
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Dulu, Pertanian identik dengan citra tradisional. Tapi kini pertanian bertransformasi menjadi sektor yang semakin mengandalkan inovasi dan teknologi. Menyadari urgensi adaptasi terhadap perubahan lanskap global ini, di sela sela Milad Universitas Islam Makassar (UIM) ke-59 tahun, Sabtu besok bakal diselingi dengan ‘Urung Rembuk’.
Tema yang diangkat menarik, “Transformasi di Era Digitalisasi dan Smart Farmin, dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE)”.
Dengan transformasi kurikulum ini, Pertanian UIM optimis dapat mencetak lulusan yang tidak hanya menguasai ilmu pertanian konvensional, melainkan memiliki literasi digital yang tinggi, sekaligus punya kemampuan mengelola pertanian secara cerdas.
Bahkan, alumninya pun nantinya diharapkan mampu menjadi agropreneur digital, peneliti, konsultan, atau praktisi pertanian yang adaptif dan inovatif.
Ketua Panitia Milad UIM, Fakultas Pertanian, Sukmawati Hasyim, SP,M.Si didampingi sejumlah panitia di antaranya Erni,SP,MP, Wiwi Nosanda SP,MP, Fikram Fakhrumsah,SP,MP, Aswangga,SP, dan lainya dikonfimasi malam ini mengaku, ‘Urung Rembuk’ akan dilaksanakan usai jalan santai para alumni UIM.
“Jadi kegiatan Urung Rembuk ini, nantinya akan dihadiri rekan rekan alumni, termasuk pimpinan fakultas pertanian. Bagi kami ini kegiatan ini menjadi platform penting untuk berdiskusi, melontarkan, dan merencanakan ulang arah pendidikan pertanian. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa lulusan Pertanian UIM tidak hanya unggul secara keilmuan, tetapi juga relevan dan kompetitif di pasar kerja yang semakin didominasi oleh teknologi,” jelas Sukmawati Hasyim.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Rektor UIM, Dr.Ir.Hj.Musdalifah A Machmud,M.Si mengemukakan, era digitalisasi sudah merambah seluruh bidang. Termasuk pertanian.
Menyinggung konsep Smart Farming , atau pertanian cerdas, Dr.Musdalifah melihat, Smart Farming mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi seperti Internet of Things (IoT), Big Data , kecerdasan buatan (AI), hingga robotika untuk mengoptimalkan produksi, efisiensi, dan keberlanjutan pertanian.
Pendekatan OBE fokus pada hasil belajar yang konkrit dan terukur, memastikan bahwa setiap lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keterampilan aplikatif dan sikap yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Ini berarti kurikulum akan dirancang sedemikian rupa sehingga hasil akhir (kompetensi lulusan) menjadi titik tolak utama dalam penentuan materi dan metode pembelajaran.
Bunda Ifa—sapaan akrabnya mencontohkan, penggunaan sensor untuk memantau kesehatan tanaman dan tanah, drone untuk pemetaan lahan, hingga sistem irigasi otomatis berbasis data. Kesemuanya itu, menunjukkan bahwa, masa depan pertanian adalah pertanian yang presisi dan terintegrasi.
Untuk itu, demikian Ketua Ikatan Sarjana Nadhlatul Ulama (ISNU) Kota Makassar itu, sebagai akademisi yang bergelut dalam bidang pertanian menyadari, perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan.
“Makanya, diharapkan ada rumusan penting dalam Urung Rembuk, sehingga nantinya akan ditanamkan kepada mahasiswa sehingga relevan dengan kebutuhan industri pertanian modern berbasis teknologi,” tutupnya. (din pattisahusiwa)