
Makassar, Inspirasimakassar.com:
Gerakan Pemuda (GP) Ansor punya kematangan di bidangnya masing masing. Mereka memiliki kemampuan. Punya kapasitas. Dan tentunya, berkelas. Hanya saja, pertanyaannya, adakah pribadi pribadi Ansor mampu menjajal wirausaha sukses?
Pernyataan itu mengemuka saat penyampaian materi berjudul Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS), oleh Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar, H.Jurlan Em Saho’as pada Diklat Terpadu Dasar (DTD) I, Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Kecamatan Tallo, Jumat, 30 September, malam. Diklat diikuti sekitar 50 peserta, berlangsung tiga hari di Masjid Nurul Qur’an, Jalan Sultan Abdullah Raya, Lorong 2 Kelurahan Buloa, Kecamatan Tallo.
Saat membedah manfaat ZIS, H.Jurlan Em Saho’as menyebutkan, potensi zakat di Kota Makassar setiap tahunnya mencapai Rp1,3 triliun. Jika dikelola maksimal, maka sulit ditemukan kaum dhuafa di kota yang dipimpin Moh Ramdhan Pomanto dan Fatmawati Rusdi ini.

H.Jurlan Em Saho’as juga mengurai berbagai program unggulan BAZNAS Kota Makassar tahun 2022 di antaranya, Saudagar Tangguh Baznas yang dikemas dalam bentuk Bantuan Operasional Dhuafa Produktif. Bantuan Opersional Dhuafa Produktif ini, setidaknya karena kebanyakan pelaku UMKM, kurang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk meningkatkan produktivitas. Malah, masih ada pelaku ekonomi kecil ini menjatuhkan pilihan kepada rentenir.
Program lainnya, sunatan massal gratis, program beasiswa, program jumat tolak bala, serta begitu banyak program lainnya.

Dengan demikian, jurnalis yang juga sutradara ini mengharapkan, para kader Ansor agar tidak berdiam diri. Kader Ansor juga tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga turut memikirkan masa depan yang lebih baik.
“Saya melihat, peserta Diklat Terpadu Dasar (DTD) I, Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Kecamatan Tallo ini masih muda, dan kreatif. Makanya, diharapkan dari peserta inil akan lahir kader kader Ansor yang bisa mengangkat ekonomi keummatan,” ujarnya.
Alasannya jelas. Karena ketimpangan ekonomi umat itu berawal dari ketimpangan akses. Makanya, dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Ansor Tallo ini, diharapkan bisa semakin mendekatkan akses untuk memulai usaha, tentunya permodalannya dari berbagai kelembagaan..
“Bagi saya, sebenarnya sumber daya manusia, utamanya Ansor tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja, dibutuhkan kolaborasi yang baik dengan berbagai lembaga. Karena, jika kita kuat secara ekonomi kuat, maka keluarga akan kuat. Kalau keluarga kuat, maka organisasi akan kuat. Kalau organisasi kuat maka masyarakat akan kuat, kalau masyarakat kuat maka agama akan kuat,” tutup Jurlan didampingi moderator Mudassir—Ketua PAC Ansor Kecamatan Tallo.

Sebelumnya, Ketua GP Ansor Kota Makassar, Muh. Rizal Burahmat saat membawakan materi berjudul ‘Orientasi Pengkaderan, mengakui, pembumian GP Ansor di setiap jengkal bumi nusantara, termasuk di Kota Makassar, tentunya untuk menjaga, merawat, hingga menjunjung tinggi ulama Nahdiyyin. Menjaga negara dari ancaman bangsa sendiri, menjaga keutuhan NKRI, menjaga Pancasila, mempererat ke-Bhinekaan, sekaligus menjauhkan diri dari upaya upaya, atau ronrongan dari pihak yang sengaja mengadu domba domba.
“Secara historis, Indonesia merupakan basis keberagaman di dunia, mulai dari agama, ras, bahasa, dan suku. Hal itu melatarbelakangi letak urgensi dan relevansi mengapa Ansor harus mempunyai komitmen terhadap toleransi antar agama,” urainya pada TDR bertema “Pakajarreki Bida’NU” itu.
Rizal Burahmat mempertegas, sebenarnya, kehadiran GP Ansor bukan saja merajut persaudaraan seiman (sesama muslim), melainkan persaudaran sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah), malah ukhuwah insaniya, atau persaudaraan antar sesama. Apalagi, ketiga persaudaraan tersebut menjadi energi, serta ruh yang bertalian dengan persaudaraan antar sesama manusia.
Secara historis, Indonesia merupakan basis keberagaman di dunia, mulai dari agama, ras, bahasa, dan suku. Hal itu melatarbelakangi letak urgensi dan relevansi mengapa Indonesia harus mempunyai komitmen terhadap toleransi antar agama.
Karenanya, selain mengemban peran sebagai himayatul ummah, Ansor juga memiliki misi khidmatul ummah (berkhidmat pada ummat), dan shodiqul hukumah, atau mitra dengan pemerintah, atau mengarahkan pemerintah berkenaan dengan aspek-aspek sosial keagamaan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, kader Ansor memiliki kedalaman berpikir, keteguhan, hingga kedalaman marwah. Mereka punya adab, tidak mengkafirkan manusia lain.
Artinya, Ansor akan menantang jika ada sekelompok orang secara sistematis menyasar kelompok lain yang dibumbui paham keagamaan dan kerap merasa diri paling benar (truth claim), bid’ah membidahkan sampai mengkafirkan saudara sesama muslim (takfiri). “Kata kafir mengandung unsur kekerasan teologis,” jelasnya saat mengurai materi berjudul, Orientasi Pengkaderan.
Perlu diingat, demikian Rizal Burahmat, jika negeri ini mengharapkan kehadiran Ansor, maka dengan sigap kesatria, dan gerakan cepat, tepat, Ansor siap mengawal. “Karena di setiap benak kader dan insan Ansor, NKRI harga mati. NKRI Harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan,” tegasnya, didampingi moderator Akbar Ati–Sekretaris PAC Ansor Tallo).
Seperti diketahui, materi materi yang disajikan dalam Diklat Terpadu Dasar I tersebut yakni Orientasi Pengkaderan (Muh Rizal Burahmat), juga Sosialisasi Zakat, Infak, dan Sedekah ( H.Jurlan Em Saho’as), teori dan praktek peraturan baris berbaris (personil Koramil Kec.Tallo), strategi penguatan Kamtibmas (Kapolsek Tallo), Islam Nusantara ( Syekh Asep Saifullah).
Materi lainnya, Ke-Ansor-an (Muh Harun), Ahlusunnah Wal Jamaah An Nahdiyin (Aswaja) (Usd.Bukhari Muslim), Pengembangan ekonomi Ummat melalui wirausaha berbasis digital (Ketua Laziz-NU Makassar), Organisasi dan Kepemimpinan (Saifuddin Musimin), Bela Negara ke Indonesiaan dan Kebangsaan (Haryono), Ke- NU-an (H.Mubarak Bakri), serta Dalil Dalil Amaliah Ahlusunnah Wal Jamaah (Dr.KH. Mahmud Suyuti). (din pattisahusiwa)