Site icon Inspirasi Makassar

Hubungan “Kerahiman” Mantan Wartawan Pedoman Rakyat Tetap Terjaga

Makassar, Inspirasimakassar.com:3Mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat (PR) Makassar kembali menggelar reuni tahunan. Tahun 2017 lalu di Pantai Bayam. Tahun ini, di tempat wisata Je’ne Tallasa, Kabupaten Gowa, Minggu, 4 Maret. Sekalipun koran tertua yang lahir 1 Maret 1947 ini telah gulung tikar tahun 2007 silam, namun hubungan kerahiman mantan wartawannya yang kini tersebar diberbagai instansi, baik pemerintah, swasta, politisi, dan pengusaha di berbagai daerah dan kota di Indonesia tetap terjaga.

Reuni di wahana permandian di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng ini atas gagasan Jussalim Sammak dan Muh Amir—dua mantan wartawan di Kabupaten Takalar. Pasalnya, di obyek wisata permandian, hiburan, dan pemancingan air tawar seluas 8 hektar ini lebih sejuk.

Hadir diserimoni tahunan ini diantaranya, mantan Direktur II Hasanuddin Tahir, dua mantan Pimpinan Redaksi, Drs.H.L.Arumahi dan Drs.H.Dahlan Abubakar, Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Jawa Timur, Haluddin Ma’waleda, serta sejumlah mantan wartawan. Mereka berangkulan, bercengkrama, bersenda gurau. Dan, mengisahkan bagaimana menjalankan tugas-tugas jurnalistik.

Jussalim Sammak, misalnya. Sekalipun dia bergabung di Pedoman Rakyat disaat media cetak tertua di Indonesia Timur ini sedang mengalami masa-masa sulit. Sekalipun demikian,  dia merasa bangga. Karena, lewat rekomendasi yang ditandatangani….itu digunakan untuk maju sebagai calon anggota Panwas Takalar. Kini, Jussalim adalah Ketua KPUD Takalar.

 Begitu pula Nadia. Istri dari Manaf Rachman yang juga wartawan Pedoman ini mengaku, jika saja dirinya tidak menjadi wartawan Pedoman Rakyat, mungkin dia tidak menjadi PNS di Kanwil Sosial Sulsel. Muh Rusdi Sudding pun tak kalah bernostalgia. Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan di PPs-UMI Makassar ini mengatakan, Pedoman Rakyat sangat berjasa dalam meniti kehidupannya.

Sejak berhenti terbit, para mantan kuli disket yang berkantor di Jalan Arief Rate ini diantaranya bergabung disejumlah harian di Makassar. Misalnya, Berita Kota, Ujungpandang Ekspres, dan Tempo. Bahkan, ada yang mendirikan tabloid dan majalah. Termasuk, online.

Sebelumnya, sejumlah wartawan pula menjadi politisi. Yacobus Camarlow, salah satunya. Politisi PDI-Perjuangan ini pernah menduduki kursi di DPR-RI. H.Nurdin Mangkana, H.Lutfhi Qadir, dan Lakama Wiyaka-mantan anggota DPRD Sulsel asal Partai Golkar.  Najamuddin dan Elly Sambominanga masing-masing politisi Golkar dan Nasdem. Keduanya  kini anggota DPRD Luwu Timur dan anggota DPRD Mamasa.

Dua mantan wartawan pedoman rakyat lainnya adalah Iqbal Latief dan H.L.Arumahi sebagai Ketua KPU Sulsel dan Ketua Bawaslu  Sulsel. Sedangkan Mas’ud Muhammadiah, Muh.Yahya Mustafa dan Wahyudin yang meraih gelar pendidikan tertinggi, yakni Doktor. Mas’ud kini Dekan FKIP dan Fakultas Bahasa Universitas Bosowa, Muh.Yahya Mustafa Dekan Fisip di Univesitas Sawerigading, dan Wahyudin – Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Olahraga di Universitas Negeri Makassar. Alumni Pedoman Rakyat lainnya Rusdi Amral (wartawan Kompas), Andi Suruji pernah di Kompas dan kini di Tribun Timur Makassar.

Setelah makan siang, pertemuan Jenne Talassa juga, menghasilkan tekad untuk mendirikan media online. Media ini nantinya, menjadi tempat baru bagi para mantan wartawan Pedoman untuk terus membangun silaturahmi dengan pendekatan jurnalistik. Rencana pendirian media ini tidak mai-main, karena akan diikuti dengan pendirian  Perseroan Terbatas (PT) yang kelak akan menaungi secara yuridis media online tersebut seperti ketetapan Dewan Pers.

Mantan Pemimpin Redaksi Pedoman Rakyat,H.M.Dahlan Abubakar, yang kini  Ketua Yayasan Lembaga Pers Sulawesi Selatan ini mengemukakan, sekalipun media perjuangan Pedoman Rakyat telah lama mati, namun namanya akan selalu terkenang. (nyong)

 

Exit mobile version