Para pelaku bisnis, tentu merasakan ketatnya persaingan. Termasuk bisnis distro atau outlet kaus anak muda yang sempat menjadi tren beberapa tahun silam. Distro besutan Bertolomeus Saksono Jati, salah satunya.  Di bawah naungan PT Endorsindo Makmur Selaras, pria yang biasa disapa Berto ini, memulai debut di dunia bisnis sejak duduk di bangku SMP. Dia fokus menggarap distro sejak 2003 dan hingga kini tetap konsisten dan malah berkembang lewat beberapa merek seperti Bloop, Endorse, dan Urbie.

Ide mendirikan Bloop dari pria kelahiran 29 September 1980 ini, datang dari  temannya yang kemudian menjadi rekan usahanya. Namun di tengah jalan, keduanya pisah. Akhirnya Berto menggandeng kakak dan adiknya sebagai partner bisnis.

Setelah Bloop yang menyasar pasar remaja dan anak muda berkembang, Berto bersama saudaranya membuat satu merek lagi untuk menjangkau pasar dewasa pada 2005.  Ketiganya mendirikan clothing line. Namanya, Endorse. Kedua merek usaha ini memiliki toko offline di kawasan Tebet, Jakarta. Di tahun 2013 clothing line Urbie berdiri di daerah Jatiwaringin, Jakarta Timur, dengan ciri khasi desain pakaian kaum urban.

Berbagai produk fesyen dibuat. Mulai dari kaus, kemeja, jaket, hingga aksesori seperti tas, topi dan lainnya. Untuk kaus dan kemeja, rata-rata dibanderol Rp95.000 ke atas. Sedangkan aksesori seperti topi, ikat pinggang, tas dan lainnya  mulai Rp10.000.

Memahami ketatnya persaingan di bisnis clothing line, Berto selalu menjaga kualitas produk dan layanan maksimal kepada pelanggannya. Selain itu, lingkungan kerja yang kondusif untuk karyawan juga dijaga. Dari bisnis yang dia jalankan ini, Berto memiliki kurang lebih 200 karyawan.

Selain dari outlet, dia juga menerapkan sistem pemasaran lewat supplier, sekaligus membuka peluang usaha bagi masyarakat. Strategi ini berhasil, selain penjualan bisa digenjot, supplier yang bekerja padanya juga bisa mendapatkan penghasilan lumayan. Ada supplier yang mendapatkan omzet Rp30 juta sebulan, Rp50 juta, hingga ada Rp100 juta sebulan.  Sehingga jangan heran Berto meraih miliaran rupiah.

Rasa haus yang besar terhadap bisnis, membuatnya menambah proyek individu yang tetap bergerak di clothing line dengan nama Babo. Dia bekerjasama dengan desainer untuk membuat desain kaus dan menggandeng investor untuk pendanaan.

Perjalanannya merintis usaha beberapa merek clothing line tidak selalu mulus. Kondisi bisnis yang naik turun kerap terjadi dalam perjalanan membesarkan usahanya.  Kuncinya adalah,  konsisten dan fokus dalam menjalani bisnis yang sudah dirintis.

Awalnya gerai Bloop, anak kedua dari tiga bersaudara ini, berlokasi di Pondok Kelapa, Jakarta.  Namun, tidak banyak konsumen yang datang. Hal itu terjadi sekitar delapan bulan pertama.  Dengan modal Rp 21 juta, bersama saudaranya memberanikan diri untuk menyewa sebuah rumah tua kecil di kawasan Tebet.  Untuk pasokan produk di awal, Berto  mengambil sejumlah barang dari distro di Bandung.

Sekitar tahun 2003 persaingan bisnis distro sangat ketat. Sampai pada suatu saat, dia berpikir untuk memberi salah satu produk Bloop kepada seorang artis. Nirina Zubir. Kebetulan saat itu Nirina tengah naik daun.  Dia memberi jaket secara cuma-cuma kepadanya sebagai ajang promosi.

 Pamor jaket Bloop melejit. Jaket tersebut bahkan dinamakan jaket Nirina. Strategi pemasaran  dengan menggandeng artis pun terus dijalankan untuk memperkenalkan merek usaha dan menggenjot penjualan. Berto pun kebanjiran pesanan.

Setelah bisnis Bloop berjalan, tahun 2005, mendirikan merek lain. Endorse. Bisnis distronya makin berkembang hingga berhasil membangun perusahaan. Kemudian di 2010 merek Urbie muncul untuk menyasar target pasar lainnya yang belum tergarap Bloop maupun Endorse.

Namun, cobaan kembali mendera ketika usahanya mengalami penurunan omzet di 2010. Saat itu mereka berutang sekitar Rp 11 miliar untuk modal pengembangan usaha. Akhirnya beberapa aset terpaksa dijual untuk menutupi utang ke bank. Mereka juga harus meyakinkan investor bahwa bisnis masih bisa bertahan.

Sejak belia, Bertolomeus Saksono Jati memang senang berbisnis. Ketika duduk di bangku SMA dia pernah menjajal bisnis martabak kaki lima. Usaha ini hanya bertahan sekitar satu tahun, akibat minimnya manajemen keuangan. Saat kuliah, dia juga pernah mencoba peruntungan berdagang minuman teh kaki lima. Bisnis teh tersebut juga tidak bertahan lama dan bangkrut. Masih banyak lagi pengalaman-pengalaman pahit yang dialami selama menjalankan usaha, namun itu dia jadikan pelajaran berharga.

Merintis dan bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis distro memang tidak mudah. Terlebih ketika tren bisnis ini yang sudah mulai meredup. Butuh inovasi dan kreativitas dalam mempertahankan pasar yang sudah terbentuk.  Dia menggunakan 1001 cara untuk mempertahankan sekaligus menarik konsumen baru. Salah satunya prinsip “treat customer like lovers”.

Berto juga menekuni dunia online marketing dia wujudkan dengan membuka sebuah komunitas SB1M (Sekolah Bisnis 1 Miliar). Di komunitas tersebut, selain menyalurkan ketertarikannya di bidang ini, Berto juga menjadi pengajar. Komunitas tersebut dibentuk untuk mewadahi orang-orang yang memiliki ketertarikan sama di bidang bisnis pemasaran online. Ada kelas rutin setiap minggunya dan terkadang dibuka untuk umum.

Berto juga telah melebarkan sayap ke bisnis kuliner seperti membuka gerai Burger DeJons di samping outlet Bloop. Termasuk, mengelola usaha Bebek Ginyo dan belum lama ini  mendirikan Eat Happens.    (konol)

 

BAGIKAN
Berita sebelumyaBanggar DPRD Makassar Kunjungi DPRD Bali
Berita berikutnyaSekwan DPRD Makassar: Jika Juara Dapat Bonus
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here