Site icon Inspirasi Makassar

Keluarga Maluku di Makassar Bantu Korban Gempa di Ambon

Makassar, Inspirasimakassar.com :

Gempa 6,5 magnitudo yang melanda Maluku, 26 September 2019, bukan saja dirasakan masyarakat di Kota Ambon, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat (SBT) saja. Masyarakat provinsi penghasil rempah rempah, cengkih dan pala itu di perantauan pun merasakan hal serupa. Kerukunan Keluarga Maluku bersama mahasiswa Maluku di Makassar misalnya, bahu membahu menyalurkan bantuan ke lokasi gempa.

Akibat gempa, 41 orang meninggal dunia dan 228 orang luka-luka. Selain kerusakan rumah penduduk sebanyak 12.137, di antaranya 2.712 rusak berat, 3.317 rusak sedang, seta 6.108 rusak ringan, serta 730 fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya juga mengalami kerusakana. Ribuan penduduk, hingga kini masih bertahan di tempat pengungsian. Jumlahnya  begitu banyak,  sekitar 103.301 warga.

Ketua Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar, Prof.Dr.dr.Atja Razak Thaha,M.Sc,SP.GK mengemukakan, gempa yang melanda Maluku merupkan bencana alam yang tidak terduga sebelumnya. Sekalipun demikian, ia mengharapkan masyarakat bersabar dan selalu berhati-hati.

Saat mendengar kejadian alam itu, Mahaguru Universitas Hasanuddin itu kemudian melakukan  koordinasi bersama tokoh masyarakat Maluku yang tergabung dalam dua komunitas, Islam-Kristen di Makassar.  Di antaranya, Prof.Sadly Abdul Djabar,M.P.A (Ketua Kerukunan Warga Islam Maluku-KWIM) dan Pendeta Daniel Sopamena,S.Th (Ketua Kerukunan Keluarga Kristen Maluku-Kwakmal Makassar) untuk duduk bersama membicarakan bantuan ke lokasi gempa.

Selain itu, Atja Razak Thaha-sapaan mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini mengakui, dirinya juga bangga dengan sejumlah mahasiswa Maluku di Makassar yang turut ambil bagian dalam bantuan kemanusiaan tersebut. Mahasiswa malah turun jalan melakukan penggalangan dana.

“Sebagai orang tua, kami salut kepada adik-adik mahasiswa Maluku di Makassar. Mereka sangat peduli dengan musibah  di Maluku. Ini merupakan  pembelajaran, bagaimana mahasiswa tidak sekadar berada di kampus untuk belajar, melainkan turut serta meringankan penderitaan korban, apalagi di tanah leluhur,” ujar pakar kesehatan Indonesia, khususnya gizi asal Tual, Maluku Tenggara itu.

Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) Unhas (1977) yang juga  Wakil Ketua Majelis Tinggi Mahasiswa Unhas (1976), serta Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Indonesia Timur di masa  Order Baru dan kini Dewan Pakar di KAHMI ini juga menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan  dan Pemerintah Kota Makassar yang telah memberi ruang yang begitu luas kepada masyarakat dan mahasiswa Maluku di Makassar untuk menyalurkan sumbangan ke korban gempa.

Pendeta Daniel Sopamena menambahkan, sekalipun bantuan tidak banyak dan merata untuk semua korban, namun niatan membantu demikian besar. “ Bantuan ke korban itu didasari niat yang demikian tulus,” ujarnya.

Bantuan yang dihimpun mahasiswa, utamanya  yang tergabung dalam mahasiswa Mega Rezky Makassar dan Famika Gowa, serta bantuan dari  masyarakat Maluku di Makassar berupa beras, terpal, gula, super mie, pakaian layak pakai itu dibawa langsung ke korban oleh Drs.H.Asri Hidayat Mahulauw—ketua Bidang Sosial dan Keagamaan KKM Makassar, Din Pattisahusiwa-Sekretaris I KKM Makassar, serta Fahmi Cristo Pattiwael—perwakilan mahasiswa Mega Rezky Makassar.

“Jadi bantuan yang dibawa ke Maluku itu terbagi di empat lokasi yang dihuni dua komunitas Islam dan Kristen. Yakni di Wai persisnya pengungsi di puncak rumah pohon dan di Liang (keduanya di Maluku Tengah). Dan dua lokasi lainnya di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB)), masing-masing Kairatu dan Dusun Telaga Ratu,” urai Drs.H.Asri Hidayat Mahulauw di lokasi pembagian bantuan, Selasa 29 Oktober 2019.

Saat menerima bantuan, Ketua Posko di puncak rumah pohon Wai, Ny.Tin Camarleng menyamaikan terima kasih. “Tidak ada kata lain, kecuali ucapan terima kasih kepada basudara Maluku di Makassar yang telah relah ke lokasi pengungsian memberikan bantuan. Apalagi disaat hujan.  Tentunya, bantuan ini sangat berharga, utamanya bagi kami yang berada di ketinggian, seperti di rumah pohon. Kelebihan dari bantuan ini, akan kami berikan kepada para janda,” tutur Ny.Tin Camarleng. Ucapan senada dikemukakan dua warga Liang Moktar K dan Hj Uta S, termasuk  Koni Kapitan di Kairatu dan Iwan di Dusun Telaga, Desa Gemba.

Seperti diketahui, Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) digagas kelahirannya oleh sesepuh Maluku dari dua komunitas Islam-Kristen  di Makassar saat pecah konflik horizontal 1998. KKM dibentuk dengan satu niatan menyatukan seluruh masyarakat Maluku di Makassar dan sekitarnya dalam ikatan kebersamaan.

KKM merupakan organisasi sosial kekeluargaan, dan kekerabatan. Tanpa membeda bedakan suku, agama, warna kulit, jenis kelamin, maupun adat istiadat. Tujuannya, membangun kebersamaan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai pela gandong, bhineka tunggal ika, UUD 45, dan NKRI sebagai dasar berpijak.

Sebagai wadah pemersatu, KKM sekaligus menjadi pusat informasi antarsesama warga Maluku di Makassar dan sekitarnya.Termasuk menghidupkan kebiasaan dan budaya orang Maluku yang cinta damai, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, persatuan dan kesatuan, serta nilai-nilai kebangsaan, dan penghormatan terhadap perbedaaan. (din)

Exit mobile version