Makassar, Inspirasimakassar.com :

Keberhasilan seorang pemimpin, karena dalam dirinya ada obyektivitas dan sikap manusiawi. Seorang pemimpin, tidak sekadar dibelakang meja, melainkan berada di tengah-tengah masyarakatnya untuk terus menerus memenangkan nurani, aspirasi, dan perasaan mereka.
Pemimpin, selalu lahir dari sikap dan ketersediaannya mendengarkan, bukan semata didengarkan. Pemimpin juga selalu hadir untuk mengedepankan inovasi, gagasan, dan ide. Kesemuanya itu, bermuara pada kemaslahatan masyarakat akan kemajuan. Syamsari Kitta dan Achmad Daeng Se’re di Takalar misalnya!!
Kehadiran Syamsari Kitta menjadi orang nomor satu di Takalar, seakan membangkitkan kembali rasa bangga dan kepercayaan masyarakat. Lewat tangan terampil dan ide-ide briliannya, lahir optimism guna membangkitkan roda pemerintahan dan pembangunan yang dipimpinnya.

Karena itu, dibutuhkan terbangunnya mata rantai interkoneksi yang utuh. Tujuan utamanya, membangkitkan kembali rasa bangga masyarakat pada daerahnya. Tentunya, melalui berbagai pendekatan. Pelibatan seluruh komponen masyarakat dan aparat pemerintah kabupaten, termasuk legisatif, swasta, alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pendidik, dan pemuda.
Buktinya, sekalipun baru seumur jagung menjalani masa pemerintahannya (lebih setahun), namun, tokoh muda penuh kreasi dan inovasi ini, menjadikan kabupaten bertetangga dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto ini terus bergerak maju. Lebih unggul dalam raihan prestasi yang membanggakan. Malah, daerah berjuluk berjuluk Butta Panrannuangku ini menjadi nomor satu, jika kerjasama investasi bernilai Rp41 triliun diteken.
“Jika saja investasi dengan PT Brikat Nusantara itu berhasil diteken, maka Takalar bakal menjadi pusat industry terkemuka. Hanya saja, kita harus bersaing dengan tiga negara sekaligus (Viatnam, Laos , dan Indonesia). Dari Indonesia sendiri, Takalar berhadapan dengan tiga kabupaten di Sumatera, dua kabupaten di Jawa, serta Bantaeng di Sulsel,” ujar Syamsari Kitta di sela-sela hari jadi Takalar ke-59, di gedung DPRD Takalar, Ahad,10 Februari 2019.
Untuk menggolkan investasi tersebut, Pemkab Takalar menyiapkan lahan, termasuk penyertaan lahan masyarakat. Nantinya, Takalar akan membangun perusahaan sejenis KIMA di Makassar. Yakni, PT.Kawasan Industri Takalar (KITA). Dari sini, kabupaten ini bisa membeli mobil mobil bekas, kemudian diolah menjadi barang barang baru.

Menyoal keikutsertaan lahan masyarakat, pria kelahiran Campagaya, Takalar, 24 September 1974 ini memberi contoh di Pantai Kuta Bali. Masyarakat di sana, tidak menjual lahannya kepada pengusaha. Melainkan dijadikan saham bersama bagi industry pariwisata. “Mayarakat di sekitaran Pantai Kuta mendapat efek dari pertumbuhan ekonomi yang demikian pesat di Bali. Masyarakatnya lebih makmur. Ditambah lagi, penerimaan PAD sekitar Rp6 triliun pertahun,” ujarnya.
Keberanian Syamsari, lantaran dia kepingin melihat, ada perubahan besar di tanah kelahirannya. “Tidak boleh kita biarkan Takalar berjalan statis. Kenapa? Ya, karena kabupaten ini merupakan kawasan strategis yang ditetapkan melalui Keputasan Presiden (Kepres), yakni merupakan bagian dari Metropolitan Maminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar).
Makanya, demikian Syamsari, dibutuhkan terbangunnya mata rantai interkoneksi yang utuh. Tujuan utamanya, membangkitkan kembali rasa bangga masyarakat pada daerahnya, melalui berbagai pendekaan. Pelibatan seluruh komponen masyarakat dan aparat pemerintah kabupaten, termasuk legisatif, swasta, alim ulama, dan tokoh masyarakat.
Di bagian lain master dalam bidang Manajemen dari Universitas Hasanuddin pada tahun 2004 ini mengemukakan, niatan dirinya mendatangkan lambang supremasi di bidang kebersihan–Adipura, telah bulat. Bukan hanya itu, mantan legislator Sulsel ini kepingin menjadikan kabupaten yang diapit Gowa dan Jeneponto ini terkoneksi bukan saja dengan pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Pusat, melainkan dunia internasional. Makanya, ia meminta, jajaran pemerintah kabupaten Takalar tanpa kecuali, bersama seluruh elemen masyarakat, bahu membau, dan bekerja beberakali lipat. Menjadikan Takalar lebih baik dan maju.
Jika kita terus bekerja keras, demikian Syamsari, maka hasilnya menggembirakan. Dari kerja-kerja produktif, terlihat tahun 2018, pertumbuhan ekonomi mencapai angka 7,39 persen, lebih tinggi dari Provinsi Sulawesi Selatan yang hanya 7,23 persen. Bahkan, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, 5,10 persen.
“ Kita tidak bisa keberja biasa-biasa saja. Kita jangan berdiam diri dengan keadaan yang ada. Karena itu, saya mengajak seluruh masyarakat dan jajaran pemerintah kabupaten Takalar bekerja keras. Kerja cerdas, untuk mengubah kebupaten ini menjadi lebih baik, menuju Takalar yang unggul, sejahtera, dan bermartabat,” harap suami dari Irma Andriani, S.PI., M.Si ini. (din-jus)