak,” jawab Zainal.
Ia pun diminta menagih retribusi pajak PP-1 kalangan warung makan, restoran, dan hotel. Lalu, pada 1996 Zainal dipercaya sebagai kordinator penagihan pajak bumi dan bangunan (PBB).
Setelah sekian tahun ia bergelut “di lapangan”, kemudian Zainal “naik kelas” memasuki lahan pengabdian baru sebagai pelayan rakyat. Awalnya ia berkarir sebagai Sekretaris Lurah Untia, Kec.Biringkanaya, Lurah Patingaloang, Kec.Ujungtanah (2004-2006), Lurah Bulurokeng, Kec.Biringkanaya (2006-2010), Lurah Parangloe, kec.Tamalanrea (2010-2013), Sekretaris Kecamatan Ujungtanah (2013-2016) dan sejak februari 2016 hingga sekarang sebagai Camat Tallo.
“Saya benar-benar mulai berkarir dari bawah (pegawai rendah) sampai akhirnya seperti sekarang ini (Camat Tallo, red). Banyak yang tidak tahu proses yang saya jalani. Tidak ada yang instan, ” ungkap Zainal dalam bincang santai.
Sejak menduduki jabatan pelayanan rakyat, ia mengaku tidak pernah membawa pulang ke rumah pekerjaan kantor. Tak heran, kerakpali kita menjumpai Zainal masih di kantor hingga malam hari. “Saya tidak pernah membawa pulang ke rumah pekerjaan kantor. Semua selesai di kantor. Kalau bisa selesai hari ini, maka saya selesaikan hari ini. Saya tidak suka menunda-nunda pekerjaan,” ujar Zainal.

***
Agaknya, perjalanan karir dan hidup suami Habriah ini seperti kata orang bijak, “Bahwa tidak akan lahir seorang pelaut yang ulung dari laut yang tenang, juga tak akan ada seorang pemimpin yang mampu bertahan dan terampil jika tidak melalui perjalanan hidup yang penuh onak.”
Tidak sedikit pemimpin yang dilahirkan dari perjalanan hidup yang sangat berat dan berliku. Jika beragam onak telah dilalui seorang anak manusia bernama Zainal A.Takko untuk menuju puncak, tapi kenyataanya gelombang tersebut takkan pernah usai.
Bagi Zainal, jabatan itu amanah yang harus diemban dan dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan tanggungjawab.
Saat ini ramai-ramai mutasi sejumlah jabatan di lingkup Pemkot Makassar. Apa tanggapan anda? “Biasa aja. Kalau urusan jabatan itu urusan pimpinan, kalau rejeki urusan Allah swt, dan urusan kita adalah bekerja dengan nawaitu melakukan yang terbaik,” tutur Zainal. (Rusman Madjulekka).

BAGIKAN
Berita sebelumyaFKM UPRI Makassar Gelar Pameran Gizi
Berita berikutnyaWagub Sulsel Kuliah Umum di UPRI Makassar
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here