bioskop-01

Di era digital saat ini, jika tak punya waktu ke bioskop, kita bisa menonton DVD di rumah. Apalagi sudah ada perangkat audio visual canggih yang bisa menghadirkan home theater di setiap rumah. Cuma, bagi pecinta nonton, memelototi film di rumah tidak seasyik menonton di bioskop, utamanya bioskop mini. Peluang bisnis  bioskop mini sangat terbuka. Tak hanya di daerah yang bioskopnya masih minim, di kota-kota besar pun bisnis ini memberi keuntungan.

Menonton film di bioskop jauh lebih seru ketimbang nonton di rumah. Begitu pula bagi penggila karaoke

dan pecandu games lainnya. Kebanyakan dari mereka senang berkumpul untuk menikmati kebiasaan

menghilangkan rasa jenuh.

Bisnis ini berprospek di daerah. Asalkan pengelola memilih lokasi yang pas dan tahu persis target pasarnya. Adalah Muhammad Miftahun Huda. Pemilik Inspiration Cinema (I-Cinema) misalnya mendirikan usaha bioskop mini dengan kapasitas penonton empat hingga 15 orang. Di gerainya, dia membuka satu studio besar ukuran 4 m x 8 m, dan studio kecil ukuran 4 m x 3 m.

Selain studio bioskop,  demikian  Mifta, sapaan Muhammad Miftahun juga membuka tempat coffee shop ukuran 3 m x 10 m untuk  menawarkan aneka  minuman. Tarif bioskop dibanderol Rp50.000 per film pada pukul 11.00 – 15.00. Dari pukul 15.00 – 20.000, tarifnya naik menjadi Rp60.000 per film. Pada akhir pekan, tarifnya ditambah Rp10.000 dari harga normal. Sementara untuk studio besar dengan 10 hingga 15 penonton dikenakan tarif Rp50.000 per dua orang. Kecuali, kalau sudah di-booking untuk kelompok tertentu tarifnya Rp100.000 per 10 orang.

Kini I-Cinema membuka peluang kerjasama di bidang jasa hiburan bioskop mini dan penyediaan bahan baku makanan dan minuman berkualitas. Satu paket kemitraan terdiri dari bioskop mini, rental DVD dan Coffeeshop dengan berbagai macam menu favorit aneka varian rasa, berbahan dasar kopi, coklat dan susu berkualitas yang banyak disukai oleh kalangan anak-anak maupun dewasa.

Mitra hanya membeli sebuah paket yaitu Bioskop mini, rental DVD dan Coffeeshop seharga Rp80 juta. Modal tersebut mitra mendapatkan, set up, dekorasi, booth exclusive, peralatan ( home theater, Tv Plasma dll ), training & maintenance fee, promotion support, serta sejumlah bahan baku untuk awal berjualan.

Produk yang akan didapatkan masing-masing bioskop mini, rental DVD, serta menu kopi khas dari produksi I-Cinema. Pengurangan dan penambahan produk bisa dilakukan jika diperlukan sebagai bagian strategi pemasaran dan efisiensi bisnis.

Peralatan yang diberikan sebenarnya bersifat fleksibel tergantung kapasitas ruangan yang dimiliki

mitra. Bila memiliki dua ruangan berukuran 3 m x 4 m, maka mitra akan mendapatkan semua perlengkapan. Namun, bila ruangannya hanya berukuran 4 m x 8 m, mitra akan mendapatkan proyektor dan layar ukuran 2 m x 2 m.

Terkait pasokan film, di awal I-Cinema akan memberikan 300 judul film yang diset di hardisk komputer dan siap diputar setiap saat. Semua film itu ada DVD aslinya. Mitra juga bisa memesan film-film

baru ke pusat.

Soal omzet, di bulan pertama mitra diperkirakan bisa mengantongi Rp15 juta. Setelah empat bulan, omzet mitra bisa mencapai Rp30 juta per bulan, dan laba 50%-70% dari omzet. Masa balik modalnya satu tahun.

I-Cinema juga menggaransi produknya. Sebelum terjadi kesepakatan. Pihak pertama dan kedua menyepakati dalam sebuah perjanjian. Jika usaha ini gagal dijalankan maka Pihak pertama akan mengembalikan modal sebesar 100% dari modal yang diberikan kepada Investor.

I-Cinema merupakan badan usaha di bidang entertainment pemutaran film dibioskop mini. Hadirnya I-Cinema dilatari adanya peluang memasuki pasar konsumen yang membutuhkan hiburan untuk menonton film-film terbaru bersama atau private dengan suasana berbeda di rumah.

Visi dan misinya adalah menjadi salah satu perusahaan jasa terbaik dalam bidang entertainment dengan memberikan layanan jasa berkualitas dan bertanggung jawab . Dan meningkatkan pelayanan berkualitas secara berkesinambungan sekaligus memperluas jaringan kerja dengan di dukung oleh tenaga-tenaga ahli pada bidangnya, professional, berpengalaman serta penuh tanggung jawab.

Pelaku bisnis biskop lainnya, Chetan Samtani. Ouwner  Now Playing ini mengaku,  terinspirasi membuat bioskop pribadi dari pengalamannya berkeliling dunia melihat festival-festival film. Dia pun berani mengklaim kalau konsep yang dikembangkan itu belum ada di negara lain, terlebih di Indonesia. Nama ‘Now Playing’ karena semua bisa main apa saja. Mau nonton, bisa. Mau main game, bisa.

Menurutnya, untuk membuat bisnis “tempat nongkrong” itu karena dia ingin agar anak-anak muda yang kini kebanyakan memilih dunia gemerlapan mempunyai pilihan hiburan lain.

Kamar berisi dua orang dikenai biaya Rp100.000 setiap 1,5 jam dan Rp200.000 pada akhir pekan. Kamar berisi lima orang dikenai biaya Rp200.000 setiap 1,5 jam dan Rp300.000 pada akhir pekan. Sedangkan kamar berisi tujuh orang dikenai biaya Rp250.000 setiap 1,5 jam dan Rp400.000 pada akhir pekan. Untuk kamar berisi 10 orang dikenai biaya Rp350.000 setiap 1,5 jam dan Rp500.000 pada akhir pekan.

Konsep unik bioskop pribadi ini ditangkap para pebisnis. Bahkan, meski baru dua bulan mendatang dibuka, Chetan mengaku banyak yang menyambangi booth-nya dan berminat menjadi mitra.

Mitra Now Playing terbagi menjadi empat kelas. Kelas Now Playing Express dengan investasi sekitar Rp800 juta, sedangkan kelas Now Playing biasa dengan investasi sekitar Rp1 miliar.

Sedangkan start up untuk Now Playing Gold sekitar Rp1,7 miliar dan start up untuk Now Playing Platinum sekitar Rp2,6 miliar. Dia menjanjikan, return of investment (ROI) atau balik modal akan dipanen oleh investor antara 10 hingga 16 bulan setelah dibuka. (bs-din)

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here