
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Mantan aktivis 98 sekaligus akademisi dari Polinas LP3I Makassar, Anugrah Amir, berpendapat bersatunya sejumlah mantan kandidat di barisan pemenangan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Danny Pomanto-Fatmawati (Adama), bukanlah karena faktor ketokohan DP-sapaan akrab Danny Pomanto. Mayoritas eks kandidat itu bergabung karena mesti mengikuti arah dukungan parpol.
Anugrah menilai keberadaan sejumlah mantan kandidat itu hanyalah kebetulan karena kesamaan dukungan parpol. Sebut saja, Andi Rachmatika Dewi dan Indira Mulyasari Paramastuti yang merupakan pengurus Nasdem. Begitu pula Iqbal Djalil yang berstatus pengurus Gelora. Semua partai itu adalah pendukung dan pengusung Adama di Pilwalkot Makassar 2020.
Praktis, hanya Rusdin Abdullah yang murni berada di barisan pemenangan Adama. Rudal-panggilan karib Rusdin Abdullah, sendiri merupakan kader Golkar, dimana partainya mengusung Irman Yasin Limpo-Zunnun NH (Imun). Hubungan Rudal dengan pengurus Golkar diketahui memang tak harmonis, beberapa waktu terakhir.
“Saya berpandangan bersatunya eks kandidat itu karena kebetulan. Tengok saja latar belakangnya, ya memang karena figur-figur itu adalah kader dan pengurus parpol pengusung atau pendukun paslon,” kata dia.
Anugrah melihat yang kini menjadi daya pikat Adama, tidak lain adalah Nasdem dan ketokohan Rusdi Masse (RMS). Nasdem merupakan partai pemenang pemilu di Kota Makassar. Sedangkan, RMS merupakan Ketua Nasdem Sulsel sekaligus figur potensial menjadi Calon Gubernur Sulsel.
“Nasdem dan ketokohan RMS magnet utama sehingga sebagian besar mereka (mantan kandidat) merapat ke Adama,” ujarnya.
Sayangnya, kata dia, belum terpilih saja DP terkesan mengabaikan figur RMS. Termasuk juga figur Andi Irwan Aras (AIA), Ketua Gerindra Sulsel yang juga anggota DPRI RI yang total mendukungnya. Hal itu terkonfirmasi dari pernyataan DP dalam berbagai kesempatan. Mantan Wali Kota Makassar itu menuding paslon lain punya ‘dekkeng’, sedangkan dirinya sama sekali tidak punya.
DP berupaya menyebar jargon bahwa ‘dekkeng’ yang dimilikinya adalah rakyat. Padahal, hal tersebut belum bisa dibuktikan dan baru akan ketahuan setelah pemilihan kelak. Anugrah menyebut bisa jadi yang dilakukan DP adalah straategi, seperti yang disinyalir dilakukannya kepada Ilham Arief Sirajuddin (IAS) di Pilwalkot 2013 dan Partai Demokrat di Pilwalkot 2018.
“Jangan-jangan mengklaim diri didekkeng hanya oleh rakyat itu merupakan salah satu strategi untuk bisa melupakan jasa orang yang berdarah-darah untuk Adama di Pilwalkot Makassar ini. Ya harusnya kan keberadaan RMS dan AIA itu diakui karena statusnya jelas dan tegas, mereka adalah dekkeng alias figur yang banyak membantu paslon,” tandasnya. (hadi)