
Peristiwa ini terjadi di Restoran Pualam (di segitiga Pantai Losari). Waktu itu, ada jugaRazak Djalle. Patompo ketika itu tidak lagi sebagai wali kota. Kapasitas barunya adalah Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan. Sebab, dia punya hotel di Jl. Dr.Ratulangi, yang dulu adalah rumahnya.
Tak lama Andi Santo juga muncul. Tentu saja tidak dalam kapasitas sebagai ajudan. Dia Ketua Panitia Kejuaraan Bola Voli yang dilaksanakan PHRI. Bertemu Razak Djalle, Andi Santo menyampaikan sesuatu.
‘’Rinniko rong. Ceritako rong (bahasa Makassar, artinya, di sini dulu. Cerita-cerita dulu).
Rupanya, Pak Razak Djalle tahu betul kalau Andi Santo memiliki banyak koleksi cerita mengenai Patompo. Setelah mereka bercerita, tiba-tiba Pak Alam Makka muncul.
‘’Nanti setelah buka puasa ringan, kita ke lantai III untuk salat magrib berjamaah,’’ pesan Pak Alam kepada Andi Santo dan Razak Djalle yang menunggu yang lainnya rapat di lantai II.
Usai rapa
t semua bubar. Beberapa saat berselang, Andi Santo turun ke lantai II untuk mengambil tanda pengenal panitia bola voli. Semua orang yang selesai buka puasa ringan, ke lantai III untuk salat magrib berjamaah. Ketika Andi Santo kembali dari mengambil tanda pengenal, Patompo terlihat salat magrib sendiri di ruang kerja kasir Pak Alam. Mungkin karena beliau melihat Andi Santo singgah, sehingga Patompo merasa ada yang memperhatikan.
‘’Mengapa ini orang salat sendiri,’’ kalimat itu hanya gumam Andi Santo saja ketika sejenak berhenti memperhatikan mantan bosnya itu.
‘’Dek ku ulle menre ase (Saya tidak bisa ke atas),’’ tiba-tiba terdengar Patompo menjawab. Ihh… padahal dia sedang salat. (Dahlan Abubakar/Bersambung)