Makassar, Inspirasimakassar.com :

Menjelang pesta demokrasi nasional, pemilihan presiden (Pilpres), 17 April 2019, JUrnal Celebes bersama Yayasan SatuDunia melakukan pemantauan iklan calon presiden (capres) di media. Untuk sementara, kedua lembaga ini menyimpulkan, menimnya peran tim sukses (timses) di daerah dalam kampanye Pilpres, khususnya melalui media sosial (medsos).
Timses tidak berminat memberdayakan potensi media daring untuk berkampanye. Simpulan ini mengemuka pada konferensi pers yang digelar JUrnal Celebes dan Yayasan SatuDunia di Warkop Bundu (Balai Aroepala), Jalan Aroeala—Hertasning Baru, Makassar, Rabu, 13 Februari 2019.
Hampir tidak ada akun resmi media sosial dari tim sukses dan partai pendukung. Padahal, ada akun-akun pribadi tim sukses atau calon legislatif (caleg) dari partai pendukung. Namun, kemudian tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk berkampanye secara substantif. Kalau pun ada, hanya bersifat informasi kegiatan-kegiatan, slogan-slogan, atau meme yang tidak berkontribusi pada tujuan kampanye.
Minimnya animo dan kreativitas timses Capres dalam memanfaatkan potensi media sosial untuk berkampanye, dianggap justru memberikan peluang bagi informasi-informasi hoax jadi konsumsi masyarakat di media sosial. Mestinya, para timses Capres di tingkat lokal memanfaatkan media sosial yang strategis untuk mengampanyekan gagasan-gagasan Capres yang juga berkontribusi pada tumbuhnya proses demokrasi yang sehat.
Selain kurang memiliki kreativitas memanfaatkan media sosial, informasi kampanye media sosial juga terkonsentrasi pada isu-isu politik dan ekonomi. Beberapa isu strategis terpinggirkan dalam kampanye lewat medsos. Isu lingkungan hidup dan gender misalnya, hampir tidak muncul dalam informasi di akun-akun medsos para timses di tingkat lokal.
Menasionalkan Isu Lokal
SatuDunia, lembaga yang memantau konten kampanye Pilpres 2019, menyayangkan amat minimnya kemunculan konten media sosial Timses kedua Capres di daerah yang mengangkat isu lokal. “Timses lokal kan lebih memahami persoalan daerah masing-masing. Mereka semestinya mengangkat hal ini ke permukaan. Lewat medsos, salah satunya,” tutur Anwari Natari, Program Manager SatuDunia.
Mengangkat isu lokal lewat medsos, demikian Anwari Natari, sedikitnya punya dua alasan. Pertama, karena sifatnya daring, medsos membuat konten lokal berpotensi terangkat ke tingkat nasional alias viral. Kedua, medsos merupakan media utama yang digunakan kalangan milenial.
“Kedua timses kan butuh suara milenial. Semestinya, mereka menyampaikan turunan visi-misi capresnya dengan konteks lokal dan bahasa yang membumi bagi kaum milenial,” tambah Anwari.
SatuDunia juga menyayangkan masih minimnya obrolan tentang isu masyarakat sipil, terutama lingkungan dan gender. Hal itu dapat dilihat dari hasil pantauan pada konten kampanye Capres yang datanya direkam di website www.iklancapres.id .
Pemantau SatuDunia di Banjarmasin, Kalimantan, juga melihat minimnya konten isu lingkungan yang diangkat Timses kedua kubu. Padahal, kata Anwari, mereka pasti tahu banyaknya bencana ekologis di Kalimantan.
“Begitu juga di Makassar, akun medsos politikus pendukung kedua kubu nyaris tak ada yang bicara soal persoalan lingkungan di Sulawesi,” ujarnya. Ia juga mahfum bahwa, politikus lokal tampaknya lebih fokus mengampanyekan dirinya sebagai calon legislator (Caleg).
Anwari pun mengimbau, agar politikus di daerah mau mengangkat persoalan di daerah masing-masing ke tingkat nasional agar obrolan di media massa tak melulu “Jakartasentris”. Salah satu caranya adalah, dengan menyampaikannya lewat medsos, karena berpotensi viral dan merupakan media utama kalangan milenial.
Isu Lingkungan Terpinggirkan
Sementara itu, JURnaL Celebes sebagai organisasi yang berbasis lingkungan hidup dan media dalam pemantauan ini menilai, isu lingkungan hidup masih tetap terpinggirkan. Selain minim, isu lingkungan dalam kampanye capres di medsos, juga tidak substansi. Justru yang muncul hanya informasi kegiatan seremonial yang terkait dengan lingkungan hidup.
Menurut Direktur JURnaL Celebes, Mustam Arif, di Sulawesi Selatan, para Timses Capres dalam konteks pemantauan ini, tidak pernah menyinggung, atau menyuarakan isu lingkungan sebagai materi kampanye di media sosial.
Sejak pemantauan iklan Capres di media sosial mulai Oktober 2018 hingga Januari 2019, hanya 30 informasi yang muncul. Dari jumlah tersebut, hanya ada satu informasi terkait lingkungan hidup di Sulawesi Selatan yang muncul, yakni tentang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap. “Itu pun bukan dari akun timses lokal, tetapi dipublikasi akun resmi Istagram Jokowi-Ma’ruf pada sub tema udara bersih dan sub tema perubahan iklim,” ujarnya.
Dari 30 kemunculan informasi di media sosial itu, semuanya hanya berupa kegiatan atau pernyataan-pernyataan yang terkait, atau dikaitkan dengan isu lingkungan hidup. Umumnya bertolak dari kunjungan-kunjungan Capres atau Cawapres, atau tim sukses ke sebuah kegiatan. Dari kunjungan atau pernyataan timses, lalu kemudian ada klaim dan janji-janji.
Padahal, isu lingkungan hidup mempunyai peran strategis saat ini dan ke depan. Degradasi hutan karena ekspansi perkebunan, izin pertambangan dan illegal logging, konflik tenurial, krisis tata ruang, bencana ekologis, reklamasi, sampah plastik, pencemaran udara adalah ancaman serius lingkungan hidup ke depan. Sayangnya, problem-problem ini justru terpinggirkan, luput dari perhatian para Capres atau Timses.
JURnaL Celebes, demikian Mustam Arif, juga menyayangkan para timses Capres tingkat lokal yang mengabaikan, atau mungkin kurang memiliki kreativitas memanfaatkan media sosial. Hampir tidak ada akun resmi media sosial Capres atau tim sukses di Sulawesi Selatan. Ada akun pribadi tim sukses tetapi kebanyakan akun-akun itu sepi dari informasi substantif mengampanyekan Capres.
Bagi mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat Makassar ini, JURnaL Celebes menilai, permasalahan ini juga salah satu konsekuensi ketika pilpres bersamaan dengan pemilihan legislatif (pileg). Ada kecenderungan calon legislatif (caleg) dari partai pendukung lebih konsentrasi pada kampanye pencalegan, daripada kampanye Pilpres, karena berpikir Pilpres itu urusan di pusat.
Mustam menambahkan, pemantauan dilakukan berdasarkan kemunculan iklan kampanye Capres di media sosial, media cetak, dan televisi. Pada media sosial, yang dipantau adalah kemunculan lewat akun resmi timses, capres, dan partai pendukung. (din)