Site icon Inspirasi Makassar

Ibu, Sungguh Besar Jasamu

Hari Ibu, 22 Desember membuat kita kembali merefresh bagaimana perjuangan Ibu. Melahirkan dan mendidik anak-anaknya misalnya. Kita juga bisa kembali mengingat memori tentang, bagaimana seorang ibu mengajari  anak-anak. Mulai dari merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Dan, bagaimana dia meng-eja setiap huruf, menyambung menjadi kata, hingga kalimat. Bagaimana, seorang ibu mengajari shalat, mengaji, dan lain-lain. Serta, bagaimana ibu melantunkan nyanyian-nyanyian agar anak-anaknya tidur. Sungguh besar jasamu. Ibu!!joaan

Di Indonesia, mungkin sudah tidak lagi memandang peran ibu sekadar pendamping suami, melahirkan anak, membesarkannya, sekaligus mengurus rumah tangga semata. Tetapi juga, sebagai perempuan pekerja. Ada anggapan, perempuan berpendidikan tinggi yang tinggal di rumah, telah menyia-nyiakan waktu dan kemampuannya.

Disisi lain, Tony Dickensheets, seorang pendidik Amerika, ketika beberapa bulan hidup berpindah-pindah di negeri Sakura, Jepang, tahun 1996. Dia menyimpulkan, kunci kesuksesan keajaiban ekonomi di negara matahari terbit itu adalah, pendidikan yang diberikan ibu.

Dengan pendidikan dan kesempatan berkarir yang tinggi, para perempuan masa depan, memiliki kemungkinan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Masa depan, akan bermunculan lebih banyak pemimpin perempuan. Walaupun begitu, kaum hawa ini akan tetap memegang peranan terbesarnya. Sebagai ibu. Sehingga, mereka dituntut agar lebih sigap, aktif, dan kritis dalam menangani berbagai kewajibannya.

Sementara itu, Joan Raturandang Leleury dikonfirmasi terpisah mengemukakan, Ibu sebagai pilar negara, sekaligus tiang doa dalam keluarga. Bila negara mau maju, maka kaum ibu harus berperan secara positif.

Menurut istri Marlatu Leleury-Calon Wakil Bupati Maluku Tengah berpasangan Abua Tuasikal untuk periode kedua ini, kalau keluarga maju, pasti ada andil ibu yang lebih signifikan didalamnya.  “Para ibu mendidik anak-anak dengan teladan dan cinta kasih. Tidak perlu doktrin yang macam-macam. Karena orang tua adalah guru yang pertama kali dijumpai anak-anak. Makanya, Ibu harus membawa keluarganya ke arah yang lebih positif. Termasuk, para ibu untuk mendidik anak-anaknya dengan dasar agama yang benar. Bukan fanatik buta.  Peran ibu dalam keluarga harus benar-benar positif. Orang yang positif penuh dengan ungkapan syukur, tidak tamak (akar dari korupsi). Melihat segala sesuatu dari kaca mata positif,” ujarnya.

Saat ini,  demikian Joan Raturandang Leleury, tidak usah bicara tentang emansipasi lagi. Sekarang masanya, bagamana ibu-ibu dapat memberdayakan dirinya, dengan cara meningkatkan talenta yang tuhan berikan, agar dapat lebih bermanfaat bagi kemajuan keluarga, bangsa, dan negara.

Sekarang, demikian Joan Raturandang Leleury,  pekerja perempuan lebih banyak dari pekerja laki-laki. Bila perempuan di rumah maupun berkarir, harus pandai mengatur waktu. Seorang ibu adalah manajer dalam rumah tangganya (keuangan, ahli gizi, interior & eksterior, kadang-kadangdi kota besar jadi sopir dan lainnya). “Saya sudah 25 tahun berkarir diluar rumah. Sudah mengalami. Sekarang saya enjadi ibu rumah tangga 100 persen,” urainya.

Menyinggung sang idola, Joan menempatkan ibu kandungnya sendiri (meninggal dalam usia 84 tahun). Pasalnya, sesudah pensiun dari bidan tentara, ibunya terus berkarir jadi bidan swasta. Disamping aktif di bidang sosial lainnya. Sekalipun berusia lanjut, hampir 80-an tahun, namun masih memimpin paduan suara gerejawi.

Untuk itu, Joan mengajak ibu-ibu di Maluku dalam mendidik anak-anak dengan kasih. Dengan  kata-kata positif. “Jangan keluarkan kata-kata negatif. Agar anak tumbuh dengan positif, tumbuh dengan ceria, percaya diri, penuh ungkapan syukur, dan tidak egois . Anak saya dari kecil saya biasakan bawa ke toko buku sampai orang di toko buku mengenalnya. Saya membebaskan dia beli buku sekalipun buku itu mahal (bahasa  Inggris, terbitan luar),”  jelas Joan.

Indah Putri Indriani misalnya. Wakil bupati 2010-2015 yang kini bupati mengalahkan pesaing  utamanya, Arifin Djunaid (bupati Luwu Utara) saat itu. Indah tercatat dalam sejarah menjadi bupati perempuan pertama di Sulawesi Selatan.  Puteri pasangan Musallang Sumasse dan A Nurhayati Tahir yang lahir 7 Februari 1977 ini menjabat bupati pada usia  38 tahun.  Sebelumnya, dia adalah akademisi, pernah menjadi tenaga ahli Komisi II DPR RI, dan caleg DPR RI pada Pemilu 2009.

Saat tampil sebagai pemateri pada seminar bertajuk, “Kepemimpinan Transformatif”, yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Ilmu Administrasi Negara, Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Sabtu, 3 Desember 2016. Indah dalam seminar yang kebanyakan diikuti perempuan itu  meminta mereka belajar dengan sungguh-sungguh, bercita-cita setinggi langit, dan harus siap melanjutkan kepemimpinan.

Tokoh perempuan pemimpin lainnya adalah, Airin Rachmai Diany. Walikota Tangeran Selatan dua periode kelahiran Banjar, Jawa Barat, 28 Agustus 1976 ini menjabat walikota periode 2011-2016 di usia 34 tahun dan kini terpilih kembali. Mantan Mojang Bandung ini adalah adik ipar mantan Gubernur Banten, Ratu Atut. Sama dengan Indah di Luwu Utara, Airin tercatat sebagai Walikota Tangerang Selatan pertama.

Demikian pula, Tri Rismaharini dari Surabaya. Walikota dua periode ini memiliki rekam jejak yang baik. Ada pula,   Vonny Anneke Panambunan, bupati Minahasa Utara  yang mengakui ada tiga hal yang menjadi prioritasnya, yaitu agribisnis, industri dan pariwisata.

Kepala daerah dari kaum hawa ini memberi sinyal positif bagi politik perempuan di Indonesia. Di satu sisi, kualitas politikus perempuan terbukti dan teruji dapat setara dengan kaum laki-laki. Di sisi lain, komitmen partai politik dalam keberpihakan terhadap perempuan semakin menunjukkan sinyal positif. (din pattisahusiwa)

 

Exit mobile version