[wr_row][wr_column span=”span12″][wr_text el_title=””]
Riyadh, Satu pekan seteah naik takhta, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Azizmengeluarkan dekrit kerajaan pada hari Kamis (19/2) kemarin. Isi dekrit tersebut antara lain menghapuskan badan pemerintah, perubahan kabinet kementerian, mencopot kepala intelijen, dan selanjutnya mengkonsolidasikan kekuasaannya sendiri.
Selain itu, meskipun ada kecemasan mendalam mengenai penurunan tajam harga minyak yang akan berpengaruh pada kondisi keuangan negara tersebut, Raja Salman juga mengeluarkan dekrit pembagian bonus secara tunai senilai dua kali gaji kepada pegawai negeri sipil, pelajar dan pensiunan. Langkah ini dinilai ditujukan untuk mendapatkan sambutan baik warga Arab.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan kawasan lain seperti Eropa yang tengah berpacu mengencangkan ikat pinggang dan Amerika Serikat yang tengah menyusun anggarannya, Raja Arab Saudi terlihat sangat dermawan. Tak heran jika warga Saudi sangat senang dengan pemimpin baru mereka.
“Ini merupakan waktu untuk berpesta bagi warga Arab Saudi,” jelas John Sfakianakis, Middle East Director Ashmore Group yang berbasis di Riyadh. Dia mengestimasi, bonus yang digelontorkan sang raja akan mencapai US$ 32 miliar lebih.
Nilai tersebut sangat besar dan bahkan melampaui anggaran belanja negara Nigeria, yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Afrika.
Sedangkan adanya perubahan cepat dan penting dalam beberapa jabatan penting di negara itu juga menunjukkan bahwa Raja Salman sedang memformat ulang struktur kekuasaan dalam negeri untuk memberikan dirinya lebih banyak kontrol.
“Ini merupakan masalah serius,” jelas F Gregory Gause III, professor of international relations Bush School of Government and Public Texas A&M University.
Gregory menambahkan, pada saat yang sama, raja mempertahankan menteri yang bertanggung jawab terhadap bisnis minyak di negara tersebut yakni Ali al-Naimi; menteri dalam negeri Pangeran Mohammed bin Nayef; menteri luar negeri Pangeran Saud al-Faisal; serta menteri keuangan dan tenaga kerja. Menurutnya, hal itu menyiratkan kontinuitas dalam sebagian portofolio kerajaan.
Adapun perubahan yang dilakukan berkaitan dengan penghapusan badan pemerintah, termasuk dewan pengawasan untuk pendidikan, minyak dan isu-isu lainnya. Raja juga membubarkan Dewan Keamanan Nasional dan diberhentikan pimpinan utamanya yaitu Pangeran Bandar bin Sultan, yang merupakan duta besar untuk Amerika Serikat dan kepala intelijen negara itu. Sebagai gantinya, raja menciptakan dua dewan baru yang berfokus pada keamanan dan ekonomi. Dia juga menunjuk salah seorang putranya Pangeran Mohammed bin Salman sebagai Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan. (*)
[/wr_text][/wr_column][/wr_row]