
Namlea, Inspirasimakassar.com :
Perempuan harus mampu menunjukan identitas dirinya. Bahwa dia, jangan kerap menganggap rendah dari pria, tetapi harus mampu dan bisa menunjukkan kemampuannya. Memiliki karakter konstruktif dengan ikut terlibat dalam beragam bidang. Tidak hanya itu, perempuan pun harus memiliki sikap empati jika ingin menjadi sukses. Suparni, misalnya.
Alumni Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Negeri Ambon, 1985 ini dipercayakan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Debowae, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku. Jabatan itu dia pegang tepat, 8 Juli 2019 lalu, setelah menerima amanah yang ditandatangani Bupati Buru, Ramly Umasugi.
Dia mengawali kepemimpinan itu, selain membangun perasaan masyarakat yang dipimpinnya, juga menjalin komunikasi intensif. Pasalnya, dia meyakini, seorang pemimpin lahir dari sikap dan kesediaannya mendengarkan. Bukan selamanya didengarkan.
Kepada Inspirasimakassar.com, perempuan kelahiran 28 Maret 1966 ini mengakui, saat mendengar akan menjadi pejabat kepala desa, tiba-tiba seorang keluarganya mengingatkan dirinya.
“Sekalipun dirimu sendiri yang menjabat pejabat kepala desa, tetapi perlu diingat, keluarga dan orang-orang terdekat akan ikut menerima beban. Makanya, berbuat baiklah kepada rakyatmu. Buatlah yang terbaik buat desa-mu. Dan, jangan sekali kali engkau berbuat curang,” ujarnya, seperti dituturkan Suparni.
Karenanya, disetiap langkahnya, ia terus mengingat-ingat pesan tersebut. Rabu, 23 Juli, pagi tadi misalnya. Perempuan bermoto “Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa secara tak biasa—John D. Rockefeller Jr– menggalar inspeksi ke pasar di desanya. Di tengah-tengah para penjual dia menjelaskan mengenai pentingnya pengelolaan retribusi pasar.
Menyangkut pasar desa ini, Suparni menegaskan, hingga kini belum ada Peraturan Desa ( Perdes). Makanya, selama ini pula, pungutan tidak masuk kas desa. Karenanya, setelah inspeksi itu, ia berjanji bersama 7 orang staf desa dan 4 orang TPP mencoba memperbaiki Perdes secepatnya.
“Bagi kami, Perdes akan memperkuat penarikan pungutan secara legal. Semoga, persoalan ini dapat teratasi, sehingga nantinya, masyarakat juga akan menikmati hasil dari pungutan tersebut,” ujarnya, seraya menambahkan, sekalipun sudah 30 tahun dibentuknya desa yang dipimpinnya belum ada Perdes.
Soal langkah kongrit memajukan desa yang dipimpinnya, Suparni menegaskan, sekalipun sebagai perempuan, tetapi saat pemerintah kabupaten memberinya kepercayaan sebagai pelaksana tugas kepala desa, maka ia meyakinkan diri akan melaksanakan kepercayaan itu dengan penuh rasa tanggungajwab.
“Bagi saya, kepercayaan yang diberikan bapak Bupati Buru, sebagai upaya membangkitkan kembali rasa bangga dan kepercayaan diri. Makanya, amanah ini merupakan kunci menjalankan roda organisasi pemerintahan desa dengan baik dan benar. Makanya, dalam waktu dekat dirinya memperbaiki adminitrasi desa. Soal Perdes dirinya bersama tim, serta BPD segera mempercepat pengesahannya, sehingga apapun pungutan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dan benar,” tuturnya.
Menyinggung kehadirian sosok perempuan memimpin pemerintahan, sekalipun dalam tingkat desa, Suparni tidak sendirian di Kabupaten Buru. Karena dua perempuan lainnya juga sedang memimpin pemerintahan desa. Yakni, Kepala Desa Nafrua dan Pejabat Kepala Desa di Kaki Air.
“Selagi mendapat amanah, maka wajib hukumya saya laksanakan. Tidak boleh tidak. Apalagi, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, maka perintah yang diberikan bapak Bupati kepada saya, sekalipun perempuan, maka tidak boleh ada kata mundur” tegas Ani—sapaan akrabnya.
Seperti diketahui, sejak menerima amanah sebagai pejabat kepala desa, Ani tidak sedang mencari cari dari mana memulai memimpin. Pasalnya, dengan berbagai pengalaman yang dimiliki, misalnya sebagai penyuluh pertanian selama 34 tahun, tentunya tidak ada keraguan menjalankan tugas negara di desa yang memiliki jumlah penduduk 2428 jiwa dengan 654 kepala keluarga yang tersebar di sekitar 16 km persegi itu.
Salah satu prestasi yang dia miliki adalah selalu melakukan gebrakan. Misalnya, saat mendapat tugas sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Desa Debowae ini lima tahun silam, saat itu areal persawahan hanya berkisar 200-an hektar. Tetapi, saat ini, sudah mencapai sekitaran 500 hektar.
Prestasi inilah belum lama ini, Pemerintah Kabupaten Buru, melalui Bupati Ramly Umasugi memberinya hadiah Umrah. Begitu pula semasa sekolah di SPMA Ambon. Ani pernah mendapat beasiswa sekolah, serta berbagai prestasi yang ditorehkan disejumlah organisasi kemasyarakatan.Salah satunya, di Badan Penelitian Asset Negara–lembaga aliansi Indonesia. (din pattisahusiwa)