
Makassar, Inspirasimakassar.id:
Suasana ceria dan penuh syukur menandai peringatan Milad Universitas Islam Makassar (UIM). Di usianya yang ke-59 tahun, kampus yang kini dipimpin Prof.Dr.H.Muammar Bakry,LC.M.Ag itu telah menjadi mercusuar pendidikan bukan saja di Ibukota Sulawesi Selatan ini, melainkan merambah hingga di kawasan timur Indonesia.
Perayaan Milad ke-59 ini menjadi momentum bagi seluruh elemen kampus – mulai dari Rektor, mantan Rektor, pimpinan universitas, para dosen, alumni, mahasiswa, hingga alumni dan berbagai mitra berkumpul, berefleksi, dan kebersamaan.
Para alumni dihari bahagia ini, merayakan dengan penuh suka cita. Ada yang mendendangkan lagu-lagu kegembiraan yang mengiringi setiap langkah perjalanan panjangnya. Ada pula yang berjoget ria. Dan, ada pula yang saweran.
Lagu kegembiraan Milad ke-59 yang diperingati pada Sabtu, 28 Juni 2025 ini bukan tanpa alasan. Para alumni dari berbagai angkatan berbaur. Mereka berdendang sebagai wujud terima kasih atas berbagai kontribusi nyata yang telah diberikan UIM bagi kemajuan daerah ini. Apalagi, kampus yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 9 ini telah sukses mencetak ribuan alumni yang kini berkiprah di berbagai sektor, menjadi agen perubahan, pemimpin, dan inovator di tengah tangah masyarakat.
Lagu kegembiraan yang didendangkan bukan hanya melodi di udara, tetapi juga refleksi dari semangat gotong royong, dedikasi tanpa henti, dan harapan yang tak pernah padam untuk masa depan yang lebih gemilang.
Suasana di pelataran Fakultas Pertanian misalnya, seketika berubah menjadi lebih meriah dan penuh energi saat alunan musik dangdut klasik ‘Terajana’ mulai mengudara. Performa tersebut, yang dibawakan dengan penuh semangat dan energi oleh Ir.Djuniarti MD,M.Si—salah seorang alumni pertama Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-gazali—cikal bakal lahirnya UIM.

Di sela sela alumni angkatan 1984 berdendang, tak pelak, para alumni UIM dari berbagai angkatan yang memenuhi pelataran pertanian pun larut di alunan musik. Tepuk tangan riuh, sorakan gembira, hingga ajakan untuk berjoget bersama menjadi pemandangan yang tak terhindarkan.
Lagu Terajana ini seolah menjadi mesin waktu, membawa mereka kembali ke masa-masa kuliah yang penuh kenangan dan kebersamaan. Senyum merekah dan tawa lepas terlihat jelas di wajah setiap alumni, menciptakan nuansa kekeluargaan yang kental.
Tak mau ketinggalan dengan seniornya, Wiwi Nosanda pun tampil dengan lagunya “Bola Siri Ati”. Balada lagu bernunsa Bugis ‘Siri’ Ati’ ini lebih menambahkan gaung budaya yang mendalam
“Bola Siri’ Ati,” balada Bugis yang tak lekang oleh waktu, berbicara banyak tentang kehormatan, komitmen, dan semangat yang tak tergoyahkan. Dalam budaya Bugis, ‘Siri’ melambangkan martabat dan harga diri, sementara ‘Ati’ berarti hati. Oleh karena itu, lagu tersebut mewujudkan pentingnya menjunjung tinggi kehormatan dengan dedikasi sepenuh hati. Makna yang mendalam ini sangat sesuai dengan tema ulang tahun UIM, yang bertujuan untuk menyalakan kembali semangat dedikasi dan ketekunan dalam komunitas kampus yang berada dibawah payung Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali tersebut.
Lagu yang dibawakan Wiwi Nosanda menjadi pengingat kuat akan nilai-nilai yang telah menjadi pedoman generasi – nilai-nilai yang UIM, sebagai lembaga yang beroperasi di tengah masyarakat Sulawesi Selatan.
Liriknya, yang sarat dengan makna yang mendalam, menjadi sumber inspirasi, memotivasi mahasiswa dan staf untuk sama-sama menjalankan peran mereka dengan semangat dan dedikasi yang baru.
Lagu ini juga sekaligus sebagai ajakan bertindak yang kuat, mendesak alumni UIM untuk menjunjung tinggi komitmen mereka terhadap nilai nilai ahlusunnah waljamaah. (din pattisahusiwa)