Site icon Inspirasi Makassar

H.Mahyuddin Latuconsina Ceramah Agama di Terawih KWIM

Makassar, Inspirasimakassar.id:

Ramadan, satu dari sekian bulan dalam kalender Islam. Di bulan nan suci ini, merupakan waktu yang tepat untuk refleksi spiritual, dan penguatan ikatan kekeluargaan. Kerukuan Warga Islam Maluku (KWIM) di Makassar misalnya, menjadikan Ramadan sebagai bulan penuh berkah, sekaligus memperkuat identitas budaya ke-Maluku-an.

Penguatan identitas ke-Maluku-an itu  seperti terlihat dalam shalat isya dan terawih bersama di Asrama Putri Maluku “Ama Sumitro”, Jalan Tupai No 125 Makassar, Ahad, 2 Maret malam tadi. Usai  terawih diselingi ceramah agama oleh Drs.H.Mahyuddin Latuconsina. Sedangkan imam adalah Jibran Latukau. Jamaah terdiri dari sesepuh dan pengurus KWIM, termasuk pemuda dan mahasiswa Maluku di Makassar dan sekitarnya.

Sebelum menyampaikan ceramah agama,H.Mahyuddin Latuconsina meminta kepada seluruh jamaah mendoakan para sesepuh, pendiri, dan pembina KWIM, sekaligus mendoakan Ketua KWIM, Drs.Asri Hidayat Mahulauw  agar bisa bersama sama kembali seluruh jajaran KWIM.

Dalam ceramah agama, H.Mahyuddin Latuconsina di antaranya mengemukakan, tradisi puasa dimulai oleh Nabi Adam. Dan, setidaknya ada tiga nabi yang puasanya mengikuti puasa nabi Adam, yaitu, Musa, Ibrahim dan akhirnya, Muhammad SAW.

Dedikasi para nabi tentunya  berfungsi sebagai bukti kekuatan puasa yang abadi sebagai alat untuk pertumbuhan spiritual, pertobatan, dan hubungan yang lebih dalam dengan Allah. Para nabi ini, dalam meneruskan semangat puasa Adam, mengingatkan kita tentang manfaat mendalam yang dapat diperoleh melalui tindakan pengabdian yang tulus dan berdedikasi.

H.Mahyuddin Latuconsina menjabarkan, puasa juga tersirat dalam Al-Quran yang menjelaskan dengan jelas bahwa, puasa bukanlah hal baru, melainkan praktik yang telah diwajibkan bagi orang-orang beriman sepanjang sejarah. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. 2:183)

Mantan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku mengurai, puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan jiwa, dan menumbuhkan empati bagi mereka yang kurang beruntung. Nabi Muhammad, tentunya lebih jauh menekankan pentingnya niat dan ketulusan dalam berpuasa, memastikan bahwa puasa melampaui sekadar pantangan dan menjadi pengalaman spiritual yang transformatif.

Mahyuddin Latuconsina menambahkan, unsur penting dari puasa adalah berniat. “Jika seseorang mengaku sebagai Islam, tentunya harus memiliki niat yang tulus untuk berpuasa demi Allah sebelum memulai setiap hari. Niat ini merupakan pengakuan sadar akan kesucian tindakan dan janji untuk menjalankan puasa dengan ketulusan dan ketaatan hanya kepada Allah semata,” tutupnya. (din pattisahusiwa/humas KWIM makassar)

Exit mobile version