
Tidore, Inspirasimakassar.com:
Ekowisata, atau ekoturisme, adalah salah satu kegiatan Pariwisata berwawasan lingkungan. Kegiatan ini mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Mulanya, ekowisata ini dijalankan, dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan, setelah ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Salah satunya, ekowisata Bukit Lona di Desa Lada Ake Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
Seperti diketahui, Tidore, memiliki kawasan ekowisata yang tidak pernah habisnya. Beberapa spot di daerah puncak gunung di pulau ini, menyimpan beragam potensi wisata alam pegunungan yang menajubkan. Terbaru adalah, Bukit Lona di Lingkungan Lada Ake, Kelurahan Jaya, Kecamatan Tidore Utara. Bukit nan indah ini mulai dilirik, dan diminati keberadaannya, sekaligus menjadi salah satu daerah tujuan wisata baru, baik wisatawan lokal, maupun mancanegara.
Kawasan yang menyimpan sejuta potensi ekowisata mengagumkan ini, diinisiasi oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kota Ternate Tidore – UPTD Dinas Kehutanan Maluku Utara.
Untuk sustainability—keberlanjutan kawasan ini, pihak KPH melakukan kegiatan pembinaan kepada kelompok tani hutan. Tujuannya, agar kawasan hutan di Desa Lada Ake, dijadikan sebagai ekowisata menguntungkan.
Sebagai daerah di puncak Pulau Tidore, Lingkungan Laka Ake memiliki pemandangan eksotis. Kawasan ini menjadi pilihan wisata alam bebas. Di kawasan ini, pengunjung bisa juga menikmati wanginya bau rempah pala dan cengkih. Termasuk, ikut menyaksikan proses panen tanaman rempah rempah ini.

Daya tarik ekowisata di Lada Ake ini, perlu di kelola secara bijaksana, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian, dan lingkungan hidup.
Ekowisata Bukit Lona, merupakan suatu bentuk perjalanan wisata untuk melihat berbagai potensi daya tarik yang masih terawat kelestariannya, mampu memberikan edukasi kepada pengunjung, dan meningkatkan peran serta masyarakat secara ekonomis.
Adapun grand design goal yang ingin didapatkan dalam mengembangkan ekowisata yaitu, terpenuhinya aspek edukasi, ekologi, dan ekonomi.
Secara potensi, ekowisata Bukit Lona ini menawarkan berbagai daya tarik dan aktivitas, Misalnya, flora dan fauna, menjelajahi bukit, wahana edukasi (bagi pelajar, mahasiswa, dan peneliti), swafoto, pendaki gunung, berkemah, dan menikmati suasana ketinggian yang jauh dari hiruk pikuk kota. Dan tak kalah penting, udaranya bersih dan segar.

Dalam pengembangan kawasan wisata di Bukit Lona, pemerintah bersinergi dengan masyarakat, telah membangun sarana, dan prasarana penunjang aktivitas wisata, seperti panggung selfi, papan informasi, dua buah gazebo, dan tangga tanjakan. Selain itu, telah dibangun juga jalan setapak ke lokasi, walaupun masih dalam kondisi memprihatinkan.
Pemandu lokal ekowisata Bukit Lona adalah vital dan sangat diperlukan. Namun sayangnya, belum tersedia pemandu wisata handal, yang siap untuk memberikan layanan informasi kepada wisatawan tentang berbagai informasi potensi, dan manfaat hutan.
Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan tentang teknik pemanduan wisata, menyebabkan mereka belum mengetahui, materi apa yang harus disampaikan selama pemanduan berlangsung. Termasuk, bagaimana caranya mengawali, dan mengakhiri proses pemanduan.
Selain itu, belum tersedia cindera mata, atau oleh-oleh bagi pengunjung yang dapat menarik mereka untuk kembali berkunjung. Padahal, beberapa jenis hasil hutan bukan kayu yang merupakan potensi daerah seperti bambu, rotan, tanaman hias dan sebagainya banyak, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Sebenarnya, ada beberapa orang mampu membuat beberapa pernik, namun dibutuhkan pendampingan secara menyeluruh, agar diperoleh produk berkualitas dan memiliki kekhasan tersendiri.
Selain itu, masih kurangnya promosi menyebabkan potensi yang ada belum dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan pelatihan guna peningkatan pengetahuan mereka.
Jika harapan ini bisa terlaksana, maka peluang mereka untuk memperoleh tambahan penghasilan dari aktivitas pemanduan maupun dari pembuatan cindera mata khas setempat bisa terlaksana.

Sehubungan dengan itu, Fakultas Pertanian Prodi Kehutanan UNKHAIR melalui Program Pengabdian Masyarakat melakukan terobosan melalui Pelatihan Pemandu Ekowisata dan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada KUPS, Bukit Lona. Ini merupakan langkah inisiatif dalam rangka memberikan edukasi terkait tips dalam sektor usaha pemandu ekowisata kepada KUPS Bukit Lona dan kepada seluruh masyarakat umumnya, dengan Pemateri Kepala Program Studi Kehutanan, Aqhsan Shadikin Nurdin, S.p, M.Sc, dan Asiah Salatalohy, S.Hut, M.Hut. Keduanya dosen Program Studi Kehutanan Universitas Khairun.
Materi di antaranya mencakup, tips menjadi pemandu ekowisata, kode etik, tips menghadapi turis multibudaya, kisah sukses mendirikan bisnis ekowisata desa.
Pemberian materi diakhiri dengan demo pembuatan cindera mata yang dilakukan oleh Wiwik dan Febrianti, mahasiswi Prodi Kehutanan UNKHAIR.

Kegiatan dilaksanakan dengan mengikut-sertakan warga Lada Ake yang tergabung dalam KUPS Bukit Lona sebanyak 10 orang peserta sekaligus sebagai mitra dalam mengikuti pelatihan pemandu ekowisata. Kegiatan pelatihan ini tidaklah memakan waktu yang lama dengan penyampaian materi praktis yang dirangkum dalam sebuah buku saku sehingga mudah digunakan kelak oleh pemandu wisata.
Diharapkan peserta dapat mengamalkan apa saja yang telah diperoleh secara aktual dalam kehidupan dan pengelolaan ekowisata di masa mendatang. Selain itu dibuat contoh pemanfaatan produk hasil hutan bukan kayu yang dapat dijadikan sebagai cindera mata, atau oleh-oleh bagi para wisatawan. Berbagai potensi hasil hutan bukan kayu dan sumber daya manusia yang ada dapat dimanfaatkan untuk kemajuan ekowisata Bukit Lona Kota Tidore Kepulauan di masa datang. (din pattisahusiwa-r)